Sukses

Perjalanan Nasionalisme Frans Kaisiepo, Tegakkan Eksistensi Indonesia di Tanah Papua

Ada delapan nama pahlawan nasional yang terpampang di uang kertas baru tersebut, salah satunya Frans Kaisiepo.

Liputan6.com, Yogyakarta - Pemerintah dan Bank Indonesia baru saja meluncurkan tujuh uang rupiah kertas terbaru. Uang kertas tahun 2022 itu terdiri atas pecahan uang kertas Rp100.000, Rp50.000, Rp20.000, Rp10.000, Rp5.000, Rp2.000, dan Rp1000.

Ketujuh pecahan Uang TE 2022 tersebut secara resmi berlaku, dikeluarkan, dan diedarkan bertepatan dengan HUT-77 Kemerdekaan RI. Ada delapan nama pahlawan nasional yang terpampang di uang kertas baru tersebut, salah satunya Frans Kaisiepo.

Sama seperti di desain sebelumnya, Frans Kaisiepo muncul di pecahan Rp10.000. Ia merupakan pahlawan nasional yang memiliki andil besar dalam menegakkan eksistensi Republik Indonesia di Tanah Papua.

Frans Kaisiepo merupakan seorang politikus Papua dan nasionalis Indonesia yang menjabat sebagai Gubernur Provinsi Papua keempat. Ia lahir di Pulau Biak pada 10 Oktober 1921 dan pernah mengenyam pendidikan di sebuah sekolah guru agama Kristen si Manokwari, dan Sekolah Kursus Pegawai Papua (Papua Bestuur School) di kota NICA (Nederlandsch Indië Civil Administratie atau Netherlands-Indies Civil Administration), yang sekarang disebut Kampung Harapan, Jayapura.

Perjalanan nasionalisme Indonesia Kaisiepo dimulai pada 1945, ia bertemu Sugoro Atmoprasodjo, yakni orang pertama yang memperkenalkan nasionalisme Indonesia di Papua. Nasionalisme Indonesia merupakan kristalisasi keinginan bangsa Indonesia untuk menjadi negara yang merdeka, dibungkus perasaan senasib sepenanggungan sebagai bangsa tertindas.

Selanjutnya, mereka pun dengan cepat menemukan titik temu karena kesamaan dukungan mereka untuk kemerdekaan Indonesia. Kaisiepo sering mengadakan pertemuan rahasia untuk membahas aneksasi Nugini Belanda oleh Republik Indonesia.

Barulah pada 31 Agustus 1945, ketika Papua masih diduduki Belanda, Frans Kaisiepo termasuk salah satu orang yang menegakkan eksistensi Republik Indonesia. Ia menjadi orang pertama yang mengibarkan bendera merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya di Papua.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Partai Indonesia Merdeka

Pada Juli 1946, ia terlibat dalam Konferensi Malino yang membahas pembentukan Republik Indonesia Serikat. Ia hadir sebagai satu-satunya orang asli Papua yang mewakili Provinsi Papua.

Dia juga menyarankan wilayah tersebut disebut "Irian", yang dalam bahasa Biak berarti "tempat yang panas". Selain itu, letaknya yang sangat dekat dengan garis khatulistiwa dan terpampang oleh sinar matahari juga menjadi alasan dari usulan nama tersebut.

Pada Juli 1946 pula, ia mendirikan Partai Indonesia Merdeka di Biak, dengan Lukas Rumkoren sebagai pemimpin partai. Pada Maret 1948, Frans terlibat pemberontakan di Biak untuk memprotes pemerintahan Belanda.

Ia juga pernah dipenjara pada 1954 hingga 1961 karena menolak mengakui diri sebagai pemimpin delegasi Nugini Belanda dalam Konferensi Meja Bundar Belanda-Indonesia pada 1949. Ia menolak hal tersebut lantaran merasa Belanda berusaha mendiktenya.

Untuk mengenang jasa-jasanya, pemerintah mengabadikan namanya sebagai nama Bandar Udara Frans Kaisiepo di Biak dan nama salah satu Kapal Perang Republik Indonesia (KRI), yakni KRI Frans Kaisiepo. Selanjutnya, pada 1993, Frans secara anumerta dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia atas usahanya seumur hidup untuk mempersatukan Irian Barat dengan Indonesia.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak