Liputan6.com, Kendari - Oputa Yi Koo atau Sultan Sultan Himayatuddin Muhammad Saydi ditetapkan sebagai pahlawan nasional asal Sulawesi Tenggara di Jakarta, 7 November 2019. Menjabat Sultan Buton ke 23, ia juga merupakan Putra Sultan Buton ke-13 Sultan Laiuddin Ismail.
Kepahlawanan Oputa Yi Koo, oleh Pemda Sulawesi Tenggara, akan diabadikan dalam bentuk gedung dan monumen yang saat ini tengah dalam proses penyelesaian. Salah satu di antaranya, sedang dalam masa perencanaan dan komunikasi dengan pihak Bandara Halu Oleo.
Kadis Cipta Karya Bina Konstruksi dan Tata Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara Pahri Yamsul menyatakan, ketiganya yakni, Rumah Sakit Jantung Provinsi Sulawesi Tenggara di Kota Kendari, Monumen Pahlawan Nasional di Kota Baubau, dan Patung Oputa Yi Koo di Bandara Halu Oleo Kendari.
Advertisement
"Untuk patung di Bandara Halu Oleo , kami masih menjajaki komunikasi dengan pihak bandara dan pihak Lanud Halu Oleo Kendari, namun ada alternatif," kata Pahri Yamsul.
Baca Juga
Dia mengatakan, patung Oputa Yi Koo di Kota Kendari, akan dibangun di salah satu lokasi alternatif yakni salah satu perempatan ramai lalu lintas di Kota Kendari. Hal ini dilakukan jika pembangunan di Bandara Halu Oleo tidak jadi dilaksanakan.
Terkait RS Jantung, dia mengatakan, penamaan menjadi RS Jantung Oputa Yi Koo sudah mendapatkan SK Gubernur Sultra. Pihak Cipta Karya kini tengah fokus menyelesaikan pembangunan rumah sakit 17 lantai tersebut.
Sementara untuk monumen nasional di Kotamara Baubau, dilakukan sebagai salah satu tapak tilas tempat Oputa Yi Koo berjuang melawan penjajah. Di monumen ini, rencananya akan dibangun setinggi 23 meter, sesuai posisinya sebagai Sultan Buton ke-23.
"Posisinya menghadap Laut Kabaena, tempat perlawanan dia terhadap penajah Belanda. Rencananya, bangunan ini benar-benar akan menampilkan ekspresi seorang Sultan," ujar Pahri Yamsul.
Selain itu, bangunan monumen Oputa Yi Koo Kota Baubau, cukup rumit. Sebab, monumen setinggi 30 meter ini dibangun di atas air dan memerlukan biaya tak sedikit.
"Anggaran awal sebesar Rp17 miliar jika tak ada halangan akan selesai pada 2023. Kita berharap, semua bangunan ini ke depannya menjadi objek pariwisata dan memicu pertumbuhan perekonomian di sekitarnya," tambah Pahri Yamsul.
Akan ada pula museum mini di bawah monumen pahlawan nasional Oputa yi Koo. Museum ini akan berisi diorama, gambaran perjalanan dan perjuangan Oputa Yi Koo dalam memimpin dan melawan penjajah.
Sejarah Singkat Oputa Yi Koo
Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi atau lebih dikenal sebagai Oputa Yi Koo merupakan Sultan Buton ke-23. Namanya resmi menjadi Pahlawan Nasional pada 7 November 2019, berdasarkan surat keputusan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.
Oputa Yi Koo merupakan anak seorang bangsawan. Ayahnya merupakan Putra Sultan Buton ke-13, Sultan Laiuddin Ismail. Gelar Oputa Yi Koo juga berarti sultan yang bergerilya di hutan. Dia diberi julukan La Karambau karena memiliki badan yang besar dan tinggi. Dia lahir di Buton pada awal abad ke-18 Masehi.
Sejak kecil, dia telah menujukkan sikap patriotisme, berani, jujur, dan menjunjung tinggi kebenaran hingga ia dijuluki dengan nama "La Karambau".
Dalam sejarah Buton, ia merupakan satu-satunya Sultan Buton yang menduduki takhta sebanyak dua kali, yang pertama pada 1751-1752 dan yang kedua pada 1760-1763. Sultan Himayatuddin adalah Sultan Buton yang melakukan perlawanan terhadap penguasaan VOC/Belanda selama 24 tahun (1752-1776) hingga meninggal di Gunung Siotapina pada 1776.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Advertisement