Liputan6.com, Bandung - Cara mendeteksi mandiri kesehatan gigi dan mulut ternyata dapat dilakukan menggunakan cermin atau kamera pada ponsel. Hal itu diungkapkan Dosen Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Padjadjaran (Unpad), Netty Suryanti.
Baca Juga
Advertisement
"Berdiri di depan cermin, mulutnya buka lebar-lebar, lalu miringkan ke atas sehingga kelihatan gigi yang belakang, gigi di atas. Kalau kurang terang cahayanya gunakanlah senter atau nisar dari handphone,” kata Netty dilansir dari situs Unpad, Selasa (26/7/2022).
Saat mendeteksi, perlu diperhatikan gigi, gusi, dan lidah. Pada gigi, dilihat apakah ada gigi yang hitam atau berlubang. Pada gusi, diperhatikan apakah ada kemerahan, pembengkakan, gusi turun, benjolan, luka pedih, atau sariawan.
Sedangkan, pada lidah, diperhatikan apakah ada selaput putih, merah sakit, bengkak, atau luka. Selain itu, perlu juga diperhatikan kemungkinan adanya kelainan seperti sensitif atau berwarna, ada gigi yang goyang atau berdarah, ada plak atau kalkulus, adanya susunan gigi yang berjejal atau mengganggu, atau adanya sakit pada sendi rahang.
“Lakukan deteksi tersebut rutin. Perlu satu atau dua menit sebulan sekali saja, itu bisa menolong supaya gigi kita tetap sehat,” ucap Netty.
*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pentingnya Deteksi Dini
Netty mengatakan, penting bagi masyarakat untuk rutin melakukan deteksi mandiri kondisi gigi dan mulutnya. Deteksi mandiri ini diperlukan sebagai bentuk antisipasi dini terhadap kemungkinan munculnya kelainan yang ada di gigi dan mulut.
"Jadi bisa mendeteksi segera. Sehingga kalau ada suatu kelainan di gigi atau mulut kita, kita bisa segera tahu dan bisa datang langsung konsultasi ke dokter gigi," ujar Netty.
Netty menjelaskan, permasalahan pada gigi dan mulut perlu ditangani sedini mungkin. Jika tidak, dapat semakin parah atau muncul permasalahan lain. Salah satunya adalah gigi yang sakit dapat menjadi fokal infeksi di tempat lain.
"Biasanya ada luka terbuka di dalam mulut. Dari situ bakteri masuk ke pembuluh darah dan membawa bakteri ke anggota tubuh yang lain," ucapnya.
Selain itu, sakit di gigi dan mulut juga dapat menimbulkan ketidaknyamanan, kesulitan mengunyah makanan, kesulitan berbicara, hingga mengganggu kualitas hidup. Jika sudah parah, biaya yang harus dikeluarkan juga tinggi dan memerlukan waktu pemulihan yang lama.
Advertisement
Konsultasi
Setelah mendeteksi adanya kelainan pada gigi dan mulut, Netty pun menekankan perlunya konsultasi dan pemeriksaan lanjut ke dokter gigi. Jangan sampai diabaikan atau diobati sendiri.
"Kalau dokter gigi itu penuh dengan pertimbangan-pertimbangan, analisis, kemudian merencanakan bagaimana risikonya supaya minim. Semuanya itu harus kita perhitungkan," ujarnya.
Ia juga menganjurkan adanya kunjungan rutin ke dokter gigi setiap enam bulan sekali. Hal ini penting untuk mendeteksi lebih akurat kelainan gigi dan mulut karena banyak kelainan yang tidak disadari atau tidak mudah dideteksi sendiri.
Kawat Gigi
Sementara itu, dokter gigi spesialis konsultan ortodonsia di RS Gigi dan Mulut Unpad Endah Mardiati, menekankan pentingnya pemasangan kawat gigi pada tenaga yang kompeten, yaitu ortodontis.
"Kami sangat prihatin jika adik-adik merawat gigi dengan memasang behel pada tenaga yang tidak kompeten," ujarnya.
Endah mengatakan bahwa kawat gigi jangan sampai dijadikan mainan. Pemasangan kawat gigi yang tidak tepat akan berbahaya.
Advertisement