Sukses

Mengenal Desa Nginggil Lokasi Pesawat Jatuh di Blora, Banyak Tempat Keramat

Pesawat latih tempur milik TNI AU jatuh dan meledak di Desa Nginggil, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Senin malam (18/7/2022).

Liputan6.com, Blora - Desa Nginggil, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, mendadak jadi perbincangan hangat lagi di tengah masyarakat, usai ada pesawat latih tempur milik TNI AU yang jatuh di lokasi tersebut, Senin malam (18/7/2022). Pasalnya di lokasi jatuhnya pesawat T-50i Golden Eagle banyak ditemukan tempat keramat.

Pemerhati Sejarah dan Spiritualis Blora Suges Sadewo kepada Liputan6.com, Selasa (19/7/2022) mengatakan, Desa Nginggil punya sejarah keberadaan yang panjang, yakni berkaitan dengan Suro Nginggil, Candi Lemah Duwur (candi pendermaan), Situs Genjen (prasasti), Selo Nagan, dan Makam Pelem (teras anak candi). Situs-situs tersebut merupakan tempat keramat yang ada di sekitaran lokasi jatuhnya pesawat TNI AU.

Desa Nginggil sendiri merupakan sebuah desa di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dari desa inilah muncul seorang kepala desa yang punya kelebihan ilmu pengobatan alternatif, warga menyebutnya Eyang Suro Nginggil. Suro Nginggil sangat akrab dengan rakyatnya hingga diberi julukan Pendhito Gunung Kendheng.

Eyang Suro Nginggil memiliki nama asli Mulyono Surodiharjo. Memiliki berbagai kelebihan ilmu pengobatan alternatif dan pengetahuan supranatural. Tak heran jika Suro Nginggil selalu dicari-cari warga desa yang sedang kesusahan. Eyang Suro Nginggil juga diketahui merupakan pengagum Presiden Sukarno dan pandangan politiknya terafiliasi dengan gerakan Partai Komunis Indonesia.

"Sejarah Mbah Suro Nginggil itu dukun atau ahli spiritual pada saat zaman gerakan PKI," ungkap Suges.

"Nah, sebelah barat Nginggil itu kan ada candi pemujaan yang dikenal Candi Pendermaan. Itu namanya situs lemah duwur," sambungnya.

Memasuki 1965-66, saat pamor Presiden Sukarno meredup dan gerakan PKI diberangus, Suro Nginggil tidak berdiam diri. Dia justru membuat pasukan pembela Sukarno. Pasukan itu terdiri atas Pasukan Banteng Wulung yang beranggotakan 200 laki-laki dewasa dan Pasukan Banteng Sarinah dengan anggota 30 wanita.

 

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Si Dukun PKI Ditembak

Tindakan Eyang Suro Nginggil tersebut sempat membuat TNI kala itu resah. Kekhawatiran itu berujung dikepungnya padepokan Eyang Suro Nginggil oleh pasukan ABRI pimpinan Mayor Sumardi. Tentara yang diterjunkan pun tidak sedikit jumlahnya, terdiri atas batalyon 408, batalyon 409, batalyon 410 dan satu kompi pasukan RPKAD dibawah komando Letnan Feisal Tanjung.

Dikepung tentara, Eyang Suro Nginggil akhirnya menyerah. Namun saat ditawan, dia ditembak, karena dianggap ingin melarikan diri. Peristiwa penembakan Suro Nginggil masih dikenang sebagian warga Blora hingga saat ini.

Suges Sadewo sendiri menganggap lokasi terjatuhnya pesawat tempur tersebut sangat 'keras' jika diterawang melalui sudut pandang spiritualnya.

"Kalau menurut spiritual ya ada karena di situ ada semua. Memang keras," katanya.

"Itu ada tulisan kuno ragadhaya. Itu prasasti ragadhaya. Ada di situ, jadi situs lemah duwur baru ragadhaya, baru Suro Nginggil," tambahnya.