Liputan6.com, Katingan - Pada sekitar abad ke 17 hidup lima bersaudara yakni Timang Pang Pirut, Indang Handang, Indang Baluh Tantang, Indang Baluh Suit, dan Amin di hulu Sungai Samba Baroi, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah.
Mereka tinggal di sebuah dukuh, semacam tempat orang berladang yang terdiri dari beberapa pondok di wilayah Baroi. Pada zaman itu, terjadi pandemi wabah penyakit menular yang dikenal dengan nama samah hingga menewaskan banyak orang dan belum ditemukan obatnya.
Kemudian wabah tersebut menyerang Amin, dan ia harus mengasingkan diri dengan cara menghayutkan diri menggunakan rakit di sungai Sambah, agar saudanya tidak tertular.
Advertisement
Setelah berhari hari Amin dan perahu rakitnya hanyut dari hulu sungai Sambah, ia akhirnya tiba di hulu sungai Kelaru dan terdampar di sebuah gusung, semacam tumpukan pasir yang sangat luas di tengah sungai.
Di gusung tersebut terdapat sebuah pemukiman, hingga ia singgah dan bertemu dengan seorang kakek yang sedang menyapu halaman rumahnya. Hingga kakek terserbut nenawarkan makanan yang disajikan kakek tersebut hingga ia sembuh dari penyakit yang dideritanya.
Kakek itu menjelaskan kepada Amin bahwa dunia mereka berbeda dengan alam manusia, dan saat ini wilayah tersebut dikenal dengan nama Kota Gaib. Hingga akhirnya Amin pun tinggal di sana selama 3 minggu dan ia dijodohkan dengan dua anak perempuan dari kakek tersebut.
Namun sebelum menikah, Amin meminta izin agar kembali ke alam manusia untuk meminta restu dengan keluarganya. Permintaan tersebut dikabulkan, tetapi dengan syarat ia harus kembali sebelum tiga hari.
Amin kemudian kembali ke alam manusia dan menceritakan semua hal tersebut kepada keluarganya. Mendengar hal itu,keluarga dan penduduk setempat kaget karena Amin telah mengilang selama 3 tahun bukan 3 minggu dan sembuh dari penyakit yang dideritanya.
Tidak terasa satu tahun berlalu, Amin tak kunjung kembali ke alam gaib hingga penyakit yang dideritanya kambuh kembali. Kemudian ia sadar akan kesepakatan yang telah dilanggarnya.
Amin pun menghayutkan diri kembali ke sungai menggunakan rakit, hingga pada suatu malam ia bermimpi dengan kakek tersebut dan meminta maaf karena telah melanggar janjinya.
Amin pun memohon untuk kembali ke alam gaib, kemudian permohonan itu dikabulkan namun dengan syarat ia harus menikahi cucunya dan tidak boleh kembali ke alam manusia, jika melanggarnya penyakitnya tidak sekedar kambuh kembali namun ia akan meninggal.
Keesokan harinya, Amin pun terdampar di Gusung Sungai Kelaru dan kembali ke alam gaib. Hingga ia menikahi cucu dari kakek tersebut dan mewarisi kepemimpinan di pemukiman gaib tersebut kemudian dikenal dengan sosok Amin Kelaru.
Â
Bertarung dengan Nyi Roro Kidul
Dilansir dari Youtube Bawi Kahayan, Jumat (29/7/2022). Cerita mengenai sosok Amin Kelaru sangat populer bagi masyarakat asli Kalimantan Tengah, terutama bagi warga Sungai Samba Baroi, Kabupaten Katingan.
"Legenda Amin Kelaru dipercayai oleh orang tua atau kakek kami dahulu, bahkan ketika mereka mencari ikan di Sungai Kelaru, mereka sering mengalami kejadian mistis," ujar Bawi Kahayan
"Kejadian tersebut seperti ada sebuah perahu lewat, ada gelombangnya, riak airnya, suaranya namun tidak ada perahunya. Hal terserbut dipercayai penduduk sekitar sosok Amin Kelaru sedang lewat," lanjutnya.
Bahkan pernah diceritakan Amin Kelaru pernah bertempur dengan Nyi Roro Kidul. Hingga akhirnya mereka sepakat melakukan gencatan senjata dengan syarat Nyi Roro Kidul tidak boleh mengusai wilayah Kalimantan.
"Kalau menurut cerita dahulu, kekuasaan Nyi Roro Kidul mencangkup daerah Pantai Ujung Pandaran hingga Pantai Seruyan yang akhirnya diambil kekuasaanya oleh Amin Kelaru," ungkapnya
Hingga akhirnya wilayah tersebut menjadi wilayah kekuasaan Amin Kelaru, dan saat ini dikenal dengan nama Kalap. Sebuah kota gaib yang menjadi pusat kerajaan Amin Kelaru di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah.
Advertisement