Sukses

Mencicipi Takjil Bubur Sayur Lodeh Masjid Kauman Bantul Peninggalan Panembahan Bodho

Tradisi berbuka puasa dengan takjil berupa bubur sayur lodeh masih dilestarikan oleh Masjid Sabiilurrosyaad atau juga dikenal dengan Masjid Kauman Bantul.

Liputan6.com, Yogyakarta - Tradisi berbuka puasa dengan takjil berupa bubur sayur lodeh masih dilestarikan oleh Masjid Sabiilurrosyaad atau juga dikenal dengan Masjid Kauman Bantul. Dikutip dari berbagai sumber, tradisi yang sudah berlangsung ratusan tahun ini merupakan warisan Panembahan Bodho, murid Sunan Kalijaga dari Sidoarjo yang melakukan syiar Islam di Bantul.

Pada masanya, Panembahan Bodho yang aslinya dari Sidoarjo, Jawa Timur menyebarkan agama Islam di Bantul dan ikut andil membangun masjid ini.

Sejak masjid ini berdiri pula, tradisi menyajikan takjil bubur sayur lodeh pun tetap terjaga. Tradisi bubur dan sayur lodeh juga menyimpan makna tersendiri.

Bubur berasal dari kata bibirin yang artinya suatu hal yang bagus. Kemudian yang kedua, bubur itu dari kata beber artinya penjelasan.

Nanti di masjid ini akan ada penjelasan-penjelasan tentang ajaran-ajaran yang baik dengan pengajian-pengajian dan dakwah yang ada di masjid ini.

Sedangkan yang ketiga, bubur memiliki makna babar. Babar itu sama dengan bubur itu. Dengan materi yang sedikit tapi bisa membabarkan atau menyebarkan secara merata pada banyak orang.

Tampak panci-panci besar berisi bubur yang tengah dimasak. Para petugas terlihat sibuk mengaduk dan meramu bumbu agar bubur yang dimasuk tak gosong dan lezat.

Di dalam setiap 5 kilogram beras yang dimasukkan ke dalam panci, ditambahkan 12 sendok garam, santan seember, serta 15 lembar daun salam. Setidaknya, dua panci bubur ini bisa disajikan untuk 350 sampai 400 piring bubur.

Selain takjil Yogyakarta berupa bubur sayur lodeh, ada lauk lain yang juga disediakan masjid, yakni mi lethek, telur kuah kuning, serta krecek. Masjid ini berlokasi di Padukuhan Kauman, Kalurahan Wijirejo, Kapanewon Pandak.

Bukan hanya usianya yang sudah ratusan tahun, masjid ini memiliki keunikan berupa mustaka dari bahan tanah liat yang kabarnya merupakan peninggalan dari Panembahan Bodho. Masjid Kauman Bantul dibangun oleh Raden Trenggono, cucu Adipati Terung, Sidoarjo.

Kadipaten Terung merupakan Kadipaten di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit era Brawijaya V.

2 dari 2 halaman

Siapa Panembahan Bodho?

Raden Trenggono merupakan murid Sunan Kalijaga. Dia mendapat julukan sebagai Penembahan Bodho karena tidak mau mewarisi jabatan sebagai Adipati Terung dan lebih memilih meninggalkan sifat keduniawian lalu mengembara melakukan syiar agama Islam.

Raden Trenggono menerima julukan bodoh itu dengan rendah hati. Karena baginya urusan keduniawian tidak lebih penting dari urusan akhirat.

Dia rela tidak memilih menjadi adipati melainkan lebih memilih mensyiarkan agama Islam. Raden Trenggono oleh Sunan kalijaga kemudian ditugaskan untuk mengembara mensyiarkan agama Islam di Mataram lalu mendirikan Masjid Kauman, Bantul.

 

Penulis: Tifani

 

Saksikan video pilihan berikut ini: