Liputan6.com, Tasikmalaya - Komisi Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAID) Tasikmalaya mengaku miris atas dugaan perundungan yang menimpa seorang siswa Sekolah Dasar (SD) di Tasikmalaya, yang berujung pada kematian.
Kepala KPAIDÂ Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto, mengaku kaget atas kejadian itu. Ia mengaku pertama kali mengetahui rekaman tak senonoh dengan binatang itu melalui pesan berantai Whatsapp.
Nahas, setelah ditelusuri korban dalam video itu sudah meninggal yang diduga sebelumnya menjadi korban perundungan rekan sejawatnya. "Kami sedang melakukan pendampingan pemulihan psikis kepada keluarga korban," kata dia.
Advertisement
Baca Juga
Tidak hanya itu, untuk memberikan efek jera sekaligus pembinaan bagi para pelaku, lembaganya siap memfasilitasi aduan orangtua korban ke pihak aparat penegak hukum.
"Kami siap memberikan pendampingan hukum dalam kasus ini," kata dia.
Ketua Satgas KPAID Tasikmalaya Asep Nurjaeni mengatakan, melihat kondisi pihak keluarga korban yang belum memungkinkan pelaporan, lembaganya menjembatani laporan resmi ke pihak kepolisian. "Sesuai amanat undang-undang kami melaporkannya," kata dia.
Dalam laporannya, ada empat pelaku rekan sejawat yang dilaporkan dengan dugaan bullying atau perundungan, termasuk upaya paksa setubuhi kucing lalu direkam dan disebar di media sosial.
"Pelakunya ada empat mereka juga perlu didampingi KPAID," ujar dia.
Sementara itu, Kasatreskrim Polres Tasikmalaya AKP Dian Pornomo mengatakan, sesuai dengan undang-undang lembaganya akan bekerja secara profesional, dalam penanganan kasus anak.
"Proses pelaporannya akan segera kami tangani dan tentu ditangani secara khusus," kata dia.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Cerita Miris Orangtua Korban
Sebelumnya, dunia ceria anak-anak kota santri Tasikmalaya berduka, setelah salah seorang bocah kecil berusia 11 tahun, meninggal dunia tak wajar. Korban diduga mengalami depresi, setelah sebelumnya menjadi bulan-bulanan rekan sepermainannya di kampung halamannya.
Selain mendapat perlakukan kasar dari rekannya, korban diketahui dipaksa menyetubuhi kucing, kemudian direkam, disebar hingga akhirnya viral di media sosial (medsos) jagat dunia maya.
T, orangtua korban mengaku awalnya tidak mengetahui derita yang menimpa anak keduanya itu. Ia baru menyadari ada hal aneh, setelah mengetahui beredarnya video yang memuat buah hatinya yang beredar di tetangga sekitar, sepekan sebelum meninggal dunia.
Praktis, setelah video perbuatan tak senonoh kepada binatang itu beredar, anaknya nyaris menjadi pemurung, tidak mau makan dan minum termasuk aktivitas ceria kebiasaan anak di kampungnya. "Anak saya jadi depresi," ujar dia, kemarin.
Sontak sejak saat itu, korban yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) itu, akhirnya sakit hingga berujung kematian. "Anak saya jadi malu, tak mau makan minum, melamun terus sampai dibawa ke rumah sakit dan meninggal saat perawatan," kata dia.
Awalnya korban lebih memilih bungkam tanpa mau menyebutkan siapa para pelaku yang membuatnya berubah drastis itu, hingga akhirnya terungkap kejadian sesungguhnya yang menimpa buah hatinya itu.
"Keluarga para pelaku sempat datang dan meminta maaf ke saya, saya minta jangan lagi ke anak lainnya," pinta dia dengan mata berkaca-kaca.
Dalam pengakuannya kepada T, korban mengaku dipaksa menyetubuhi kucing yang disaksikan rekan sejawatnya, sambil direkam ponsel para pelaku.
"Sebelum kejadian rekaman itu, korban juga mengaku suka dipukul-pukul oleh mereka, sampai puncaknya dipaksa begitu (menyetubuhi kucing)," kata dia.
Advertisement