Liputan6.com, Solo - Semakin maraknya wanita menonton pertandingan sepak bola langsung ke stadion, semakin marak pula pelecehan dan seksisme di ruang lingkup sepak bola Indonesia, tak terkecuali di Stadion Manahan, Solo.
Stadion yang dijadikan salah satu tuan rumah ajang kompetisi pramusim Piala Presiden 2022 tersebut malah dijadkan ajang para suporter fanatik Persis Solo untuk melakukan campaign-campaign 'stop pelecehan dan seksisme di sepak bola'.
Melihat kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan oleh para pendukungnya, Manajemen Persis Solo melalui Media Officier-nya, Bryan Barcelona mengaku sangat setuju dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh suporter Persis Solo tersebut.
Advertisement
Baca Juga
"Dari manajemen (Persis Solo) edukasi tentang pelecehan dan tindakan yang menjurus ke arah seksisme. Apalagi teman-teman suporter sudah bantu untuk edukasi (campaign dan diskusi)," tutur pria yang karib disapa Bona kepada Liputan6.com di Solo, Minggu (3/7/2022).
Menurutnya, upaya edukasi terkait pelecehan dan seksisme harus dilakukan bersama oleh semua pihak. Dengan begitu semua bisa saling bersinergi mengampanyekan hal-hal positif, bahwa stadion adalah tempat aman untuk siapapun.
"Kita harus saling bersinergi, dan mengedukasi. Dari manejemen memberitahukan bahwa Stadion Manahan adalah stadion yang layak untuk dikunjungi tanpa terkecuali. Tapi, di satu sisi secara paralel kita juga berkordinasi untuk terus mengkampanyekan hal serupa, terkait 'stop catcalling', 'stop seksisme' dan juga 'pelecehan seksual' di dalam stadion," ucap dia.
Â
Saksikan Video Pilihan Ini:
Sinergi Suporter dan Klub Edukasi Seksisme
Â
Menurut Bona, manajemen Persis Solo senang dan merasa terbantu dengan adanya awarness dari para pendukung setianya dalam memberikan edukasi kepada semua penonton yang hadir di dalam stadion dan sama-sama bertugas sebagai pengontrol.
Dirinya menyebut, kesadaran dari semua pihak sudah ada mulai dari suporter dan manajemen Persis Solo. Ia berharap selanjutnya pihaknya tinggal melakukan kontroling agar tindakan yang tidak dinginkan tidak akan terjadi di dalam stadion lagi.
"Sangat berterima kasih kepada temen-temen suporter yang sudah memulai kesadarannya soal itu (pelecehan dan seksisme). Kita dari klub akan melakukan kontroling dan koordinasi supaya ke de pannya kesadaran ini semakin massif, semakin bisa dipahami oleh banyak orang. Bisa membuat semua yang datang ke stadion merasa nyaman tanpa terkecuali," ujar Bona.
Advertisement
Dukungan Semua Pihak
Dihubungi terpisah, Head of Media and Communication PT LIB, Hanif Marjuki sebagai operator kompetisi pramusim Piala Presiden sangat berterima kasih kepada komunitas-komunitas suporter yang telah menyadari pentingnya edukasi terkait pelecehan dan seksisme di dalam stadion atau di ruang lingkup sepak bola.
"Kampanye tersebut merupakan seruan atau ajakan yang positif dari publik. Kami, jelas akan sangat mendukungnya," ujar Hanif.
Hanif menjelaskan pihaknya sangat mendukung langkah yang sudah dilakukan komunitas suporter Indonesia, untuk mencegah adanya tindakan yang membuat suporter, khususnya wanita enggan datang ke stadion lagi.
"Prinsipnya, komunitas sepak bola telah menjadi bagian dari ekosistem di masyarakat. Jadi, idealnya harus terlibat banyak dalam perbaikan di kehidupan bermasyarakat di segala lini," kata Hanif.
