Sukses

Kisah Jenderal Oerip Soemohardjo, Ganti Nama Setelah Jatuh dari Pohon

Banyak kisah menarik seputar Oerip Soemohardjo, salah satunya nama itu bukan nama lahir yang diberikan orangtuanya.

Liputan6.com, Yogyakarta - Jenderal TNI Raden Oerip Soemohardjo merupakan jenderal dan kepala staf umum TNI pertama pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Pada 1914, Oerip memulai perjalanannya sebagai letnan di Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL), tentara pemerintah kolonial Belanda dan kemudian dipromosikam menjadi perwira pribumi dengan pangkat tertinggi di KNIL setelah hampir 25 tahun bertugas.

Ia sempat mengundurkan diri dari jabatannya sekitar  1938 dan pindah ke Yogyakarta bersama istrinya, Rohmah. Setelah Jerman Nazi menginvasi Belanda pada bulan Mei 1940, Oerip pun dipanggil kembali untuk bertugas.

Ia sempat ditahan saat Kekaisaran Jepang menduduki Hindia yang membuatnya melalui sisa masa pendudukan Jepang di vilanya. Selanjutnya, pada tanggal 14 Oktober 1945, beberapa bulan setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, Oerip ditetapkan sebagai kepala staf dan pemimpin sementara angkatan perang yang baru dibentuk.

Oerip bersama Jenderal Soedirman bersama-sama mengawasi pembangunan angkatan perang pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Merasa muak atas kurangnya kepercayaan pemerintah terhadap militer dan manuver politik yang terjadi di tubuh militer, Oerip akhirnya mengundurkan diri pada awal 1948.

Ia mengidap lemah jantung yang membuat kondisi kesehatannya memburuk hingga ia wafat. Berpangkat letnan jenderal pada saat kematiannya, Oerip secara anumerta dipromosikan menjadi jenderal penuh.

Ia menerima beberapa penghargaan dari pemerintah Indonesia, termasuk gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada1964. Namun, siapa sangka, ternyata Oerip saat kecil dikenal sebagai sosok yang nakal.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Jatuh dari Pohon

Oerip Soemohardjo bukanlah nama lahir yang diberikan orangtuanya. Anak ini terkenal nakal di kampungnya, sebuah desa kecil bernama Sindurjan yang berada di wilayah Purworejo, sebelah barat Yogyakarta.

Lahir tanggal 22 Februari 1893, ia menyandang nama Muhammad Sidik, seorang bocah yang energik tapi sangat 'mbeling' dan susah diatur. Sidik berasal dari keluarga terpandang karena ayahnya, Soemohardjo, adalah seorang kepala sekolah dan putra tokoh ulama setempat.

Sang ibu merupakan anak perempuan kesayangan Raden Tumenggung Widjojokoesoemo, Bupati Trenggalek, Jawa Timur kala itu. Namun, nakalnya Sidik tidak melulu bermuara pada hal negatif.

Di balik tingkah-polahnya itu, sejak kecil iansudah memperlihatkan karakter kepemimpinan yang kuat. Hal itu terlihat dari dirinya yang seringkali menjadi pemimpin teman-teman sebayanya, termasuk ketika bertanding bola di lapangan kampung.

Perubahan nama Muhammad Sidik menjadi Oerip Soemohardjo bermula ketika Sidik tak sadarkan diri usai jatuh dari pohon saat bermain. Beruntungnya, ia selamat dan ibunya pun kemudian mengirim surat ke Trenggalek untuk meminta nasihat kepada ayahnya yang merupakan seorang Bupati.

Sesuai kepercayaan orang Jawa, Widjojokoesoemo menyarankan agar nama Sidik diganti agar terhindar dari petaka. Nama baru yang dipilih adalah 'Oerip', dalam bahasa Jawa berarti hidup atau selamat.

Meski masih tetap saja nakal. Namun, justru kenakalan itulah yang membentuk Oerip sebagai manusia berprinsip kuat.

(Resla Aknaita Chak)