Liputan6.com, Cilacap - Naiknya harga BBM nonsubsidi jenis pertamax langsung berimbas ke anjloknya angka penjualan di penyalur resmi Pertamina, pertashop, yang memang hanya menjual BBM nonsubsidi
Di Kabupaten Cilacap, terutama wilayah perbatasan, omzet penjualan sebagian besar pertashop turun lebih dari 60 persen. Bahkan, ada yang turun 80 persen.
Pengeola pertashop, Eko mengatakan kenaikan harga pertamax yang tinggi menyebabkan banyak pengguna pertamax beralih ke pertalite. Kondisi ini diperparah dengan masuknya pertalite ke pengecer di pedesaan.
Advertisement
"Memang turun, bagaimana dengan yang masih utang bank," ucap Eko.
Baca Juga
Eko mengaku, penjualan BBM di pertashop yang dikelolanya turun lebih dari separuh. Sebelumnya, pertashop mampu menjual 400-600 liter per hari. Akan tetapi, saat ini penjualan hanya berkisar 150-200 liter per hari.
Kondisi yang sama juga dialami oleh pertashop di Patimuan dan Sidareja, Cilacap. Kecamatan ini berbatasan dengan Jawa Barat. Rata-rata pertashop di wilayah ini turun 60-70 persen.
"Sebelumnya 400-500 liter. Kepala lima lah. Kalau sekarang 200 (liter) saja sering tidak sampai," kata Okhim, pengelola salah satu pertashop di Kecamatan Sidareja.
Kondisi ini diperparah, dengan masuknya pertalite ke pengecer alias pertamini. Pertalite dijual ecer dengan harga Rp10 ribu - Rp11 ribu per liter.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Â
Saksikan Video Pilihan Ini:
Penurunan Omzet Pertashop di Kudus
Sejumlah konsumen bahan bakar mesin (BBM) jenis pertamax di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mulai beralih membeli pertalite, menyusul adanya kenaikan harga pertamax dari sebelumnya Rp9.000 per liter menjadi Rp12.500 per liter.
Santi, salah satu warga Bae, Kudus, Minggu, mengakui, awalnya membeli pertamax karena kualitasnya memang dirasakan saat berkendara tarikan gasnya lebih ringan, dibandingkan saat memakai pertalite.
Akan tetapi, kata dia, dengan adanya kenaikan harga jual pertamax, dirinya terpaksa beralih membeli pertalite yang lebih murah dengan harga Rp7.650 per liter.
"Lumayan selisih harga sebesar Rp4.850 per liter bisa dipakai untuk kebutuhan harian lainnya. Sedangkan aktivitas harian juga hanya pulang pergi ke kantor dengan bersepeda motor," ujarnya, dikutip Antara.
Perubahan pola konsumsi pengguna pertamax beralih ke pertalite tersebut, dimungkinkan terjadi pada pengguna kendaraan lainnya karena beberapa operator pertashop yang hanya menyediakan BBM jenis pertamax.
Â
Advertisement
Omzet Turun Drastis
Arif, salah satu operator pertashop di kawasan Jati mengakui permintaan pertamax setiap harinya mengalami penurunan. Dari sebelumnya bisa mencapai seribuan liter per hari, kini turun lebih dari separuhnya.
"Dimungkinkan konsumennya beralih ke pertalite karena disparitas harganya yang cukup tinggi. Berbeda ketika selisih harganya tidak banyak tentu pengguna pertamax akan tetap bertahan," ujarnya.
Hal serupa juga disampaikan operator pertashop di Kecamatan Bae bahwa sejak adanya kenaikan harga pertamax per 1 April 2022, permintaan menurun dari sebelumnya bisa mencapai 600-an liter per harinya, kini berkurang menjadi separuhnya.
Pertashop merupakan penyalur resmi Pertamina dengan skala kecil untuk melayani kebutuhan BBM nonsubsidi. Berdasarkan data bulan April 2021 disebutkan bahwa di Kabupaten Kudus ada lima pertashop.
Tim Rembulan