Liputan6.com, Jakarta - Surabaya Jawa Timur memiliki beragam kisah menarik yang tak pernah habis untuk diketahui. Ragam peninggalan bersejarah sisa penjajahan Belanda pun masih berdiri di kota pahlawan ini.
Salah satunya sebuah bangunan yang sangat terkenal oleh masyarakat Surabaya di kawasan Darmo. Gedung yang terlihat sudah tua dan lapuk dimakan zaman ini ternyata sudah berdiri selama dua abad.
Informasi yang dirangkum dari berbagai sumber, dahulu gedung tua di Surabaya tersebut adalah rumah mewah yang dibangun oleh J.A van Middlekoop pada awal abad ke 19. Namun, dia tidak pernah menempatinya.
Advertisement
Baca Juga
Kisahnya bermula saat Deandels kekurangan dana untuk menjalankan roda pemerintahan. Lalu berniat menjual beberapa aset tanah dan bangunan. Middleekoop yang tertarik untuk membeli tanah di samping sungai tersebut, kemudian membangun sebuah rumah mewah.
Rumah bergaya Eropa dibangun dengan begitu mewah, tetapi dia tidak pernah menempati. Ia tidak menempatinya dikarenakan ia memiliki rumah dinas sesuai dengan jabatannya pada masa itu.
Rumah itu kosong bertahun-tahun hingga ada seorang dokter Tionghoa yang membeli rumah tersebut, dr. Teng Sioe Hie. Kabarnya saat Teng Sioe Hie menempati rumah tersebut, selalu ada hantu perempuan Belanda yang kerap memunculkan penampakannya.
Konon, penampakan hantu tersebut adalah pembantu Middlekoop yang bunuh diri di rumah itu. Sejak saat itu, Tieng Sioe Hie tidak menempati rumah itu.
Pada 1920-an seorang dukun dipanggil untuk mengusir hantu yang ada di rumah tersebut. Namun, saat prosesi pengusiran tidak ada satu arwah pun yang muncul sehingga pengusiran tersebut gagal.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:Â
Masih Dihuni
Pada akhirnya bangunan tersebut dibiarkan kosong sampai ada program pelebaran Kawasan Darmo. Pada era orde baru sekitar 1948 beberapa etnis Tionghoa menghuni rumah tersebut karena nasib mereka yang tidak aman.
Sampai sekarang, rumah tersebut dihuni sekitar 50 kepala rumah tangga hingga 4 generasi. Gedung itu memang dihuni etnis Tionghoa keturunan pemiliknya atau kerabat dari pemiliknya, tetapi tidak bisa bertambah jika bukan dari keturunan mereka.
Di sekitar rumah tersebut terdapat beberapa makam Tionghoa. Pada zaman dahulu, gedung itu digunakan sebagai tempat ibadah dan pengiriman doa hingga disebut Gedung Setan.
Walaupun dari luar gedung tersebut tampak menyeramkan dan kosong, ia masih berdiri kokoh selama 200 tahun dengan dinding bangunan yang sangat kuat.
Penghuni Gedung Setan juga tetap membayar pajak dan tidak mengontrak. Namun, memang kepala keluarga di sana tidak bisa bertambah.
Â
Penulis: Aisyah Salma Izzatunnisa
Advertisement