Sukses

Usai Banjir Bandang Ciwidey, Warga Berharap Jembatan dan Tanggul Segera Diperbaiki

Pascabanjir bandang Ciwidey, Senin (6/6/2022) lalu, warga terdampak berharap jembatan dan tanggul penahan bibir sungai atau kirmir segera diperbaiki.

Liputan6.com, Bandung - Warga terdampak banjir bandang Ciwidey, Kabupaten Bandung, berharap jembatan mereka yang roboh segera diperbaiki, serta yang tak kalah dianggap mendesak adalah perbaikan tanggul penahan bibir sungai atau kirmir.

Banjir bandang di Desa Ciwidey diketahui terjadi Senin (6/6/2022) sekitar pukul 16.00 WIB. Ada tiga kampung yang terdampak ruahan air sungai yakni Cimuncang, Kaum Kidul dan Sukasari.

Derasnya arus sore itu mengakibatkan beberapa rumah serta satu tempat ibadah rusak, paling parah merobohkan satu jembatan penghubung Kampung Cimuncang (Ciwidey)-Kampung Warung (Pasir Jambu).

Pascabanjir, Rabu (8/6/2022) siang sekitar pukul 13.00 WIB, warga dibantu tiga anggota TNI dan dua ajudan dari Satgas Citarum Harum Sektor 21 Sub 12 Soreang-Ciwidey, terpantau bergotong-royong mengangkat dua rangka besi jembatan yang jatuh ke sungai.

Jumlah mereka tak banyak, warga dan anggota TNI mesti berjibaku mengangkat dua bilah besi. Badan mereka kuyup, selain oleh keringat, karena turun ke sungai yang dalamnya sampai seleher. Besi itu mereka ikat dengan tambang, lalu ditarik oleh sebagian warga yang berada di sisi atas sungai.

Bukan tanpa bahaya, dua bilah besi itu bisa kembali jatuh dan bukan tak mungkin menimpa tim bawah apabila tim atas tak kuat menahan. Untungnya, kemungkinan buruk itu tak sampai terjadi. Bilah besi berhasil terangkat, warga dan anggota TNI pun bersorak melepas was-was.

"Tadi kita angkat besi itu. Panjang jembatan sekitar 20 meter dengan tinggi 8 meter," ungkap Praka Andrizal Oktavianus asal Batalion Arhanud 14 Cirebon, kepada Liputan6.com, sehabis ia terjun ke sungai bersama rekannya yang lain, Serka Erik dan Praka Yoko.

 

Simak video pilihan berikut ini:

2 dari 4 halaman

Jembatan jadi Akses Vital

Menurut Ketua RW 08, Cimuncang Selatan, Enok Sukaesih (55), keberadaan jembatan tersebut sangat vital karena sebagai akses utama bagi anak-anak yang berangkat sekolah serta ibu-ibu yang hendak ke pasar.

"Besi jembatan ini bekas rel kereta api yang tidak terpakai. Jembatan sudah lama, sekarang umur saya 55 tahun sudah ada itu jembatan," katanya.

Karena jembatan roboh, dua hari ini warga yang hendak melintas harus menempuh jalan memutar yang jauhnya bisa jadi 3-4 kali lipat. Yang biasa jalan kaki, kini sebagian terpaksa naik ojek. Kondisi ini jelas dirasa merepotkan warga.

"Biasanya kan kita ngirit, ya, buat jajan, sekarang karena naik ojek jadi tambah ongkosnya," karena itu ia berharap jembatan segera diperbaiki.

 

3 dari 4 halaman

Faktor Kirmir

Menurut Ketua RW 05, Fajar Ferdiansyah (35), robohnya jembatan diduga tak terlepas dari kondisi kirmir yang buruk. Dugaannya, kirmir yang keropos menjadi salah satu faktor penyebab penahan jembatan goyah.

"Kemarin itu mungkin bentengnya (kirmir) sudah enggak kuat jadi, ya, ambruk," katanya.

"Paling utama dibutuhkan adalah (pembangunan) kirmir full sepanjang sungai, karena kalau setengah-setengah kan tetap ada celah antara kirmir dan tanah, jadi kalau volume air meningkat, air masuk lagi di sela celah itu, kalau begitu sama saja bisa roboh lagi, jadi memang harus full," ungkapnya.

Kondisi kirmir yang buruk pun diduga jadi musabab sebagian ruang belakang rumah Nina (43) ambruk tergerus air, separuh dapur dan kandang ternak.

"Dapur, belakang rumah terbawa air. Di sini (belakang rumah) tempat usaha bapak, ternak ayam habis terbawa air semua, ada 10 ekor terbawa juga," katanya.

Rumah Nina tepat berada di samping jembatan. Sore saat kejadian, ia bersama suami dan dua anaknya tengah berada di rumah. Mereka mendengar jelas suara gemuruh air sungai.

"Jam empat sore hujan reda, air meluap gede. Itu biasanya dari gunung. Waktu kejadian semua anggota keluarga memang lagi pada di rumah. Ini sudah dua kali. Pas jembatan roboh juga kita lihat," kata Nina yang mengaku was-was bencana serupa terulang, dan berharap kirmir diperbaiki agar turut menahan pondasi rumahnya.

4 dari 4 halaman

Perbaikan Disebut Lelet

Ena, Enok, dan Fajar sepakat bahwa perbaikan kirmir menjadi genting untuk saat ini. Setidaknya, jika sisi tanah sungai terlapisi kirmir, maka itu diharapkan dapat menahan gerusan air sungai.

Fajar maupun Enok sama-sama mengaku bahwa sebagai pengurus RW mereka sudah sedari lama mengajukan perbaikan kirmir untuk wilayah yang sekarang terdampak. Namun, mereka merasa laporannya hanya mentok sampai di desa.

Lebih jauhnya, mereka tak tahu alasan mengapa perbaikan kirmir tak kunjung dilakukan. Adanya kejadian ini, harapan mereka perbaikan kirmir bisa disegerakan. Jika berlarut, taruhannya adalah keselamatan warga.

"Kata Pak RK (Ridwan Kamil) dan Pak Wabup Bandung (Sahrul Gunawan) tadi, bahwa langkah awal yang akan dilakukan perbaikan kirmir dulu supaya tidak tergerus lagi. Setelah itu baru untuk jembatan ini bisa dibangun lagi. Itu kata beliau tadi di depan semua warga yang hadir," ungkapnya.

"Ya, mudah-mudahan saja cepat terealisasi. Karena takutnya datang lagi (volume air) yang besar, yang dikhawatirkan rumah-rumah yang di pinggir sungai habis tergerus lagi," imbuhnya.

Diketahui, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dan Wakil Bupati Bandung, Sahrul Gunawan, menyempatkan datang ke lokasi pada Rabu (8/6/2022). Dalam kesempatan itu, disampaikan janji memperbaiki kirmir dan menyampaikan permohonan maaf kepada warga.

"Itu tebing yang rusak berpotensi membahayakan warga, kita akan tutup sementara oleh bronjong lalu dipermanenkan, baru tahap ketiganya jembatan dibangun lagi," kata Ridwan Kamil.

"Mohon maaf kepada warga khususnya anak-anak yang bersekolah, harus putar lagi agak jauh tapi tunggu waktunya, negara akan memperbaiki jalur lalu lintas," ia melanjutkan.