Sukses

Eksploitasi Hutan Tak Terkendali Bikin Beringas Satwa Liar, Warga Riau Ketar-Ketir

Eksploitasi hutan dan pemberian izin mengelola kawasan hutan secara berlebihan membuat harimau sumatra dan gajah kehilangan habitat sehingga makin beringas kepada manusia.

Liputan6.com, Pekanbaru - Masyarakat Riau di dua kabupaten dalam sebulan terakhir dibuat ketar-ketir karena kemunculan satwa liar. Di Kabupaten Bengkalis ada harimau sumatra yang menyasar rumah hingga memangsa manusia, sementara di Indragiri Hulu ada gajah dalam kebun.

Sejatinya, harimau sumatra dan gajah itu bukan memasuki kawasan terlarang. Namun justru keduanya kembali ke habitatnya yang sudah disulap manusia menjadi kebun dan tempat tinggal.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau bahwa konflik harimau di Bengkalis, tepatnya di Kecamatan Talang Muandau, berada di kawasan Giam Siak Kecil.

Keadaan ini membuat Wakil Ketua Umum Asosiasi Sawitku Masa Depanku (Samade), Abdul Aziz, angkat bicara. Menurutnya, ada beberapa hal yang menyebabkan satwa dilindungi itu masuk ke perkebunan warga.

Salah satunya adalah karena habitat asli satwa tersebut sudah hilang. Hal itu disebabkan oleh izin berlebihan yang diberikan pemerintah kepada korporasi, baik perizinan perkebunan maupun kehutanan.

"Ditambah lagi eksodus besar-besaran masyarakat untuk berkebun, ini kan membuat persoalan yang rumit," kata Aziz, Jumat siang, 22 April 2022.

Aziz mengatakan, kondisi ini, perlu pemantauan kembali apakah kantong-kantong yang disebut menjadi habitat asli satwa-satwa dilindungi itu masih hutan atau sudah beralih fungsi menjadi perkebunan.

"Kalau memang lahan itu masih hutan, otomatis mereka akan bisa hidup di sana tapikan keadaannya sekarang, satwa-satwa itu sampai masuk ke kebun rakyat," ujarnya.

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Waspada Tinggi

Dia juga menyoroti penyebab lain yang membuat satwa-satwa dilindungi itu masuk ke kebun rakyat bukan kebun korporasi.

"Kenapa sasarannya selalu kebun rakyat? Bisa jadi karena kalau kebun korporasi sekuritinya ada, ada parit gajah, ada juga yang dikanal, sedangkan kebun rakyat kan tidak ada yang menjaga, tidak ada pembatas yang menghalangi satwa masuk ke sana, makanya selalu kebun rakyat yang menjadi sasaran," ungkap dia.

Saat ini, kata Aziz, petani harus waspada karena berada di level paling bawah dengan keterbatasan sistem pengamanan, petani harus bisa menjaga diri sendiri.

"Solusinya pasrah saja karena kalau petani bawa bedil, kemudian bertemu satwa itu dan dibedil, nanti petani yang kena pidana, sementara kalau tidak dibedil kita yang dimangsa," ujarnya.

Di sisi lain, Aziz menyarankan petani yang kebunnya ada harimau agar melihat cuaca untuk beraktivitas di lahan. Apabila cuaca dingin, dia menyarankan agar tidak masuk ke kebun dulu.

"Karena biasanya kalau cuaca dingin, makhluk hidup itu gampang lapar dan mencari mangsa. Kedua kalau ke kebun jangan sendiri, sehingga bisa saling memantau," imbaunya.

Sementara itu, Plt Kepala BBKSDA Riau Fifin Arfiana Jogasora menjelaskan situasi di Desa Tasik Tebing Serai lebih kondusif dari beberapa hari sebelumnya.

"Mudah-mudahan harimaunya sudah makin menjauh masuk ke hutan," kata Fifin.

Fifin menyatakan petugas masih di desa itu menjaga perangkap yang dipasang. Selain itu, menjaga kondusivitas masyarakat agar harimau dan warga sama-sama terjaga.