Liputan6.com, Cilacap - Lembah Nirbaya populer sebagai salah satu tempat yang digunakan untuk eksekusi mati di Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Tak aneh jika tempat ini lantas dikenal sebagai lembah kematian Nusakambangan.
Konon, sejak zaman kolonial Lembah Nirbaya sudah kerap dijadikan tempat mengeksekusi napi. Hingga zaman modern, lembah ini juga digunakan sebagai lapangan tembak mati.
Beragam kisah misteri berembus dari lembah kematian ini. Dari teriakan minta tolong makhluk tak kasat mata, hingga tangisan misterius nan menyayat.
Advertisement
Baca Juga
Saat ini, lembah Nirbaya telah disulap menjadi Lapas Terbuka Nusakambangan. Ada peternakan dan pusat kegiatan positif lain yang dilakukan oleh napi yang hendak mengembangkan diri, sebelum hari pembebasan.
Nirbaya sebenarnya adalah nama penjara warisan kolonial yang ditutup oleh pemerintah Indonesia sejak 1986. Riwayat panjang lapas ini membuat lembah ini bak berselimut misteri.
Kerap terjadi hal misterius di tempat ini. Salah satu yang populer adalah misteri tangisan minta tolong yang kerap didengar oleh napi Lapas Terbuka. Namanya Lapas Terbuka para napi beraktivitas di luar sel, misalnya untuk memberi pakan sapi.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Eksekusi Mati dan Lembah Nirbaya Saat Ini
Lembah Kematian di Nusakambangan masih selalu menjadi kandidat lokasi eksekusi mati lantaran tempatnya yang terpencil dan sepi. Trio Bom Bali: Amrozi, Imam Samudara, dan Ali Ghufron kehilangan nyawa di pancang-pancang yang ditancapkan di lembah ini pada 2008.
Setelah itu menyusul dua terpidana mati asal Nigeria yang kemudian dikubur di Lembah Nirbaya. Pada Januari 2015, lembah itu diduga digunakan lagi untuk mengeksekusi lima dari enam gembong narkoba meski Kejagung tak pernah mengonfirmasi hal tersebut.
Namun pada 2017, Lembah Nirbaya telah disulap menjadi Lapas Industri Nirbaya, Nusakambangan. Papan nama berwarna kuning mencolok menegaskan identitas gedung megah yang kira-kira dibangun mulai dua tahun lalu.
Di tempat itu dibangun pusat pembibitan dan penggemukan sapi Bali. Di kastel, terdapat 152 ekor sapi Bali (Bos javanicus) yang diurus oleh 17 anak kandang. Semuanya adalah napi yang tengah menjalani masa asimilasi. Sapi yang sejenis dengan banteng Jawa (Bos javanicus Domecticus) itu gemuk-gemuk dengan kekhasan pantat dan kaki berwarna putih cerah.
Kepala Lapas Terbuka Nusakambangan kala itu, Ahmad Hardi, menuturkan jenis sapi Bali dipilih dengan berbagai pertimbangan, antara lain daya adaptasi tinggi, sesuai dengan iklim Nusakambangan, dan kualitas karkasnya yang bagus.
"Pemilihan sapi Bali ini juga untuk melestarikan jenis sapi yang masih berkerabat dengan jenis sapi Jawa. Jenis sapi Jawa mungkin juga akan kembali diternakkan," kata Hardi.
Â
Advertisement
Penggemukan Sapi
Dalam masa pemeliharaan selama enam bulan ini, kata Hardi, rata-rata bobot sapi jantan di pusat penggemukan sudah bertambah sebanyak 43 kilogram. Saat ini sapi program penggemukan sudah memasuki tahap lelang. Adapun sapi betina program pembibitan saat ini sudah bunting dan tinggal menunggu kelahiran.
"Jadi, rata-rata perkembangan pertumbuhannya rata-rata 43 kilogram per ekor. Lebih kurang sudah enam bulan. Ini sudah memasuki tahap lelang," ujarnya.
Hardi menjelaskan, lapas produktif merupakan kerja sama KemenkumHAM dengan Badan Perencanaan Nasional (Bappenas), Kementerian Pertanian, Kementerian Perhubungan, badan usaha, perbankan, lembaga swadaya masyarakat nasional dan internasional serta Kamar Dagang Indonesia (Kadin).
"Peternakan sapi Nusakambangan di masa depan akan dikembangkan menjadi salah satu penopang kebutuhan daging nasional dengan proyeksi kapasitas ribuan ekor," ujar dia.
Hardi optimistis peternakan ini akan berkembang, terutama mengingat potensi melimpahnya pakan ternak di Nusakambangan.
Meski begitu, tetap saja, Lembah Nirbaya tetap muram di kala malam tiba. Anak-anak kandang tak mungkin mau sendirian tatkala langit berangsur temaram.
Mereka tak mau mendengar tangisan yang menyayat dari makhluk tak kasat mata penghuni lembah kematian ini.
Tim Rembulan