Perempuan Jadi Objek di Stadion
Di sisi lain, mahasiswa pecinta Persis Solo yang tergabung dalam Campus Bois Surakartans telah menggelar diskusi dengan mengangkat tema 'Perempuan dan Sepak Bola' menjelang match pertama Persis Solo di babak penyisihan Grup A Piala Presiden.
Diskusi tersebut mendatangkan tokoh-tokoh perempuan yang biasa terlibat dalam ruang lingkup sepak bola. Di antaranya salah satu pemain Persis Women, Tia Darti, perwakilan jurnalis olahraga dan juga perwakilan suporter perempuan, Diajeng Vayantri Dewi Divianta, dan pegiat diskusi mingguan mahasiswa Solo Raya, Joix.
Diskusi yang berjalan sekitar 3 jam lebih itu membahas tentang kasus pelecehan dan seksisme di lingkungan sepak bola. Diskusi semakin menarik ketika audiens dan para narasumber saling bertanya jawab.
Annas Alfarizi perwakilan Campus Bois Surakartans mengatakan diskusi tersebut sudah sejak lama ingin mereka gelar. Ini dipicu dari maraknya kejadian yang menimpa rekan-rekan wanitanya ketika menonton sepak bola di dalam stadion.
Berawal dari laporan dan informasi yang mereka terima tentang banyaknya kasus pelecehan dan seksisme itu, dirinya bersama rekan-rekannya memilih menggelar diskusi tersebut.
"Kami ingin tribun penonton ke depan ketika menonton sepak bola, khususnya Persis Solo mengarungi kompetisi tertinggi liga akan menjadi yang lebih aman dan nyaman bagi siapapun, terlebih perempuan dan anak-anak," katanya kepada Liputan6.com di Solo, Sabtu (2/7/2022).
Dirinya menyebut, edukasi harus dilakukan kepada semua pihak agar memahami kasus seksisme ini harus menjadi perhatian khusus bukan melainkan sebagai hal biasa dalam menggoda kaum wanita yang tengah berada di dalam stadion.
"Seharusnya sesama penikmat sepak bola yang juga ingin disetarakan tanpa ada embel-embel tindak perilaku yang tidak sesuai ketika mereka menjadi korbannya (seksisme)," ujar Annas.
Advertisement
Campaign Seksisme Harus Dimulai dari Diri Sendiri
Tak jauh berbeda, yang dilakukan suporter Persis Solo lainnya, yakni Ladies Hardline Sambernyawa pada laga perdana Persis Solo di kompetisi Piala Presiden. Mereka melakukan kampanye edukasi pelecehan dan seksisme dalam sebuah spanduk.
Spanduk tersebut bertuliskan 'Yang Melahirkan Peradaban Tak Pantas Dilecehkan' dan 'Dilecehkan itu Sakit'.
Suporter Hardline Sambernyawa itu membentangkan spanduk mulai dari Pintu VVIP hingga pintu tribun utara Stadion Manahan Solo. Putri Rahman, Juru bicara Ladies Hardline Sambernyawa menyebut berawal dari pengalaman dirinya dan teman-temannya sesama suporter wanita yang pernah mengalami pelecehan dan seksisme ketika menonton pertandingan sepak bola, maka muncullah ide kampanye tersebut.
"Pasti banyak kok yang godain dan termasuk melakukan pelecehan. Dari kampanye edukasi ini kita ingin sampaikan suporter Solo jangan sampai kita membuat tidak nyaman perempuan di tribun," tutur Putri.
Menurut Putri, kasus pelecehan dan seksisme yang terjadi di ruang lingkup sepak bola bisa dihindari apabila ada edukasi yang tepat. Salah satunya dengan semakin banyak pihak melakukan edukasi dan kampanye terkait hal tersebut.
"Jadi kita perempuan juga harus mencegah dulu. Ladies Hardline Sambernyawa juga mengampanyekan supaya perempuan-perempuan menjaga cara perpakaian, agar tidak menimbulkan pandangan laki-laki yang kurang bagus," ucapnya.