Liputan6.com, Bandung - Arab Saudi akan mengalami suhu maksimum hingga lima puluh derajat Celsius dengan kelembapan terendah dapat mencapai nol persen selama beberapa hari pada pertengahan hingga akhir Juli 2022. Jemaah haji pun diminta untuk bersiap.
Kombinasi antara udara yang panas dan kering ekstrem ini masuk dalam kategori risiko tinggi bagi kesehatan karena dapat mengakibatkan heatstroke.
"Apalagi, kondisi cuaca ekstrem tersebut dapat terjadi dalam rentang waktu lebih dari lima jam, yaitu dimulai dari pukul 13.00 WIB - 19.00 WIB," ujar Erma Yulihastin, Peneliti Klimatologi pada Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, BRIN, kepada Liputan6.com ditulis di Bandung, Sabtu, 23 Juli 2022.
Advertisement
Baca Juga
Erma menuturkan kondisi cuaca ekstrem di Arab Saudi diperparah dengan perkiraan terjadinya sirkulasi meso-siklonik yang terjadi di bagian utara Arab Saudi, tepatnya di Baghdad dan Basrah.
Kondisi cuaca di Baghdad dan Basrah akan mengalami suhu tinggi ekstrem lebih dulu lebih dari 50 derajat Celsius dan dapat membangkitkan perambatan aliran udara panas menuju Mekkah, Madinah, dan sekitarnya.
"Hal ini mengindikasikan bahwa selain udara yang panas dan kering, Arab Saudi juga dapat mengalami fenomena angin kencang dengan kekuatan 6-9 meter per detik," kata Erma.
Kondisi suhu panas ini patut diwaspadai oleh para jemaah haji yang sedang melakukan rukun haji berikutnya setelah melakukan wukuf di Arafah seperti thawaf atau mengelilingi kabah, sai atau berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwa, juga tahallul atau melempar jumrah.
Â
Saksikan Video Pilihan Ini:
Jemaah Haji Mesti Bersiap
Aktivitas padat jemaah haji tersebut harus disertai berbagai persiapan untuk meredam panas seperti menggunakan topi atau payung, memakai krim dengan tabir surya, juga sering berteduh setelah berjalan jauh.
"Tak kalah penting adalah sering minum air putih agar tidak dehidrasi dan upaya untuk mendinginkan suhu tubuh," jelas Erma.
Erma menyarankan di waktu senggang, jamaah haji lebih sering berdiam diri di dalam ruangan dengan penyejuk ruangan, jika tidak ada keperluan untuk menunaikan rukun ibadah haji untuk mencegah tubuh terlalu lama terpapar gelombang panas.
Selain Mekkah, wilayah Madinah dan sekitarnya juga akan mengalami kondisi cuaca yang serupa.
"Sebagaimana diketahui, wilayah Timur Tengah dan Afrika utara didominasi oleh padang pasir yang memiliki iklim gurun dan telah lama dikenal sebagai wilayah yang paling kering dan paling panas di dunia," tukas Erma.
Negara-negara itu berada di wilayah yang biasa disebut dengan MENA (Middle East and North African) ini meliputi semua negara Teluk dan negara Afrika di bagian utara ekuator, seperti Kuwait, Arab Saudi, Iran, Irak, Abu Dhabi, Qatar, Mesir, Turki, dan negara-negara lain di sekitarnya dengan total 53 kota.
Kajian iklim di negara-negara Timur Tengah dan Afrika utara telah banyak dilakukan.
"Perubahan iklim global yang ditandai dengan peningkatan temperatur tentu saja berdampak pada peningkatan temperatur di MENA, yang saat ini secara konsisten sudah memiliki temperatur lebih tinggi dari 34-35 derajat Celcius selama satu dekade terakhir," ungkap Erma.
Akibatnya, gelombang panas yang terjadi di MENA juga mengalami eskalasi secara intensitas dan frekuensi.
Studi terbaru mengenai gelombang panas di MENA yang menganalisis 53 kota menunjukkan sebesar 80 persen populasi di wilayah tersebut merasakan gelombang panas minimal dua hari sekali selama periode musim panas (Mei – Agustus) di masa mendatang.
Proyeksi ini merupakan hasil dari 13 model iklim regional yang semuanya menunjukkan peningkatan gelombang panas secara konsisten di kota-kota tersebut.
Advertisement