Sukses

Menilik Kawasan Muara Muntai di Mahakam Tengah, Surga Ikan Air Tawar

Kecamatan Muara Muntai, Kabupaten Kutai Kartanegara adalah kawasan penghasil ikan air tawar yang melimpah.

Liputan6.com, Kutai Kartanegara - Walau jauh dari hiruk pikuk suasana kota, Kecamatan Muara Muntai memancarkan aura begitu indah. Bentangan sungai Mahakam yang memanjang menjadi salah satu ikon kecamatan ini.

Kecamatan Muara Muntai adalah salah satu kecamatan di pedalaman Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Letaknya sekitar 157 kilo meter atau kurang lebih 3 jam perjalanan ke arah barat dari Kecamatan Tenggarong, ibukota Kabupaten Kutai Kartanegera.

Luas wilayahnya mencapai 928,6 kilomoter persergi dan memiliki 13 desa. Wilayah ini memiliki potensi perikanan air tawar yang besar. Hal ini karena penduduknya berada di area dataran rendah yang bermukim di sepanjang aliran sungai dan danau.

Sebab itu, sebagian besar masyarakat Muara Muntai adalah nelayan. Warga memanfaatkan perairan air tawar yang besar berupa sungai dan danau ini sebagai wadah untuk mengais rezeki.

Memasuki musim air surut pacsa banjir di hulu sungai Mahakam, jumlah tangkapan ikan tawar para nelayan mengalami peningkatan drastis. Dalam sehari para nelayan mampu menangkap ikan mencapai puluhan ton.

Salah seorang pengolah Ikan asin di Desa Rebaq Rinding, Ariati menyebut, pasca banjir yang terjadi di daerahnya, tangkapan ikan tawar para nelayan mengalami peningkatan 4 kali lipat dari biasanya. Adanya musim seperti ini dalam sehari, dirinya mampu mengolah ikan asin mencapai satu ton lebih.

"Kalau bukan musim seperti ini, biasa cuman 200 kilo seharian. Tapi sejak dua minggu ini, sehari kita bisa olah lebih dari satu ton ikan asin, dari tangkapan nelayan," jelas Ariati saat ditemui media ini dirakit pengolahan ikan asin, Minggu (7/8/2022).

Simak video pilihan berikut: 

2 dari 4 halaman

Dari Desa Terpencil Mampu Menembus Pulau Jawa

Hasil tangkapan itu kemudian sebagian besar dijadikan olahan ikan asin. Beberapa jenis ikan seperti Ikan biawan, repang, dan haruan jadi bahan baku.

Ikan tersebut diolah dan dikirim ke Pulau Jawa. Meski terpencil, desa-desa di Kecamatan Muara Muntai mampu menembus pasar di luar pulau.

Saking melimpahnya, ikan-ikan asin olahannya, setelah proses penjemuran langsung dikirim ke luar daerah seperti Banjarmasin hingga ke Jakarta.

"Sebagian memang sudah ada yang pesan di Jakarta, biasanya kapal-kapal dari sana datang mengambil ikan asin saya, ya sehari kita bisa kirim 1 ton lebih ikan asin ke sana," papar Ariati.

Dari olahan ikan asin itu, Ariati mengungkapkan, mampu meraup keuntungan hingga puluhan juta rupiah dalam sehari.

"Sekitar puluhan juta, tapi hasil itu kita bagi ke pekerja, dengan hitungan satu kilo ikan kita bayar seribu rupiah untuk para pekerja," ungkapnya.

Tak jauh dari rakit pengolahan ikan asin milik Ariati, media ini pun menjumpai rakit ikan tawar lainnya. Kali ini menyinggahi rakit pengolahan ikan Pipih atau biasa di sebut masyakarat dengan ikan belida milik Ibu Nunuk.

Hampir sama dengan pengelolaan ikan asin, ikan Pipih milik ibu Nunuk yang diperoleh dari para nelayan mencapai 700 kilo dalam sehari.

"Jadi ikan Pipih yang kita dapat dari nelayan ini, kita ambil dagingnya saja, karena dagingnya ini yang biasa jadi bahan baku kerupuk amplang khas Kaltim," katanya.

Tak sampai disitu, daging ikan Pipih yang sudah di olah Nunuk, sebagaian besar di kirim ke daerah Palembang.

"Tidak cuma kita kirim ke daerah Kalimantan, olahan ikan Pipih ini juga kita kirim ke Palembang karena bahan utama makanan empek-empek, jadi sudah ada pemesanannya disana," tuturnya.

3 dari 4 halaman

Musibah Banjir Menjadi Berkah, Panen Ikan Melimpah

Banjir atau air pasang tinggi, biasanya merupakan musibah tahunan bagi warga yang tinggal di kawasan dataran rendah sekitar sungai. Namun itu tidak berlaku bagi warga yang tinggal di kawasan Mahakam Tengah, tepatnya di Kecamatan Muara Muntai, Kabupaten Kutai Kartanegara.

Anggota DPRD Kutai Kartanegara, Sopan Sopian menjelaskan, melimpahnya ikan tawar di sebabkan, surutnya sungai Mahakam. Paska banjir beberapa bulan lalu membuat ikan tawar yang berada di sungai berkumpul di suatu titik. Hingga membuat para nelayan mampu mendapatkan banyak ikan.

"Memang siklusnya di sini seperti ini, setiap pasca banjir di sungai Mahakam, atau yang seperti saat ini (surut), ikan yang ada di sungai Mahakam pasti melimpah," kata Sopan.

Sopan menyebut dari 13 desa yang ada di Kecamatan Muara Muntai, masyakarat di 12 desa diantaranya berprofesi sebagai nelayan penangkapan ikan.

"98 persen masyarakat di Muara Muntai ini sehari-harinya bekerja sebagai nelayan, jadi tidak heran, kecamatan ini dalam sehari mampu mengirimkan olahan ikan tawar hingga berpuluh-puluh ton," jelasnya.

4 dari 4 halaman

Ikan Melimpah, Tapi Harga Anjlok

Meski melimpahnya ikan tawar di daerahnya, Sopan menyebut, masalah yang terjadi saat ini bagi para nelayan, yaitu turunnya harga ikan tawar. Parahnya harga ikan saat musim melimpah seperti ini hingga setengah harga dari harga normal.

"Yang terjadi di setiap musim ikan melimpah seperti saat ini pasti harga anjlok," bebernya.

Sopian berharap, pemerintah daerah memberikan solusi bagi para nelayan di wilayahnya. Contohnya ia menyebut, pentingnya membangunkan gudang pendingin ikan bagi para nelayan.

"Memang harus ada solusi untuk menstabilkan harga, kami harap pemerintah daerah bisa membangunkan gudang pendingin ikan bagi para nelayan, jadi jika musim Ikan melimpah ini berakhir stok dan harga ikan tetap stabil," pungkasnya.

Kecamatan Muara Muntai menjadi satu di antara 18 Kecamatan yang ada di Kukar. Wilayah ini memiliki luas wilayah administratif 928,60 Km persegi terdiri dari 13 desa, 5 dusun yang terbagi dalam 93 RT.

Kecamatan ini dihuni sekitar 5.713 Kepala Kuluarga berada di area dataran sedang hingga rendah sehingga penduduknya mayoritas bermukim di sepanjang aliran sungai Mahakam dan Sungai Muntai serta Danau Perian, Danau Sepatung dan Danau Batu bumbun.

Lebih dari separuh warga Kecamayan Muara Muntai memanfaatkan perairan sungai dan danau sebagai wadah untuk mengais rezeki.