Sukses

Industri Farmasi Dalam Negeri Kuasai 89 Persen Suplai Obat Nasional

Saat ini, industri farmasi nasional secara keseluruhan telah menguasai 89 persen suplai obat di Indonesia.

Liputan6.com, Nusa Dua - Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) ke XVI di Nusa Dua, Bali. Agenda Munas GP Farmasi ke XVI tersebut antara lain diskusi panel bersama pemangku kepentingan antara lain Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, dan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta pemilihan Ketua Umum Periode 2022-2027. 

Ketua Umum GP Farmasi, Tirto Kusnadi mengatakan, penyelenggaraan Munas GP Farmasi ke XVI komitmen pelaku industri kesehatan dan farmasi yang tergabung dalam GP Farmasi untuk mewujudkan kemandirian kesehatan nasional dengan menjamin ketersediaan obat-obatan dan vitamin di 34 provinsi seluruh Indonesia.

Ia menyebut ada 160 pabrik farmasi yang memproduksi kurang lebih 2.000 jenis zat obat dan kekuatan saluan distribusi anggotanya. Pihaknya optimistis dapat berkontribusi dalam mengurangi ketergantungan obat-obatan impor.

"Dalam Munas ini, Kemenkes menyampaikan akan memberikan fasilitas non fiskal berupa pembiayaan uji klinik untuk industri farmasi inovator. Ini adalah salah satu hal yang kita sambut baik. Tidak hanya itu, kami juga akan meningkatkan kemitraan strategis dengan akademisi, industri yang dapat memperkuat industri farmasi dari segi riset, bahan baku sampai formulasi," ujar Tirto kepada wartawan di Bali, Minggu (27/3/2022). 

 

 

 

Simak video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Farmasi Lokal akan Diusung dalam KTT G20

Menurutnya, sebagai program prioritas dari kepengurusan GP Farmasi periode 2022-2027 di antaranya adalah memperkuat koordinasi dan komunikasi dengan pengurus dan anggotanya yang tersebar di 34 provinsi seluruh Indonesia.

"Dari data Kementerian Perindustrian, Indonesia ada empat perusahaan farmasi milik negara (BUMN), 199 perusahaan farmasi swasta, dan 24 perusahaan farmasi multinasional industri farmasi nasional yang saat ini telah menguasai 89 persen suplai obat di negeri ini," tutur dia. 

Sementara itu, inovasi dan investasi yang telah dilakukan oleh pelaku industri farmasi menjadi fondasi fundamental untuk membangun ekosistem kemandirian kesehatan yang sejalan dengan inisiatif Indonesia yang akan diusung dalam KTT G20 di Bali akhir tahun ini. 

"Pertumbuhan industri pada 2021 yang lalu sebesar 10,81 persen dengan nilai transaksi mencapai hingga Rp 95 triliun baik itu penjualan dan distribusi produk farmasi adalah capaian yang menggembirakan," katanya.

Kendati begitu, pihaknya juga melihat potensi yang masih besar, karena pengeluaran per kapita penduduk Indonesia untuk produk-produk farmasi masih lebih rendah dibanding negara lain di Asia Tenggara dan negara peers lainnya.

"Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya menjaga kesehatan pascapandemi ini. Semoga menjadi katalis positif bagi pertumbuhan industri farmasi nasional," tutur Tirto.