Sukses

Menanti Gebrakan Pabrik Cerutu Tertua di Indonesia PD Taru Martani

PD Taru Martani merupakan pabrik cerutu tertua di Indonesia. Sultan HB X selaku Gubernur DIY meminta perusahaan daerah itu dapat melakukan inovasi sehingga berdampak baik pada sektor ekonomi.

Liputan6.com, Yogyakarta - PD Taru Martani merupakan pabrik cerutu di Yogyakarta yang berdiri sejak 1918. Sebagai perusahaan daerah Gubernur DIY Sri Sultan HB X berharap PD Taru Martani dapat meningkatkan penjualan dengan diversifikasi produk.

"Karena relatif pemasaran cerutu sudah lebih bagus dari beberapa tahun lalu dan sudah bisa mengeluarkan branding sendiri sehingga marketnya lebih besar. Saya berharap ada diversifikasi produk. Program-program lain di sektor pertanian dapat dilakukan," ucap Sri Sultan dalam kunjungan kerja di pabrik cerutu PD Selasa (14/6/2022) siang.

Menurut Sultan, diversifikasi produk ini menjadi langkah PD Taru Martani untuk meningkatkan ekspor. Sehingga, pendapatan ekonomi dapat lebih tinggi dari sebelumnya.

"Karena nilai aset di sini dengan keuntungannya belum seimbang. Jadi perlu dinaikkan lagi meski perlu modal yang lebih besar. Tapi dengan harapan seperti itu, kita bisa mengembangkan potensi ini untuk memberikan ruang untuk ekspor yang besar, tak hanya di sini, namun produk lain di sektor pertanian namun jangan sampai bersaing dengan petani kita," ujar Sri Sultan.

Sultan menekankan langkah ini harus dilakukan agar PD Taru Martani tidak bersaing dengan petani atau penjual di pasar. Justru ia berharap, diversifikasi yang dilakukan dapat menopang produk-produk yang sudah ada.

"Kalau bisa justru bisa memberikan benih yang lebih bagus bagi petani. Dari pilihan-pilihan itu nanti kita bicarakan lagi dalam program bisnis Taru Martani. Jadi jangan hanya cerutu saja. Apalagi di bangunan ini masih memungkinkan untuk diberikan fasilitas lain," harap Ngarsa Dalem.

Direktur Utama PD Taru Martani Nur Ahmad Effendi, menyampaikan pihaknya akan segera menindaklanjuti arahan dari Sri Sultan. Menurutnya, itu sebuah tantangan yang harus dijalani.

"Diversifikasi yang diarahkan Sri Sultan adalah dalam pertanian yang punya nilai lebih seperti hortikultura, sayur dan buah tingkat atas. Pasarnya sangat terbuka di Jogja," jelasnya.

Menurut hitungan bisnis yang dilakukan, potensi diversifikasi tersebut dinilai masuk akal.

"Kemungkinannya karena usaha pokok kita sudah sangat baik. Artinya untuk menghidupi karyawan dan setoran (PAD) ke Pemda (DIY) sudah cukup. Sehingga tantangan dari beliau untuk diversifikasi itu bisa kita siapkan," katanya.

Nur Ahmad mengatakan diversifikasi yang dilakukan juga dapat meningkatkan target pasar. "Kita sudah penetrasi pasar yang dulu belum disentuh, seperti Taiwan, Singapura. Saat ini, hasil untuk variasi produk yang besar bisa 5.600 buah, kalau yang kecil 20.000-an dengan karyawan sebanyak 230 orang.”

Nur mengatakan, sebelum pandemi, produksi tahun 2018 mencapai 68 ton setiap tahunnya. Kini, rata-rata tiap tahun 260 ton.

"Alhamdulilah kita bisa menyelesaikan kewajiban yang ditinggalkan manajemen lama. Total pendapatan saat ini adalah Rp68 miliar, keuntungan Rp13,5 miliar, sementara untuk setoran cukai Rp15 miliar dan PAD sesuai Perda 40% sebanyak Rp5,5 miliar," dia mengatakan.

Sejak didirikan, PD Taru Martani konsisten memproduksi 14 jenis cerutu kualitas ekspor seperti Cigarillos/Treasure, Extra Cigarillos, Senoritas, Panatella, Slim Panatella, Half Corona, Corona, Super Corona/Grand Corona, Boheme, Perfecto, Royal. Rothschild, dan Churchill. Saat ini, Taru Martani memproduksi tiga formulasi campuran cerutu yaitu : Natural Cigar, Flavour Cigar, dan Mild Cigar.

 

Simak video pilihan berikut ini: