Liputan6.com, Palembang - Menjadi salah satu kota tertua di Indonesia, membuat Kota Palembang memiliki daya tarik tersendiri. Selain menyajikan makanan khas seperti pempek, wisata di Palembang juga tak kalah menarik dan eksotik.
Jika sedang plesiran di Kota Palembang, para wisatawan wajib mengunjungi enam lokasi wisata yang eksotik dan bersejarah yang memamerkan kemegahan Kota Palembang dulu dan kini.
Advertisement
Baca Juga
Jembatan Ampera
Sebagai salah satu akses yang menghubungkan antara hulu dan hilir antardaerah, membuat Jembatan Ampera di Palembang Sumsel menjadi salah satu akses utama untuk dilewati.
Jembatan Ampera menjadi salah satu jembatan terpanjang di Asia Tenggara, dengan panjang 1.000 meter, lebar 22 meter, dan tingginya mencapai 63 meter ini, membelah Sungai Musi di Kota Palembang Sumsel.
Jika berdiri di atas jembatan kuno yang dibangun pada 1962 ini, wisatawan akan melihat bentangan Sungai Musi. Semakin berkembangnya Kota Palembang, membuat beberapa renovasi perubahan jembatan yang dulunya bernama Jembatan Soekarno.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Pulau Kemaro
Berikutnya adalah Pulau Kemaro. Salah satu objek bersejarah ini terletak di tengah Sungai Musi, dengan berdirinya bangunan Pagoda 9 lantai, Klenteng Hok Tjing Rio, Pohon Cinta, dan makam keramat.
Bangunan di Pulau Kemaro memiliki ciri khas khas Tionghoa. Menurut sejarah, pulau ini dulunya ditempati sepasang Kekasih Tan Bun An dan Siti Fatimah, yang akhirnya menceburkan diri ke Sungai Musi, dan jasadnya dimakamkan di Pulau Kemaro.
Untuk akses menuju ke pulau ini, wisatawan harus menggunakan kapal yang disebut ketek bermuatan 6 orang atau kapal besar bermuatan puluhan orang penumpang.
Jasa transportasi air tersebut tersedia di Dermaga Plasa Benteng Kuto Besak (BKB) Palembang, dengan harga yang cukup terjangkau.
Advertisement
Benteng Kuto Besak
Benteng Kuto Besak (BKB) berlokasi tepat di pinggiran Sungai Musi. Bangunan ini adalah peninggalan pada masa kejayaan Kesultanan Palembang Darussalam. BKB dulunya didirikan oleh Sultan Mahmud Badaruddin I pada masa pemerintahannya tahun 1724 hingga 1758.
BKB kini digunakan sebagai ruang perkantoran Komando Daerah Militer (Kodam) Sriwijaya. Namun, pemerintah di Sumsel membangun kawasan Plasa BKB, tepat di depan benteng, sebagai salah satu areal wisata di Palembang.
Dari Plasa BKB Palembang, para wisawatan bisa menikmati keindahan Sungai Musi, dengan beragam aktivitasnya. Pada sore hingga malam hari, pengunjung bisa merasakan angin sepoi-sepoi, dan menikmati beragam kuliner lokal yang dijajakan para pedagang di kawasan tersebut.
TWA Punti Kayu
Alam selalu bisa menarik daya tarik, seperti Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu di Kilometer 6,5 Palembang. Berlokasi tak jauh dari pusat Kota Palembang, ada banyak jenis tanaman dan satwa liar yang masih hidup di sana.
Tempat ini sendiri memiliki luas sekitar 50 hektare, sangat cocok untuk para penikmat objek wisata alam dengan udara yang sejuk dan hijaunya alam yang asri, di tengah polusi udara di Kota Palembang.
Ribuan pohon pinus yang menjulang tinggi, membuat suasana semakin tenang dan alami. Ada juga beberapa replika ikon bangunan dari berbagai negara, yang menjadi spot foto yang eksotik. Untuk masuk ke TWA Punti Kayu, wisawatan cukup membayar Rp30.000 per orang.
Advertisement
Bukit Siguntang
Jika bercerita tentang jejak petilasan Kerajaan Sriwijaya di Palembang Sumsel, Bukit Siguntang menjadi salah satu peninggalannya.
Memiliki alam yang indah dengan kombinasi sejarah yang khas, membuat tempat ini sangat komplet untuk dikunjungi.
Sejarah mengatakan, Bukit Siguntang ini menjadi tempat ibadah umat Buddha, yang ditandai dengan beberapa arca dan batu granit peninggalan sejarah umat Buddha.
Banyak juga makam-makam yang dipercaya sebagai tempat peristirahatan terakhir keluarga Kerajaan Sriwijaya. Salah satunya yang terkenal adalah makam Putri Kembang Dadar.
Museum Negeri Sumsel
Museum Negeri Sumsel atau dulunya disebut Museum Bala Putra Dewa, menjadi salah satu bangunan yang menyimpan beragam peninggalan bersejarah di masa Kerajaan Sriwijaya dan sebelum masehi.
Di museum ini, dibangun juga rumah Limas, rumah khas warga Sumsel, dengan ornamen dan perabotan khas di masa lalu.
Bahkan rumah Limas tersebut, menjadi salah satu ikon dalam mata uang rupiah Rp10.000. Hal tersebut menjadi daya tarik para wisatawan yang berkunjung ke sana.
Penulis:
Muhammad Arnold Habibullah Waworuntu
Mahasiswa Universitas Bina Darma (UBD) Palembang
Advertisement