Sukses

HUT Kemerdekaan ke-77 RI, Ini Profil 5 Pahlawan Nasional dari Yogyakarta

Berikut sederet pahlawan nasional dari Yogyakarta

Liputan6.com, Yogyakarta - Sebentar lagi Indonesia akan memperingati HUT ke-77. Tentunya kemerdekaan yang sudah dicapai saat ini tidak lepas dari jasa-jasa perjuangan para pahlawan nasional yang tak kenal lelah dan menyerah.

Para pahlawan memerlukan keberanian dan pengorbanan yang besar untuk merebut Negara Indonesia tercinta dari penjajah. Bukan hanya pengorbanan harta benda yang dilakukan, akan tetapi juga nyawa.

Para pahlawan dari berbagai daerah harus bersatu agar pengorbanan mereka tidak sia-sia, salah satunya daerah Yogyakarta. Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang melahirkan banyak pahlawan nasional.

Dikutip dari berbagai sumber, berikut sederet pahlawan nasional dari Yogyakarta.

1. Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro yang memiliki nama asli Raden Mas Ontowiryo. Ia lahir pada  11 November 1785 di Yogyakarta.

Sosok Pangeran Diponegoro dikenal luas karena memimpin Perang Jawa. Pertempuran terjadi karena Pangeran Diponegoro tidak menyetujui campur tangan Belanda dalam urusan kerajaan.

Penetapan Pangeran Diponegoro sebagai pahlawan nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No 087/TK/Tahun 1973 tanggal 7 November 1973. Pangeran Diponegoro pernah diabadikan dalam mata uang resmi Republik Indonesia pecahan Rp 1000 pada tahun 1975.

Pangeran Diponegoro meninggal pada tanggal 8 Januari 1855 di Kampung Melayu, Wajo, Makassar, Sulawesi Selatan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 3 halaman

Sultan HB IX

2. Sri Sultan HB IX

Sri Sultan HB IX yang memiliki nama asli Gusti Raden Mas Dorodjatun. Ia lahir pada 12 April 1912 di Yogyakarta.

Peran Sri Sultan HB IX dalam masa perjuangan ditunjukkan dalam dukungan finansial. Indonesia yang baru lahir sebagai negara baru, 17 Agustus 1945, banyak menghadapi tekanan dari pemerintah kolonial yang kembali datang.

Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengundang tokoh bangsa pindah ke Yogyakarta. Wilayah ini siap menjadi ibu kota negara Republik Indonesia yang baru.

Saat pemerintahan Republik Indonesia berada di Yogyakata, semua pendanaan diambil dari kas keraton. Pendanaan tersebut meliputi gaji presiden dan wakil presiden, staff, operasional TNI, hingga biaya perjalanan serta akomodasi ke luar negeri.

Di awal pemerintahan orde baru, Sri Sultan Hamengkubuwono IX keliling ke sejumlah negara untuk menyakinkan Internasional bahwa Indonesia masih ada. Sri Sultan Hamengkubuwono IX meninggal dunia pada tanggal 2 Oktober 1988, ketika tengah berkunjung ke Amerika.

Penetapan Sri Sulatan Hamengkubuwono IX sebagai pahlawan nasional berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia Nomor 053/TK/Tahun 1990, pada tanggal 30 Juli 1990.

 

3 dari 3 halaman

Ki Hajar

3. Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889, dengan nama RM Soewardi Soerjaningrat. Di masa penjajahan Belanda, Ki Hajar Dewantara memperjuangkan pendidikan supaya pribumi kelas menengah bawah dapat memperoleh hak pendidikan, seperti priyayi maupun orang-orang Belanda.

Ia mendirikan Taman Siswa, sebagai lembaga pendidikan untuk memberikan kesempatan bagi pribumi kelas bawah. Ki Hajar Dewantara mendapat gelar pahlawan nasional melalui Keputusan Presiden No 305 Tahun 1959 tanggal 28 Novemebr 1959.

4. Dr Wahidin Sudirohusodo

Dokter Wahidin Sudirohusodo lahir pada tanggal lahir di Yogyakarta pada 7 Januari 1852. Perjuangan Wahidin Sudirohusodo memunculkan gagasan pentingnya pendidikan untuk kalangan pribumi.

Wahidin Sudirohusodo menjadi pelopor berdirinya organisasi Budi Utomo. Wahidin Sudirohusodo ditetapkan sebagai sebagai pahlawan nasional pada tanggal 6 November 1972 berdasarkan Keppres No 88/TK/1973.

Ia meninggal pada tanggal 26 Mei 1917.

5. Dr KRT Radjiman Wedyodiningrat

Dr KRT Radjiman Wedyodiningrat lahir pada tanggal 21 April 1879 di Desa Mlati, Yogyakarta. Peran perjuangan tokoh yang mendapatkan gelar dokter dari Belanda ini sangat menonjol menjelang kemerdekaan Indonesia.

Khususnya, saat Indonesia sedang merumuskan dasar negara, yaitu Pancasila. Dr KRT Radjiman Wediodiningrat meninggal pada tanggal 20 September 1952 di Dirgo, Widodaren, Ngawi, Jawa Timur.

Nama Dr KRT Radjiman Wediodiningrat dinobatkan sebagai pahlawan nasional pada 2013 di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.