Sukses

Bidik Pasar Global, Bank Indonesia Kembangkan Desa Devisa Klaster Kopi di Sultra

Bank Indonesia tengah ,mengembangkan desa devisa klaster kopi di Sulawesi Tenggara.

Liputan6.com, Kendari Kopi saat ini tengah menjadi trend global. Indonesia, diketahui menjadi salah satu negara yang terkenal dengan berbagai jenis kopi dan hasil olahannya.

Melihat situasi ini, Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Tenggara, berupaya menggenjot terciptanya sebuah desa penghasil devisa dari komoditas tanaman kopi di Sultra. Dari puluhan wilayah di 17 kabupaten dan kota dengan potensi perkebunan terbesar, BI Sultra melihat adanya peluang di Desa Landono, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel).

Saat ini, wilayah Landono merupakan sentra pengembangan tanaman kopi terbesar di Sultra. Tahap awal pengembangan, petani setempat dibantu Pemda, menargetkan produksi 320 ton setiap tahunnya.

Bank Indonesia Sulawesi Tenggara kemudian memfasilitasi bantuan anggaran antara pemerintah kabupaten dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Pihak Indonesia Exim Bank, sebagai lembaga pembiayaan ekspor telah menandatangani MoU dengan Pemkab Konsel, Kamis (4/8/2022).

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sultra, Doni Septadijaya mengatakan, pihaknya menargetkan kopi asal Konawe Selatan bisa bersaing di pasar internasional.

"Saat ini, Exim Bank hadir agar petani bisa meningkatkan kapabilitas dan kapasitas produksi, kami harapkan pemda setempat bisa mempermudah proses ini," ujar Doni Septadijaya.

Menurutnya, potensi Kopi Tolaki sangat besar ketika petani dan pemda serius. Pihaknya sudah mengemukakan sejumlah ide agar pencapaian Landono bisa menjadi champion di Sultra dan skala nasional.

"Saat ini masih wilayah Konawe Selatan saja, diharapkan ada wilayah lain, tentunya dengan indikator memadai," tambah Doni Septadijaya.

Menurutnya, pihak BI Sultra tidak mengejar jumlah komoditas, namun berupaya menghasilkan kualitas. Satu komoditas dengan kualitas dan kuantitas luar biasa, dianggap lebih memiliki potensi besar. Ketika ini berhasil, maka akan jadi contoh bagi puluhan desa lainnya di Sultra dengan potensi perkebunan atau kerajinan.

Untuk menjadi salah satu desa devisa, Toni menjelaskan sejumlah indikator. Diantaranya, desa bisa menjaga jumlah produksi yang berkesinambungan, sumber daya manusia, pembiayaan, potensi da ketersedian pasar komoditas serta distribusi logistik. Ketika indikator ini sudah dimiliki suatu wilayah, pihak BI akan berupaya mendorong pengembangan desa devisa hingga memfasilitasi dengan lembaga pembiayaan ekspor.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Kesiapan Pemda Konsel

Saat ini, Pemkab Konawe Selatan Desa Landono secara masif mendorong daya produksi perkebunan kopi. Kadis Pertanian dan Holtikultura, Yesna Suarni menyatakan, ada seluas 1300 hektar lahan sudah disiapkan.

"Lahan ini, berlokasi di Desa Landono," ujarnya.

Menurutnya, Pemda berencana menambah lahan seluas 3000 hektar jika memungkinkan. Ada beberapa lokasi desa sekitar, seperti Andoolo bisa jadi lokasi baru untuk menambah lahan perkebunan.

"Saat ini, total produksi sebesar 320 ton pertahun," katanya.

Menurutnya, saat ini petani baru mampu memproduksi sebanyak 310 kilogram kopi kering setiap hari. Jumlah ini, baru setengah dari target yakni 500 - 700 kilogram.

"Menurut penikmat kopi, Keunikan Kopi di wilayah ini adalah aroma yg kuat dgn rasa soft," pungkasnya.

Â