Sukses

Kisah Jenaka Sahabat Nu'aiman, Sembelih Unta Milik Tamu Rasulullah SAW

Salah satu sahabat Rasululllah SAW, Nu'aiman dikenal sebagai orang yang jenaka namun jahil

Liputan6.com, Cilacap - Tatkala agama Islam mulai tersiar di luar jazirah Arab, banyak pemimpin negara atau pemimpin agama yang ingin mengetahui langsung untuk mengenal Islam lebih dalam. Hampir setiap hari Rasulullah SAW kedatangan tamu-tamu asing dan tak dikenal sebelumnya oleh para sahabat.

Suatu saat Rasulullah kedatangan tamu yang merupakan utusan dari berbagai negara dan sengaja datang untuk berdiskusi tentang Islam. Para utusan tersebut datang mengendarai kendaraan yang mahal dan mewah zaman itu, yakni unta dengan ukuran yang besar, sehat dan gemuk.

Unta-unta tersebut ditambatkan di depan kediaman Rasulullah SAW. Di dekat tempat itu tampak beberapa sahabat sedang duduk menjaga unta yang sedang parkir tersebut. Di antaranya sahabat yang ada adalah paman Nabi SAW, yakni Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib.

Selang beberapa waktu, lewatlah Nu’aiman dengan santai. Hamzah pun menegurnya, “Wahai Nu’aiman, akan ke mana kamu? Kemarilah, ada yang akan aku bicarakan denganmu,” ucap Hamzah.

Lalu Nu’aiman mendatangi Hamzah. Sambil memberi seuntai kurma yang sudah sangat matang dan kering, Hamzah melanjutkan ucapannya.

“Lebih enak daging unta daripada kurma ini menurutku dan bukankah sudah lama sekali kita tidak makan daging unta?”

Tiba-tiba mata Nu’aiman tertuju pada unta-unta yang sedang diparkir di sebelah rumah Rasulullah. “Unta siapa itu?” tanya Nu’aiman pada Hamzah, “Tamu Rasulullah,” jawab Hamzah singkat.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Menyembelih Unta Tamu Rasul

Nu’aiman pergi begitu saja, dalam hatinya membenarkan bahwa telah lama tidak makan daging unta yang lezat. Tanpa berfikir panjang, unta tamu Rasulullah itu pun dia sembelih. Lalu Nu’aiman mendekati para sahabat yang masih duduk seperti keadaan semula.

Kemudian Nu’aiman berkata tanpa ragu sedikitpun, “Adakah di antara kalian yang masih tertarik dengan daging unta?”, sambil tangannya menunjuk pada unta yang paling besar gemuk dan kepalanya sudah tergeletak di tanah setelah disembelih.Awalnya para sahabat bingung dengan ucapan Nu’aiman tersebut, namun setelah melihat unta tergeletak bersimbah darah, mereka kaget dan tidak percaya atas apa yang telah terjadi.

Di antara tamu itu ada yang keluar dari dalam rumah, kemudian betapa terkejut ketika melihat salah satu dari untanya ada yang mati disembelih. Kemudian tamu tadi kembali masuk ke dalam rumah Rasulullah dan keluar lagi bersama Rasulullah.

Belum lagi Rasulullah berucap sepatah kata pun, para sahabat berkata, “Ya Rasulallah, ini ulah Nu’aiman.” Rasulullah pun memerintahkan beberapa sahabat untuk mengganti unta yang disembelih itu dua kali lipat dan lebih bagus.

Nu’aiman sadar kalau ulahnya menyebabkan ia akan dimarahi oleh Rasulullah, sehingga dia lari untuk bersembunyi hingga ke luar perbatasan kota Madinah. Setelah sampai di perbatasan kota, dia melihat salah seorang sahabat Rasulullah SA bernama al-Miqdad yang ketika itu sedang membersihkan sumur rumahnya.

Dia dekati al-Miqdad kemudian menyapa, “Bolehkah aku masuk ke dalam sumurmu?” “Ada apa sebenarnya yang terjadi sehingga engkau ingin masuk ke dalam sumurku seolah hendak bersembunyi,” kata Al-Miqdad.

Nu’aiman lalu menceritakan kejadian sebenarnya dan alasannya bersembunyi, al-Miqdad pun mengizinkan. Sebelum masuk ke dalam sumur, Nu’aiman memohon pada al-Miqdad agar tak memberitahukan kepada siapa pun tentang keberadaannya, termasuk Rasulullah SAW. 

3 dari 3 halaman

Sembunyi di Sumur dan Kabur Lagi

Nu’aiman bergegas masuk ke dalam sumur yang baru saja dibersihkan itu. Beberapa saat kemudian, datanglah Rasulullah SAW bersama beberapa sahabat. Kemudian Rasulullah dan beberapa sahabatnya mendatangi al-Miqdad untuk menanyakan perihal keberadaan Nu’aiman.

Al-Miqdad kebingungan karena sebelumnya telah berjanji pada Nu’aiman untuk tidak memberitahukan keberadaannya. Namun, rasa bersalah menggelayuti pikiran al-Miqdad, sebab yang datang dan bertanya adalah Rasulullah SAW.

Dengan gugup, mulut Al-Miqdad berkata bahwa dirinya tak mengetahui keberadaan Nu’aiman, namun dalam waktu bersamaan tangannya menunjuk ke arah sumur yang ditutupi dengan pelepah daun kurma.

Rasulullah menghampiri sumur itu dan membuka pelepah daun kurma yang ada di atasnya. Terlihatlah dari atas, Nu’aiman berada di dalam sumur itu.

Akhirnya Nu’aiman ditemukan oleh Rasulullah sendiri, dan ia disuruh untuk keluar dari dalam sumur. Sesampainya di atas sumur, Rasul melihat wajah Nu’aiman penuh dengan debu. Lalu tangan Rasul membersihkan wajah Nu’aiman.

Rasulullah tidak marah sama sekali, sambil tersenyum dan terus membersihkan wajah Nu’aiman. “Kenapa kau sembelih unta tamu itu?” tanya Rasulullah padanya. Dijawablah oleh Nu’aiman dengan seolah tanpa dosa, “Ya, Rasulullah, jangan engkau tanyakan padaku, tapi tanyakan pada mereka yang ikut mencariku,”

Ketika Rasulullah menengok ke arah sahabat, seketika itu juga Nu’aiman kembali melarikan diri lagi. Ketika Rasulullah mengetahui kalau Nu’aiman telah melarikan diri lagi, beliau bersama para sahabat hanya tersenyum-senyum saja.

Penulis: Khazim Mahrur