Liputan6.com, Kendari - Seorang pemuda Konawe Utara, membuat heboh usai diterima di 15 universitas terkenal di dunia. Namanya, Muhammad Irsyad (24) SArs, alumni Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo Kendari.
Ade, sapaan Akrabnya, berasal dari Desa Tinobu, Kecamatan Lasolo. Terletak di dekat pesisir pantai, lokasi desanya berjarak 85 kilometer atau sekitar 2,5 jam dari Kota Kendari.
Banyak di antara penduduknya berprofesi sebagai nelayan, Desa Tinobu saat ini masih memiliki jaringan internet terbatas. Hanya ada satu atau dua penyedia layanan telekomunikasi yang sudah mengakses wilayah ini. Bahkan, pada waktu-waktu tertentu, kondisi signal tidak sebagus wilayah di sekitarnya.
Advertisement
Keadaan ini, tidak lantas membatasi langkah Ade. Anak kedua dari 5 orang bersaudara itu, tetap menjaga mimpi agar suatu hari bisa pergi S2 ke luar negeri.
Baca Juga
Perjuangannya dimulai saat ia mulai mencoba memasukan berkas lamarannya di sejumlah universitas terkenal. Usahanya, dimulai sejak Ia lolos S1 pada tahun 2019. Saat itu, dia juga sempat ikut magang di kantor arsitek di Pontianak Kalimantan Barat dan mengikuti kursus di kampung Inggris, Kediri Jawa Timur.
Dikonfirmasi Rabu (6/7/2022), Muhammad Irsyad mengungkapkan, ia rajin mencari peluang di dunia maya agar bisa melanjutkan studinya ke luar negeri. Saat menemukan kampus sesuai, dia langsung memasukan lamaran dan persyaratan yang diminta pihak kampus.
"Sejak 2019 sampai 2022, kadang kalau lagi semangat satu bulan bisa masukan 1 surat lamaran, kadang lebih," ujarnya.
Selama dua tahun, dia mengaku pemuda asal Konawe Utara ini, sudah memasukan banyak lamaran di wilayah Australia, Amerika, Inggris serta Uni Eropa. Dia mencatat, ada 15 kampus yang tersebar di tiga benua yang sudah menerima berkas lamarannya.
"Pernah dua kali gagal, di Universitas Birmingham dan Dortmund di Inggris," ujar mahasiswa alumni 2019 Teknik Arsitektur UHO ini.
Tak putus asa, Ade tetap menanti kabar dari kampus tempatnya memasukan lamaran. Dia bercerita, saat itu 1 Juli 2022, sekitar pukul 03.00 Wita dini hari. Ade, baru saja bangun hendak shalat malam. Dia kemudian menerima sebuah email yang tak dia sangka-sangka.
Tertulis nama pengirimnya Chevening. Dengan latar belakang halaman berwarna biru beserta sebuah logo bergambar unicorn dan singa mengapit sebuah mahkota.
Isinya, menyatakan Ade lulus sebagai salah seorang penerima beasiswa Chevening. Lembaga ini, ini merupakan salah satu pembiayaan pendidikan asal Inggris. Dengan kuota terbatas, Chevening menjadi rebutan mahasiswa dari seluruh dunia yang hendak melanjutkan pendidikan di Inggris.
"Saya senang sekali ya saat itu, langsung kasi tahu orang tua. Alhamdulillah kedua orang tua juga senang," kata Irsyad.
Beberapa hari setelah itu, tepatnya 4 Juli 2022, Muhammad Irsyad kembali menerima berita gembira. Dia juga dinyatakan lulus sebagai penerima beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) untuk melanjutkan studinya di Inggris.
LPDP diketahui merupakan lembaga donor milik pemerintah Indonesia terhadap mahasiswa Indonesia yang akan melanjutkan studi ke luar negeri. Lembaga yang bekerjasama dengan Kementerian Keuangan RI ini, membiayai penyelesaian studi sejak mahasiswa penerima beasiswa tiba di negara tujuan hingga menyelesaikan kuliah.
Informasi yang dikirim melalui email menyatakan, Muhammad Irsyad lulus seleksi substansi di The University Of Sheffield, salah satu kampus terbaik di Inggris. Saat mendaftar dan melewati proses wawancara, Ia mengambil jurusan Architecture and Built Environment, program studi Master of Science urban and Regional Planning.
Â
Alasan Pilih The University Of Sheffield
Ade memiliki alasan khusus memilih The University Of Sheffield sebagai tempatnya melanjutkan S2. Menurutnya, dia sangat ingin memperdalam ilmu dan pemahaman mengenai perencanaan perkotaan.
