Liputan6.com, Paser - Jelang Idul Adha 2022, Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) memastikan hewan kurban yang dijual dalam kondisi sehat dan terbebas dari Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Untuk itu, pihak Disbunak memeriksa pusat-pusat penjualan ternak.
"Alhamdulillah hingga sekarang belum ada penyakit PMK masuk di Kabupaten Paser," tutur Kepala Disbunak Kabupaten Paser Djoko Bawono, Kamis (7/7/2022).
Dirinya juga memastikan ketersediaan hewan kurban. Hanya saja, dia memprediksi, hewan kurban yang disembelih pada tahun ini mengalami penurunan dibandingkan dengan Idul Adha 2021 lalu yang mencapai 1.300 ekor hewan kurban.
Advertisement
"Ketersediaan cukup, mungkin masalah harga saja ada kenaikan. Rata-rata sekarang kisaran terendah itu Rp17 juta per ekor," sambungnya.
Sebelumnya, guna mengantisipasi PMK, Gubernur Kaltim mengeluarkan surat edaran menginstruksikan untuk memutar balik kendaraan pengangkut hewan ternak dari luar Kaltim di perbatasan seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba.
Diketahui Kabupaten Paser berbatasan langsung dengan Provinsi Kalimantan Selatan. Sehingga, terdapat 2 titik pos pemeriksaan yang disiapkan, yakni di Kecamatan Muara Komam dan Batu Engau.
Bahkan beberapa waktu lalu, aparat gabungan dan Disbunak Paser di perbatasan Kaltim-Kalsel meminta kendaraan yang mengangkut 23 ekor hewan ternak untuk memutar balik.
"Bagaimanapun juga, jika PMK masuk sangat berdampak pada ternak-ternak yang ada di Kabupaten Paser. Bisa habis ternak kita, apabila penyebarannya masuk ke daerah kita," ujar Djoko.
Pasok dari Peternak Lokal
Terpisah, penjual sapi di Kecamatan Tanah Grogot, Pamuji mengaku pada Idul Adha tahun ini hanya menyediakan hewan kurban dari peternak lokal. Hal itu disebabkan adanya kasus PMK di beberapa wilayah.
"Biasanya mengambil sapi dari Sulsel dan Palu, namun jelang Idul Adha saya tunda dulu. Apalagi dengan adanya PMK ini, pemerintah memperketat masuknya hewan ternak," akunya.
Adapun jenis sapi yang dijualnya seperti sapi Bali berkisar di angka Rp13 juta sampai Rp22 juta per ekor. Kemudian ada sapi Brahman dan limosin. Hanya saja kedua jenis itu kurang dilirik konsumen, mengingat harganya tergolong mahal.
"Paling murah Rp30 juta dan yang mahal Rp40 juta per ekor," beber dia.
Bahkan, pada tahun ini mengalami penurunan penjualan. Salah satunya sepi pembeli dikarenakan banyak karyawan perusahaan yang cuti, atau bepergian keluar daerah, seiring melandainya Covid-19.
"Kita biasa dapat pembeli dari karyawan perusahaan, saat kita tawarkan ke sana orangnya lagi cuti. Penjualan sapi lebih banyak tahun lalu di kisaran 60 ekor, kalau sekarang 35 ekor saja agak susah, jadi ada penurunan," dia menandasi.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement