Liputan6.com, Bandung - Abad 21 merupakan abad teknologi informasi. Setiap orang dari mulai balita sampai orang-orang jompo terpapar oleh informasi yang disampaikan melalui media massa dan media sosial.
Baca Juga
Advertisement
Selama 24 jam sehari, pemberitaan dan pertukaran informasi terjadi melalui media elektronik dan media cetak. Oleh karena itu seolah-olah tidak ada batas negara dalam hal informasi.
Namun informasi-informasi tersebut bercampur aduk, ada yang benar dan ada pula yang salah alias hoaks. Bahkan tidak jarang informasi diselewengkan untuk tujuan-tujuan yang tidak benar dan merusak.
Karenanya dibutuhkan filter dan tameng untuk melindungi masyarakat dari informasi yang tidak benar dan merusak tersebut dengan memberikan pemahaman yang benar, salah satunya tentang kebencanaan kepada generasi muda.Â
Program Pengabdian Masyarakat Kolaboratif (PPMK) dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (FITB) melaksanakan pelatihan dalam menangkal hoaks kebencanaan hidrogeometeorologis. Acara itu menyasar masyarakat khususnya generasi muda di Bandung, Jawa Barat, khususnya yang berada di sisi selatan dari Bandung utara.
Acara dilaksanakan di Pondok Pesantren (Ponpes) Baitul Hidayah kecamatan Cimenyan, Bandung, pada Rabu, 27 Juli 2022.
Diharapkan dengan adanya kegiatan ini bisa meningkatkan pemahaman tentang bencana kebumian khususnya hidrogeometeorologis di Indonesia dan sekitarnya bagi para generasi muda di sekolah-sekolah umum atau pondok-pondok pesantren, maka sedikit demi sedikit pemahaman generasi muda dan masyarakat akan masalah kebencanaan menjadi lebih baik.
"Peran dari penyampai berita baik perorangan maupun lembaga tentu sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan perkembangan teknologi yang demikian pesat, perorangan pun bisa menjadi penyampai berita yang sangat cepat. Ini merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, perguruan tinggi, masyarakat khususnya generasi mudanya dan awak media dalam meningkatkan mutu pemberitaan," kata ketua pelaksana kegiatan Joko Wiratmo.
Kegiatan ini diharapkan dalam jangka panjang akan terbentuk Keluarga Sadar Lingkungan (Kadarling) sehingga warga masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh hoaks terkait kebencanaan alam dan berperan serta aktif pada kegiatan penyelamatan lingkungan di sekitarnya, misal yang berkaitan dengan perbaikan siklus hidrologi.
"Dampak atau hasil kegiatan yang diharapkan dari kegiatan ini bisa menjadi angin segar dalam upaya menangkal hoaks kebencanaan hidrogeometeorologis atau kebumian di masyarakat. Sekaligus sebagai upaya membentuk embrio keluarga sadar lingkungan (Kadarling) di kawasan Bandung, Jawa Barat. Sosialisasi agar masyarakat bisa bermitigasi dan beradaptasi terhadap bencana yang telah, sedang dan akan terjadi juga dilakukan," ujar Joko.
Â
Â
*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Mendekatkan Diri dengan Masyarakat
Adapun pelatihan yang diikuti para siswa SMA dan atau pondok pesantren Ponpes Baitul Hidayah ink dilatih dengan berbagai pengetahuan dari sudut pandang meteorologi, klimatologi dan hidrologi serta geologi. Keterlibatan para mahasiswa untuk melakukan pelatihan ini lebih didasari oleh pertimbangan meningkatkan kemampuan teknis lapangan serta mengasahnya untuk makin peka terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya.
Transfer keilmuan dan keterampilan kepada para generasi muda SMA dan atau pondok pesantren diharapkan akan makin mendekatkan perguruan tinggi (khususnya FITB ITB) dengan masyarakat sekitarnya. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara hybrid.
"Keberlanjutan kegiatan dan capaian tahun sebelumnya ini merupakan langkah lebih lanjut dari kegiatan yang dilakukan di pondok pesantren di Jombang Jawa Timur. Seperti sudah disampaikan ke ponpes dan Himpunan Mahasiswa Meteorologi, diharapkan hal ini bisa dilanjutkan ke MAN, ponpes dan SMA di seluruh Indonesia," tutur Joko.
Advertisement