Liputan6.com, Yogyakarta - Indonesia yang dinilai sangat tertinggal dalam dunia Space Science dan Space Exploration di dunia, ternyata juga mempunyai rencana untuk membangun sebuah Analog Mars bernama VMARS, yang diprakarsai oleh Indonesia Space Science Society (ISSS).
ISSS adalah sebuah platform terbuka yang berdiri pada tahun 2015 di Yogyakarta dan didukung oleh berbagai lembaga terkait astronomi dan sains antariksa di Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
Venzha Christ sebagai pencetus ide tersebut menyebutkan bahwa, VMARS adalah proyek percontohan yang nyata yang ditujukan untuk pengembangan pendidikan alternatif dan mandiri tentang astronomi dan sains antariksa di Indonesia sekaligus untuk memajukan potensi serta peran Indonesia dalam eksplorasi luar angkasa di dunia.
Selain kegiatan presentasi dan workshop yang dilakukan di tanah air, sederet program sosialisasi dan publikasi untuk praproduksi VMARS gencar dilakukan, seperti pameran dan presentasi di berbagai negara.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Gencar Promosi ke Luar Negeri
Setelah presentasi pada event Yokohama Triennale di Jepang pada tahun 2020, selanjutnya VMARS dipresentasikan di Bangkok Art Biennale (BAB) pada 2021 dengan judul : "MARS IS (NOT) A SIMULATION - a terraforming paradox after the mission".
Kemudian tahun ini VMARS kembali dipresentasikan dalam ajang "UNESCO Media Arts Creative City Platform" di Korea Selatan pada Maret sampai Juni 2022.
Setelah Korea, saat ini VMARS dibawa ke Taiwan, dalam ajang internasional bertajuk : The International Techno Art Exhibition, "Mediating Asia" yang diadakan di National Museum of Fine Arts, Taiwan. Dikuratori oleh Gunalan Nadarajan (USA), dan Yu Chuan Tseng, pameran ini diikuti antara lain oleh : Tad Ermitano, Etsuko Ichihara, IP Yuk Yiu, Joo Young Oh, Shyu Ruey Shiann, Miao Ying, dan Raqs Media Collective.
Saat ini di dunia Internasional sudah memiliki beberapa Analog Mars, seperti, HI-SEAS di Mauna Loa - Hawaii oleh NASA, MDRS di Utah oleh Mars Society, MARS-500 di IBMP Moskow hasil kolaborasi antara Rusia, ESA, dan China. Kemudian ada D-Mars di Ramon Crater oleh Israel, F-MARS di Pulau Devon, Kutub Utara oleh Mars Society, dan Concordia Station di Antartika, serta Kutub Selatan oleh Perancis dan Italia (ESA).
Menurut Venzha Christ, presentasi dan promosi VMARS ke ajang internasional akan terus dilakukan dan merupakan kegiatan yang berjalan simultan dengan preparasi atau persiapan pembangunan VMARS di tanah air. Program utama VMARS tahap pertama meliputi, penelitian terraforming (V-TF), pengenalan space farming (V-SFM), dan kreasi alternatif space food (V-SF).
Â
Advertisement
Kerja Kolaborasi
Direktur Indonesia Space Science Society (ISSS) ini mengungkapkan pembangunan VMARS merupakan kolaborasi antara Venzha Christ dan ISSS, HONF Foundation, v.u.f.o.c lab, DOES University, Erix Soekamti, Grayce Soba, dan Dhoni Yudhanto, serta banyak nama-nama lain yang bekerja dari awal untuk mewujudkan pusat pelatihan simulasi kehidupan di Planet Mars bernama VMARS ini.
Di tanah air, VMARS juga gencar melakukan sosialisasi berupa presentasi dan berbagai kegiatan workshop, seperti bulan lalu pada Indonesia UFO Festival (IUF 2022). Festival ini berlangsung dari tanggal 16 - 30 Juli 2022 lalu. Dalam festival ini, semua kegiatan dilaksanakan di Yogyakarta dan sekitarnya, berlangsung di 15 tempat, 100 lebih partisipan, serta setidaknya 20 macam agenda kegiatan. Indonesia UFO Festival (IUF) ini telah menjadi satu-satunya Festival UFO yang terbesar di Indonesia.
Indonesia Space Science Society (ISSS), Indonesia UFO Network (IUN), dan HONF Foundation berkolaborasi melahirkan  Indonesia UFO Festival (IUF).
VMARS juga menyumbang kegiatan dan acara workshop untuk Indonesia UFO Festival (IUF) 2022 ini. Hadir sebagai narasumber Dominicus Judiarta Kuspargianta (Pembina Teropong Bintang Mangunan dan Ketua Tim Workshop VMARS) yang memberikan materi integrasi pelajaran sains dasar Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi yang juga diajarkan di sekolah, dan yang dilaksanakan di Sekolah Eksprimental Mangunan, Yogyakarta.
Â
Â