Liputan6.com, Denpasar - Salat tarawih dan witir merupakan dua dari banyak ibadah sunah yang dilakukan sepanjang bulan Ramadan. Salat sunah ini dilaksanakan setelah salat Isya hingga menjelang Subuh.
Salat tarawih di bulan Ramadan didasari dari salah satu sabda Rasulullah SAW yang hadistnya diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: “Barangsiapa bangun (salat malam) di bulan Ramadan dengan iman dan ihtisab, maka diampuni baginya dosa-dosa yang telah lalu.”
Advertisement
Baca Juga
Dalam pelaksanaannya, jumlah rakaat salat tarawih berbeda-beda, ada yang melaksanakannya 8 rakaat dan ada yang 20 rakaat. Ibnu Rusyd dalam kitab Bidayatul Mujtahid menjelaskan bahwa beda jumlah rakaat salat tarawih adalah soal afdhaliyah saja.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan Video Piliihan Ini:
Dalil 20 Rakaat
Mengutip NU Online, Imam Malik bin Anas, Imam Abu Hanifah, Imam Asy-Syafi’i, Imam Ahmad bin Hanbal, dan Dawud Azh-Zhahiri memilih salat tarawih sebanyak 20 rakaat. Salah satu hadist yang menjadi dasar salat tarawih 20 rakaat adalah sebagai berikut.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بن جَعْفَرٍ الرَّازِيُّ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بن الْجَعْدِ، حَدَّثَنَا أَبُو شَيْبَةَ إِبْرَاهِيمُ بن عُثْمَانَ، عَنِ الْحَكَمِ، عَنْ مِقْسَمٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِي رَمَضَانَ عِشْرِينَ رَكْعَةً وَالْوِتْرَ
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far ar-Razi, Ali bin al-Ja’di, Abu Syaibah bin Utsman dari al-Hakam dari Miqsam dari Ibni Abbas, beliau berkata: ‘Dahulu Nabi SAW melaksanakan salat (tarawih) di bulan ramadan 20 rakaat dan salat witir”. (HR. Ath-Thabarani).
Advertisement
Dalil 8 Rakaat
Adapun pendapat melaksanakan salat tarawih dengan 8 rakaat ditambah 3 rakaat witir dasarnya adalah hadist berikut ini.
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ -رضي الله عنها-: كَيْفَ كَانَتْ صَلاَةُ رَسُولِ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- فِي رَمَضَانَ؟ قَالَتْ: مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً: يُصَلِّي أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاَثًا. فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ تَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ؟ قَالَ: تَنَامُ عَيْنِي وَلاَ يَنَامُ قَلْبِي
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Salamah, ia pernah bertanya kepada Aisyah: ‘Bagaimana salat Nabi Muhammad di bulan Ramadan?’”
“Aisyah menjawab,’Beliau tak menambah pada bulan Ramadan dan bulan lainnya lebih dari sebelas rakaat: salat empat rakaat, yang betapa bagus dan lama, lantas salat empat rakaat, kemudian tiga rakaat. Aku pun pernah bertanya: Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum menunaikan shalat witir? Beliau menjawab: ‘mataku tidur, tapi hatiku tidak’.”
Pada dasarnya, jumlah rakaat salat tarawih tidak ada ketentuan khusus. Bisa menggunakan 8 rakaat atau 20 rakaat. Beberapa mazhab fikih juga tidak mempermasalahkan terkait perbedaan jumlah rakaat salat tarawih ini. Wallahu’alam.