Sukses

Penyakit TBC di Indonesia Peringkat Ketiga Dunia, Begini Solusi Siloam Hospitals Makassar

Penyakit TBC atau tuberculosis di Indonesia menempati peringkat ketiga dunia.

Liputan6.com, Makassar - Penyakit TBC atau tuberkulosis di Indonesia menempati peringkat ketiga dunia. Data Perhimpunan Dokter Paru Indonesia menyebutkan rata-rata ada 11 pasien meninggal karena TBC  dalam kurun waktu satu  jam.

Menurut Dokter Spesialis Paru Siloam Hospitals Makassar Adrianne Marissa Tauran, kasus TBC lebih besar daripada kasus Covid-19. Perbedaaan lainnya, Covid-19 ini adalah penyakit yang disebabkan virus, sementara TBC akibat bakteri.

“Virus itu sudah kodratnya untuk sembuh sendiri selama daya tahan tubuh baik maka penyakit yang disebabkan oleh virus akan sembuh dengan sendirinya, berbeda dengan TBC yang disebabkan oleh bakteri, sehingga harus diobati. Dan TBC tidak bisa sembuh dengan pengobatan herbal," ujar Anke, sapaan akrabnya.

Pengobatan TBC dilakukan selama enam bulan dengan kondisi normal. Ada dua tahap pengobatan, yaitu fase awal dengan minum obat setiap hari selama dua bulan, dan fase lanjutan yang mengonsumsi obat selang satu hari selama empat bulan.

Untuk penderita TBC murni tidak ada pantangan makanan. Perbaiki nutrisi khususnya kalori dan protein. Tetapi jika pasien TBC ini menderita kencing manis maka harus dilakukan kolaborasi dengan konsultasi pada dokter gizi dan penyakit dalam.

Pasien TBC juga harus menjalani pemeriksaan gula darah dan HIV. Tujuannya, sebagai screening apakah pasien menderita kencing manis atau HIV.

Setelah pasien sudah menyelesaikan pengobatan tuberkulosis, maka akan dilakukan foto thorax lanjutan di bulan ke-6 dan bulan ke-12 serta di bulan ke-24.

“Jadi dalam 2 tahun tetap harus di evaluasi kondisi pasien apakah terjadi kasus kambuhan atau tidak. TBC ini bisa menyebabkan kekambuhan walaupun sudah sembuh. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi dengan baik,” ucapnya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 3 halaman

Menular dan Berbahaya

Ia tidak memungkiri TBC merupakan penyakit menular dan berbahaya. Dengan demikian penting dipahami secara benar oleh masyarakat agar kepedulian terhadap penyakit ini dapat semakin ditingkatkan, demikian pula pencegahannya.

Untuk mencegah penularan tuberculosis perlu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat yang dimulai dari diri sendiri. Kemudian, konsumsi makanan yang bergizi karena jika daya tahan tubuh kurang maka akan lebih mudah terpapar TBC dibandingkan dengan orang yang daya tahan tubuhnya baik.

Lalu gunakan masker atau menutup mulut sewaktu batuk atau bersin agar dapat menghindari terjadinya penularan dan tidak meludah di sembarang tempat.

"Namun perlu diketahui juga bahwa tidak semua penderita TBC itu harus memiliki gejala batuk, sesak nafas, batuk berdarah, harus berat badan turun, harus mengalami lemas,” tuturnya.

Artinya, dengan salah satu gejala yang disebut tadi sudah perlu dicurigai mengidap TBC. Bahkan, pada era saat ini kerap ditemui pasien dengan tanpa gejala, hanya karena sedang melakukan MCU dan dengan hasil foto thorax ternyata ditemukan pasien sudah mengidap TBC.

Pada kasus anak yang mengalami TBC perlu diketahui bahwa anak tidak menularkan TBC. Sebab, anak belum dapat melakukan percikan melalui batuk atau bersin yang dapat disemburkan.

 

3 dari 3 halaman

Faktor Risiko

Faktor risiko terbesar dan utama dari penyakit TBC yaitu rokok. Rokok menjadi sumber asal muasal dari semua penyakit.

Ia menilai, bicara tentang kasus paru tentu saja rokok ini sangat menjadi musuh utama. Jadi rokok ini secara langsung dan tidak langsung tentu saja dapat menyebabkan TBC yang melalui penurunan daya tahan tubuh, merusak fungsi paru.

“Jadi bagi perokok diwajibkan untuk segera merubah gaya hidup dengan berhenti merokok," kata Anke.

Jika orang sudah datang dengan keluhan batuk darah, sesak nafas, nyeri dada, berat badan turun, ada kondisi lemas. Maka harus segera dilakukan pemeriksaan lanjutan, yaitu dilakukan pemeriksaan dahak dan pemeriksaan radiologi atau foto dada.

Perlu ditekankan bahwa hasil pemeriksaan dahak yang negatif bukan berarti pasien itu tidak TBC. Jadi TBC ini dapat menyerang ke seluruh tubuh baik organ usus, kelamin, kandungan, otak dan tulang.

Proses terjadinya berawal dari percikan dahak orang yang sedang menderita TBC, kemudian masuk dan tertular ke saluran nafas orang yang daya tahan tubuhnya turun. Lalu TBC akan bermanifestasi di paru dan berpindah ke kelenjar getah bening atau pindah ke organ yang lain.