Liputan6.com, Jakarta - Indonesia yang kaya akan produksi pangan dari sektor pertanian di seluruh provinsi di Nusantara, membuat Indonesia bisa mencapai target sebagai lumbung pangan dunia.
Potensi besar tersebut juga dilihat oleh Dina Hidayana, Staf Ahli MPR RI. Politisi muda tersebut mengapresiasi langkah agresif dan antisipatif pemerintah Indonesia, dalam menyiapkan logistik pangan.
Baik untuk kepentingan militer maupun non militer, termasuk beberapa di antaranya dengan memanfaatkan sebagian kawasan hutan.
Advertisement
Baca Juga
“Tidak ada yang tabu dilakukan, sepanjang untuk kepentingan masyarakat luas. Terlebih dalam rangka akselarasi pencapaian visi negara, yakni berdaulat, bersatu, adil, makmur dan sejahtera,” ucapnya, Kamis (31/3/2022).
Menurutnya, dengan adanya Peraturan Menteri Pertahanan (Permenhan) Nomor 7 Tahun 2019, tentang Pemanfaatan Kawasan Hutan untuk Kegiatan Pertahanan Negara, telah mengawali program Food Estate.
Yang saat ini, sedang gencar dilakukan oleh pemerintah untuk memacu produktivitas pangan, sekaligus menjadi cadangan pangan strategis untuk kepentingan militer.
“Fenomena itu sebagai wujud konkrit pemerintah, dalam merespon ancaman Food and Agriculture Organization (FAO), terkait ancaman kelangkaan pangan yang sudah di depan mata,” ucap mahasiswi Strata-3 (S3) di Universitas Pertahanan (Unhan) ini.
Dia membeberkan, sejak tahun 2008, FAO telah menunjukkan hasil penelitian yang menyebutkan kebutuhan pangan dunia di tahun 2030 sebesar 40 persen.
Angka tersebut akan bertambah dua kali lipat di tahun 2050, atau dibutuhkan produksi pangan sebesar 42 persen di tahun 2030 dan meningkat menjadi 70 persen di tahun 2050.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Program Food Estate
Terlebih, lanjut Dina, pandemi COVID-19 telah mendirupsi atau memperlebar celah defisit kebutuhan pangan. Serta dan mengancam serius negara-negara, yang selama ini bergantung pada impor pangan, termasuk Indonesia.
“Program Food Estate, bukan semata-mata aktivitas produksi. Sekalipun dalam proses dan teknis pelaksanaannya, termasuk pemilihan komoditi dianggap banyak pihak, termasuk aktivis lingkungan sebagai tindakan gegabah yang masih menimbulkan kontroversi dan perdebatan,” ucapnya.
Namun Dina Hidayana menilai isu tersebut, dengan mempersepsikan dalam konteks outward looking. Apalagi dia melihat, pemerintah dengan program Food Estate seakan menyiratkan dua pesan penting, yang menjadi detterent effect bagi dunia internasional.
“Pertama, Indonesia siap sebagai penyangga utama dunia internasional, sebagai lumbung pangan dunia,” ungkapnya, yang sedang menyelesaikan disertassi berjudul ‘Optimasi Kebijakan Sektor Pangan dalam Memperkokoh Kebijakan Sektor Pertahanan Negara di Universitas Pertahanan RI’.
Advertisement
Cadangan Logistik Pangan
Dan pesan kedua yakni, Indonesia bersiaga penuh menghadapi segala ancaman dan tantangan yang membahayakan NKRI.
Termasuk dalam menempatkan urusan yang sangat fundamental dan strategis, yaitu pemenuhan kebutuhan pangan. Cadangan logistik pangan, dipercayanya juga menjadi instrumen strategis dalam memenangkan peperangan apa pun
Ketua Bidang Komunikasi Publik DEPINAS SOKSI tersebut turut mengajak seluruh elemen bangsa, untuk tidak lagi mencari siapa yang benar dan siapa yang salah. Terlebih dalam melihat carut marut pengelolaan hutan dan degradasi, yang sangat masif dalam beberapa dekade terakhir pasca reformasi.
“Mari sama-sama berbenah dan introspeksi bersama. Sinergitas Quatro helix harus terus dibangun, kolaborasi yang baik antara pemerintah, akademisi, swasta dan civil society menjadi jalan akselerasi pencapaian Indonesia Maju di tahun 2045,” politisi Partai Golkar tersebut.