Sukses

Rahasia Bahagia Tanpa Masalah, Gus Baha Kisahkan Imam Ahmad dan Imam Syafi'i

KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, membagikan tips hidup rileks dan selalu bahagia

Liputan6.com, Cilacap - Mengarungi kehidupan di dunia tidak selalu lurus dan mulus. Banyak problematika dan lika-liku kehidupan yang harus dihadapi.

Lepas dari suatu masalah, tak jarang kita dihadapkan kembali dengan masalah yang baru. Selain itu, pernah juga kita temui hal yang mengecewakan atau menjengkelkan. Hal ini tentunya membuat kita merasa sedih dan kecewa.

Berlarut-larut dengan masalah yang menerpa, justru membuat hari-hari kita selalu diliputi rasa sedih dan kecewa. Padahal perilaku tersebut justru akan merugikan diri kita sendiri. Selain dapat mengurangi kesehatan, hal ini merupakan perilaku yang mengarah pada dosa.

KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, membagikan tips hidup rileks dan selalu bahagia. Dikutip dari Kanal YouTube Faqih Fadilla, Gus Baha mengawali cerita bahwa hidup rileks dan bahagia tak lepas dari pelajaran-pelajaran berharga yang diambil dari kitab-kitab Tasawwuf.

“Kitab tasawuf ini sukses mengajarkan bahwa melihat alam raya ini nyaman, termasuk yang mengecewakan. Itu dianggap nyaman. Saya berkali-kali mengajarkan ilmu ini”, Kata Gus Baha mengawali ceritanya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Imam Ahmad Tidak Tersinggung Dibohongi Tetangganya

Gus Baha menceritakan, pernah suatu saat Imam Ahmad dipanggil seorang anak muda. Dia itu tetangga Imam Ahmad. Imam Ahmad merupakan orang yang sangat soleh, sangat wara’i, sangat tunduk dengan perintahnya Allah dan Rasul-Nya.

“Pemuda tadi memanggil: “ya Ahmad, datang ke rumah saya!” Lantas Imam Ahmad datang, setelah sampai rumah pemuda tadi, pemuda tersebut berkata: “pulanglah, saya tidak butuh kamu! Imam Ahmad kemudian pulang”, kisah Gus Baha.

“Setelah sampai rumah, pemuda tadi kembali memanggil dan Imam Ahmad kembali datang dan pemuda tersebut kembali memperlakukan imam Ahmad seperti waktu pertama kali beliau datang ke rumah pemuda tersebut. Hal ini terjadi sampai berulang 3 kali”, tutur Gus Baha melanjutkan ceritanya.

Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA Narukan, Kragan, Rambang ini menegaskan bahwa ekspresi Imam Ahmad terlihat tidak marah dan sedih. Namun sebaliknya terlihat nyaman dan tetap senyum-senyum seakan-akan tidak terjadi sesuatu yang menjengkelkan pada dirinya. Imam Ahmad sama sekali tidak tersinggung ataupun terprovokasi atas perilaku pemuda tersebut.

“Lama-lama pemuda tersebut bertanya: “Ya Ahmad saya perlakukan begitu kok kamu tidak tersinggung, kamu senyum-senyum saja. Happy-happy saja. Jawab Imam Ahmad: “Wahai Pemuda, saya kamu panggil itu senang sekali. Karena kata Nabi kalau kamu iman kepada Allah dan Rasul, maka hormatiah tetangga. Jadi saya senang, nuruti perintah Allah untuk menghormati tetangga, jadi tidak ada urusannya dengan kamu.” kata Gus Baha melanjutkan ceritanya.

 

3 dari 3 halaman

Imam Syafi’i Tidak Kecewa dengan Orang Yang Membencinya

Gus Baha menekankan pentingnya amal dilakukan karena Allah SWT. Hal ini yang menyebabkan kita tidak akan didikte oleh makhluk dan akan selalu terhindar dari rasa marah dan kecewa. Sebab Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Sempurna. Mengharap balasan dari Allah tidak akan kecewa, karena Dia Dzat Yang Maha Sempurna, lain halnya jika kita mengharap balasan dari manusia.

Lebih lanjut Gus Baha mengatakan, bahwa bagus ketika kita sabar menghadapi istri yang durhaka, Sebab tidak terprovokasi atas perbuatannya. Dalam hal ini, sukses karena tidak didikte oleh mahluk. Hanya Allah saja yang berhak mendikte kita.

“Jadi ulama dahulu melihat dunia itu happy. Pernah Imam Syafi’i dikasih tahu orang bahwa orang yang tadi mencium tangannya itu diluar menghujatnya. Jadi sopan hanya didepannya (Imam Syafi’i). Imam Syafi’i menjawab: “ya bagus itu, berarti saya masih wibawa sebab di depan saya ia tidak berani”, kata Gus Baha.

Gus Baha melanjutkan ceritanya bahwa pernah suatu ketika Imam Syafi’i dikasih kabar bahwa separo dari penduduk kampung tidak menyukainya. Imam Syafi’i menjawab dengan santai bahwa hal tersebut mejadikan mereka tidak akan hutang kepadanya.

Kisah Imam Ahmad dan Imam Syafi’i di atas mengajarkan cara tentang hidup tenang, nyaman dan bahagia. Kuncinya ialah bahwa apa yang terjadi di dunia ini, baik sesuatu yang menyenangkan ataupun yang mengecewakan harus disikapi dengan bijak serta mampu mengambil segi positifnya bagi kehidupan kita.

Penulis: Khazim Mahrur