Liputan6.com, Bali - Kopi merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi di Indonesia. Adapun dua varian kopi yang umumnya diperjualbelikan yaitu Arabika dan Robusta. Sebagai pegiat kopi di Kalbar, 101 Coffee House berhasil mengangkat varian baru, Liberika namanya.
“Kopi Liberika merupakan kopi jenis produk lokal Kalbar ini bisa diterima oleh masyarakat luar Kalbar, bahkan mancanegara. Ini diikutsertakan pada ajang pameran di Bali sebagai produk dari 101 Coffee House,” kata Paikun, Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Kalbar pada Liputan6.com saat ditemui di pameran Forum Internasional 7th Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 di Nusa Dua, Bali, pekan lalu.
Baca Juga
Khusus untuk varian Liberika beberapa dari daerah Kalbar yaitu, Kubu Raya (Rasau Jaya dan Punggur), Kayong Utara (Seponti), Sambas (Paloh dan Kartiasa).
Advertisement
“Kami juga sedang melakukan usaha untuk mengembangkan kopi dari beberapa daerah lainnya, agar target dan tujuan sebagai produsen kopi lokal tercapai,” ujar Siti Masitha, pemilik 101 Coffee House pada peliput.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tentang Kopi Liberika
101 Coffee House mulai mengolah sendiri kopi Liberika sejak tahun 2019 dan menjadi varian yang sangat digemari karena rendah kafein. Ketersedian yang langka, menjadikan nilai jualnya lebih tinggi dibandingkan varian kopi lain. Pada dasarnya coffee shop adalah tempat ngopi atau hang out sambil menikmati suasana.
Di 101 Coffee House, para pengunjung dapat menyaksikan langsung proses roasting, brewing dan mempelajari terkait produk kopi melalui izin management.
“Kami melayani end user dan menjadi tempat bagi para pengunjung untuk mendapatkan informasi tentang kopi, bertujuan untuk memasarkan kopi lokal berkualitas,” sambung perempuan asal Kalbar itu.
Advertisement
Kendala Pengembangan Kopi Liberika
Bukan hal mudah mengembangkan keberadaan Liberika dengan kualitas layak sebagai produk olahan dan dipasarkan, mengingat berbagai persoalan yang harus diselesaikan bersama.
“Untuk saat ini, kami melakukan diskusi bersama petani, mengenai kendala lapangan baik dari segi permodalan, peralatan, proses, promosi hingga publikasi, dan kepada pemerintah mengenai dukungan yang dapat diberikan, terkait pengembangan industri kopi di Kalbar,” kata Siti.
Kebutuhan terhadap kualitas kopi bukan hanya pada proses roasting, namun sejak penanaman, panen, proses paska panen, hingga penyimpanan (storage) sangat menentukan kualitas. Paikun menyebut bahwa sinergisitas antar pelaku UMKM diperlukan dalam memasarkan produk sehingga menambah daya ungkit perekonomian daerah khususnya di Kalbar.
“Pembiayaan (permodalan), komitmen petani, dan pelaku UMKM dalam mengembangkan dan memasarkan produk, menjaga kualitas produk untuk masuk pasar merupakan kendala yang masih harus dituntaskan bersama,” ujar Paikun selaku pendamping dari pihak pemerintah.
Rencana di Masa Depan
"101 dan pemerintah sedang merancang program ke depan dalam pengembangan produk terkait. Pemerintah sudah beberapa kali memberi kesempatan pada 101 untuk berpartisipasi dalam berbagai event, mempresentasikan dan mempromosikan produk kopi lokal," kata Paikun menambahkan.
Liberika yang jumlah sangat terbatas, dan sedikit dari jumlah tersebut ada Kalimantan Barat, semestinya bisa menjadi produk lokal unggulan. Bukan hal yang tidak mungkin jika kerjasama antara petani kopi, pegiat kopi dan pemerintah menciptakan ekosistem kerja berintegrasi secara maksimal untuk dapat membawa potensi kopi lokal berkualitas Goes International.
“Kami mengharapkan Kopi varian Robusta dan Liberika dari Kalbar ini bisa menjadi salah satu produk yang bisa membanggakan Indonesia,” pungkas Siti Masitha.
Advertisement