Sukses

Makna Tersembunyi di Balik Ketupat yang Jadi Menu Khas Lebaran

Ada yang dinanti saat lebaran Hari Raya Idul Fitri selain berkumpul dengan keluarga besar. Apalagi kalau bukan ketupat yang dibuat dari beras lalu dimasukkan ke dalam anyaman pucuk kelapa.

Liputan6.com, Denpasar - Ada yang dinanti saat lebaran Hari Raya Idul Fitri selain berkumpul dengan keluarga besar. Apalagi kalau bukan ketupat yang dibuat dari beras lalu dimasukkan ke dalam anyaman pucuk kelapa. 

Ya, memang ketupat sudah menjamur dengan lebaran. Bahkan menjadi tradisi yang dilestarikan secara turun-temurun, khususnya masyarakat di Pulau Jawa. Kalau kita amati secara saksama,  pamflet atau poster Hari Raya Idul Fitri yang beredar di media sosial mayoritas memasukkan ikon-ikon ketupat sebagai penghias desainnya.

Dari hal-hal tersebut kemudian muncul satu pertanyaan besar. Kenapa ketupat identik dengan Hari Raya Idul Fitri hingga akhirnya menjadi menu khas lebaran?

Mengutip berbagai sumber, ternyata bukan baru-baru ini ketupat menjadi menu khas lebaran. Jauh sebelum Indonesia merdeka, ketupat sudah menjadi menu yang wajib ada saat lebaran. 

Tradisi kupatan muncul pada zaman walisongo. Saat itu ketupat dibawa oleh Sunan Kalijaga yang bertujuan sebagai syiar agama Islam di Pulau Jawa. 

Sunan Kalijaga berhasil mengasimilasi antara budaya di masyarakat saat itu dengan nilai-nilai Islam. Hingga akhirnya, ketupat identik dengan tradisi islami yang sampai saat ini menjadi makanan khas di hari raya Islam seperti lebaran.

**Pantau arus mudik dan balik Lebaran 2022 melalui CCTV Kemenhub dari berbagai titik secara realtime di tautan ini

 

Sakskan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Makna dan Filosofi Ketupat Lebaran

Ketupat bukan sekadar makanan khas yang wajib ada saat lebaran. Lebih dari itu, ketupat memiliki makna dan filosofi yang sangat dalam. 

Dalam bahasa Jawa, ketupat atau kupat merupakan akronim dari Ngaku Lepat yang berarti mengakui kesalahan. Saat lebaran, diharapkan umat Islam bisa mengakui kesalahan yang telah dilakukannya dan memaafkan kesalahan orang lain. Hal ini juga senada dengan kebiasaan saling maaf-memaafkan saat lebaran. 

Masih dalam bahasa Jawa, kupat juga diartikan sebagai Laku Papat yang berarti empat tindakan. Maksud dari empat tindakan tersebut adalah sebagai berikut

1. Lebaran, artinya selesai dalam menjalani ibadah puasa dan boleh untuk menikmati hidangan makanan di siang hari. 

2. Luberan, artinya menyimbolkan untuk bersedekah dengan ikhlas bak air yang berlimpah muleber dari wadahnya. 

3. Leburan, artinya lebur atau habis. Dimaknai agar saling memaafkan satu sama lain. 

4. Laburan, diambil dari kata labur yang artinya bersih putih. Jadi, setelah lebaran selalu menjaga kebersihan hati dan jangan kembali mengotorinya dengan melakukan atau mengulangi kesalahan serupa.