Sukses

Program Sahabat Sehat, Edukasi Kesehatan ke Warga Sikka NTT

Inovasi Sahabat Sehat menjadi model pendekatan kesehatan dari hati di masyarakat di Kabupaten Sikka NTT.

Liputan6.com, Sikka - Program Sahabat Sehat yang digalakkan pemerintah Indonesia, turut dijalani oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Kewapante Kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur (NTT).

Inovasi tersebut menjadi model pendekatan kesehatan dari hati di masyarakat. Keberhasilan inovasi tak hanya dengan model pendekatan ke masyarakat saja, tapi juga ke komitmen tokoh-tokoh yang ada di dalamnya.

Di Kabupaten Sikka NTT terdapat 25 Puskesmas yang melaksanakan pendekatan Sahabat Sehat ini, namun tidak semua berhasil melaksanakannya.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus mengatakan, inovasi Sahabat Sehat menjadi model pelayanan kesehatan masyarakat melalui pendekatan keluarga.

Mengambil bahasa lokal Sikka, filosofi Sahabat Sehat adalah melakukan pemeriksaan (logulowot), datang secara rutin (lakolalong), sambil berbincang ringan (bibobabong), dan mencari solusi (kulakameng).

Ada banyak manfaat dari program Sahabat Sehat tersebut, seperti mampu mempertahankan kesehatan keluarga, agar tetap memiliki produktivitas yag tinggi, sumber data Puskesmas dan lintas sektor dan deteksi dini penyakit atau masalah kesehatan di masyarakat.

“Upaya preventif dan promotif terintegrasi, serta kemandirian kelurarga dan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan,” ucapnya di Sikka NTT, Rabu (1/6/2022).

Dia mengatakan, Kepala Puskesmas Kewapante, Theresia Angelina Bala, dapat dijadikan role model untuk keberhasilan program Sahabat Sehat tersebut.

Tanpa komitmen dan kepemimpinan yang kuat, inovasi ini akan sulit dilaksanakan. Kinerja Kepala Puskesmas Kewapante tersebut juga, mendapat dukungan dari dokter Puskesmas Kewapante pada aspek medis.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Tim Sahabat Sehat

“Masyarakat sebagai penerima manfaat, mereka yang paling mendapatkan manfaat dari model inovasi Sahabat Sehat ini. Seperti peningkatan aspek pengetahuan, serta berbagai solusi dari masalah kesehatan yang selama ini meraka hadapi,” katanya.

Dari kekuatan tim Sahabat Sehat itu sendiri, lanjut Petrus, yang terdiri dari para Tenaga Kesehatan Puskesmas, Tenaga Kesehatan Desa (TKD), dan kader kesehatan.

Kekuatan mereka terletak pada peran yang dimainkan secara tim dan soliditas yang berhasil mereka bangun. Kekuatan internal tersebut itu juga, didukung oleh instrumen yang digunakan, berupa Form Pendataan.

Yang mana, memuat data dasar by name by address seluruh penduduk, Buku Catatan Pribadi (BCP), dan juga Buku Register Masalah Kesehatan.

“Data yang dikumpulkan sangatlah lengkap. Sekali jalan, tim Sahabat Sehat dapat mengumplkan seluruh informasi yang dibutuhkan, untuk dianalisa dan kemudian dijadikan landasan pengambilan keputusan,” katanya.

3 dari 3 halaman

Data Satu Pintu

Pada kemitraan dan juga dukungan dari pihak lain, dalam hal ini dari aparat pemerintah dan tokoh agama. Dukungan dari aparat pemerintah yang paling mendasar berasal dari pihak camat dan kepala desa di tiap-tiap desa.

Serta, dukungan dari tokoh agama, khususnya dari gereja menjadi landasan moral dan iman setiap gerak langkah tim Sahabat Sehat di lapangan.

“Selama ini data dikumpulkan melalui data satu pintu. Di sini masih perlu ada perbaikan pada aplikasinya. Karena data pada aplikasi masih berbeda dengan data manual, yang diperoleh di lapangan. Sudah diakukan input melalui aplikasinya, tapi ternyata tidak terdapat up date secara aplikasi,” ucapnya.

Petrus Herlemus juga menyampaikan, dalam pelaksanaannya, banyak hal positif yang dicapai, antara lain penangangan COVID-19, Orang Dengan Gangguan Kejiwaan (ODGJ).

Sebelumnya cakupan pengobatan, deteksi dini, skriningnya hanya sekitar 500-an orang, menjangkau dari rumah ke rumah, sekarang 1.000 orang, juga pada kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), melalui Sahabat Sehat mampu memantau jentiknya, yang dilakukan dari rumah ke rumah.