Sukses

Perajin Rotan di Sukoharjo Mendulang Berkah Jelang Hari Raya Idul Fitri

Desa Kerten, Trangsan, Gatak, Sukoharjo, Jateng adalah sentra tempat kerajinan rotan. Pada bulan Ramadhan hingga Lebaran, perajin rotan di sana mendapat kebanjiran orderan musiman untuk kayu parcel dari toko dan supermarket di Solo Raya.

Liputan6.com, Sukoharjo Laki-laki paruh baya itu dengan cekatan memotong dan merangkai potongan rotan menjadi kayu-kayu parcel untuk dikirim ke toko-toko dan supermarket di wilayah Jawa Tengah (Jateng). Dia adalah Jumadi. Pria 53 tahun itu sudah lebih dari 20 tahun menggeluti pekerjaan membuat kerajinan rotan parcel.

Ia bercerita setiap menjelang Hari Raya Natal dan Hari Raya Idul Fitri dirinya mendapat pesanan hingga ribuan kerajinan rotan parcel. Sebelum Ramadan dan puncaknya di pertengahan bulan Ramadhan, dia melanjutkan, dengan tiga orang karyawannya bisa mengerjakan 100 kayu parcel.

"Pesanan banyak bisa ribuan mulai dari sebelum bulan puasa sampai Hari Raya Idul Fitri. Dalam sehari, paling bisa mengerjakan sekitar 100 buah kayu parcel," kata Jumadi kepada Liputan6.com ditemui di rumahnya, Selasa (26/4/2022).

Jumadi mengaku lantaran pandemi Covid-19 dirinya terpaksa merumahkan beberapa karyawannya dan tersisa tiga orang karyawan. Sehingga, Jumaidi tidak bisa memenuhi pesanan lantaran terkendala modal dan karyawan.

 

2 dari 2 halaman

Omzet Musiman Puluhan Juta

"Dulu karyawan banyak, tapi sekarang cuma 3 orang. Apalagi yang pesan tidak pernah mau memberikan uang tanda jadi (DP) jadi saya tidak bisa membeli bahan kaku yang lumayan mahal. Ya, sekarang mengerjakan pesanan sebisanya jadi berapa kalau jadi seribu ya dikirim seribu," ujar dia. 

Menurutnya, jika dirinya memiliki modal banyak, dia bisa menerima orderan pesanan lebih banyak dari berbagai daerah. Namun, lantaran dirinya terkendala modal, Jumadi mengaku menerima pesanan sesuai kemampuan dana dan SDM-nya. "Pesanan sebenarnya banyak, tapi karena modal dan tenaga seadanya jadi ya ambil orderannya sesuai kapasitas kita," tutur dia. 

Di sisi lain, bahan baku yang harus dibeli dari luar Jateng membuat dirinya memutar otak agar tetap bisa mendapatkan keuntungan dan bisa membayar para pekerjanya. "Pesanan dari seputar Solo saja. Cuma bahan baku yang agak jauh belinya dari Surabaya, Kalimantan, dan Sulawesi. Harga satuannya mulai dari Rp15 ribu sampai Rp75 ribu rupiah," ucapnya.

Omzetnya setiap jelang lebaran mencapai puluhan juta rupiah. Bisnis kerajinan rotan ini membuat dirinya mampu bertahan hidup, bahkan bisa sampai membiayai sekolah anaknya hingga lulus sarjana. 

"Omzet 10-15 juta mulai dari sebelum bulan puasa sampai jelang lebaran. Kalau tetangga yang lain bisa ratusan juta karena modalnya ada, kalau saya karena modal kurang jadi cukup saja yang penting bisa memenuhi kebutuhan keluarga, beli bahan baku, dan bayar karyawan," kata dia.

Sementara itu, untuk menekan biaya agar tidak terlalu tinggi dan dirinya tetap mendapatkan keuntungan, Jumaidi mengakalinya dengan menggabungkan bahan baku lokal dan bahan baku impor. "Kalau bahan baku yang murah itu yang model rotan limbah per kilo cuma Rp6 ribu rupiah dan bahan baku rotan impor per kilo Rp25 ribu rupiah," dia menandaskan.