The University Of Sheffield, merupakan peringkat ke 96 kampus terbaik di dunia. Kampus ini, berlokasi di Western Bank, Sheffield United Kingdom (UK).Â
Jika bisa melanjutkan kuliahnya disana, dia akan fokus pada perencanaan perumahan. Sebab, karena bakal menjadi isu yang cukup besar di Indonesia. Dia mengatakan, di Indonesia dan Sulawesi Tenggara, masih sangat sedikit ahli di bidang ini .
Alasan kedua, universitas ini memiliki jumlah ahli dan pendidik yang banyak. Sehingga, ia yakin tak akan kesulitan belajar dan menimba pengalaman dari mereka.
"Ketiga, kita nantinya tak akan saja belajar di dalam kelas, tapi kita akan keluar dan belajar di pemerintah setempat, jika memungkinkan nantinya, kita juga mengeksplor bagaimana penataan kota-kota di Korea Selatan," ujarnya.
Wilayah Seoul, Ibu Kota Korea Selatan merupakan salah satu tempat dengan tata kota terbaik di dunia. Wilayah ini juga disebut memiliki tata perumahan dan moda transportasi yang mudah diakses publik.
Advertisement
Kondisi Keluarga
Saat menerima kabar anaknya dinyatakan lulus pada salah satu universitas di UK, kedua orang tua Ade bahagia. Pasalnya, jarang orang di kampungnya yang bisa melanjutkan pendidikan hingga ke luar negeri. Keduanya sempat berswafoto, sambil memegang poster The University of Sheffield.
Hatta (57) dan Husdi Hajra (49), kedua orang tua Ade, diketahui berlatar belakang nelayan. Hatta, pernah lama bekerja sebagai nelayan yang beraktivitas di sejumlah wilayah di Indonesia. Kini ia sudah berhenti dan bekerja mengelola warung di kampung mereka.
Sedangkan ibunya, sejak 2010, lulus tes PNS di Dinas Perikanan Kabupaten Konawe Utara. Saat ini, dia juga masih aktif membuat makanan dan berjualan olahan dari hasil laut. Hasilnya, dipakai untuk menambah biaya kebutuhan keempat orang anaknya yang saat ini masih bersekolah.
Dihubungi Liputan6.com, Husdi Hajra mengatakan selama ini dia dan sang suami mendukung anak-anaknya berbuat yang terbaik untuk masa depan mereka. Wanita asal Pare-pare Sulawesi Selatan ini mengatakan, dia berupaya membantu suami menyekolahkan kelima anaknya agar bisa berhasil.
"Kami selalu ajarkan mereka, apapun hasilnya usaha, Tuhan yang atur. Perbaiki shalatmu, berdoa, berusaha, Insya Allah tuhan berikan yang kita cita-citakan," katanya.
Dia melanjutkan, selama mendidik kelima anaknya agar bisa bersekolah dan menempuh pendidikan, dia dan suami tak memiliki tabungan banyak. Namun, dengan doa, usaha dan kerja keras, Ia yakin hasilnya tidak sia-sia.
Â
Tantangan Mencari Beasiswa
Kuliah di luar negeri, tidak butuh uang sedikit. Sehingga, mayoritas mahasiswa asal Indonesia, mengejar kesempatan mengantongi beasiswa.
Ade menceritakan, setelah berhasil diterima di kampus, tak lantas membuat dirinya senang begitu saja. Sebab, setelah dihitung-hitung, butuh biaya cukup besar hingga Rp1 miliar lebih ketika ingin menyelesaikan kuliah 1 atau dua tahun di kampus luar negeri.
"Saya mencoba sampai 9 kali, berkali-kali mendaftar dan masukan berkas, ikut wawancara. Tapi, percobaan ke 10 dan 11 baru berhasil," ujarnya sambil tertawa.
Selain memikirkan biaya hidup, untuk menuju Inggris Ade mesti melewati beberapa tahapan adminsitrasi. Mulai dari mengurus surat keterangan bebas penyakit TBC, visa, akomodasi, paspor hingga letter of sponsor.
"Letter of sponsor, merupakan surat keterangan lembaga pembiayaan seperti LPDP atau chevening yang menyatakan siap membiayai kuliah kita di kampus tujuan," ujarnya.
Dia menceritakan, upayanya berjuang mencari beasiswa, terinspirasi dari dua orang seniornya di UHO. Keduanya merupakan alumni universitas luar negeri yang saat ini sudah berhasil lulus dari kampus mereka.
Jika tak ada aral melintang, September 2022, dia harus sudah ke kampus tujuannya. Dia berharap, tak akan ada masalah dari pembiayaan meskipun saat ini dana yang dimiliknya masih sangat minim.
"Saya juga berharap dukungan pemerintah, dengan dukungan itu saya yakin, akan banyak orang lain terinspirasi dan berbuat yang lebih baik lagi dari apa yan sudah kami berusaha lakukan hari ini," pungkasnya.
Â
Advertisement