Sukses

Koplo, Evolusi Musik Dangdut dari VCD Bajakan

Koplo adalah salah satu bentuk dari dangdut daerah.

Liputan6.com, Yogyakarta - Alunan gendangnya yang khas, membuat siapa pun yang mendengar sontak menggerakkan bagian tubuhnya. Tak peduli liriknya bahagia atau merana, aliran musik koplo ini selalu berhasil membuat pendengarnya bernyanyi lantang sambil bergoyang.

Adalah musik koplo atau juga dikenal dangdut koplo, yang merupakan sub aliran dalam musik dangdut. Koplo adalah salah satu bentuk dari dangdut daerah.

Jika musik dangdut umumnya berbahasa Indonesia dan identik dengan vokal cengkoknya, musik koplo memiliki sedikit perbedaan. Musik koplo memiliki ketukan gendang yang lebih cepat dari musik dangdut pada umumnya serta memakai lirik berbahasa daerah atau bahasa campuran (Indonesia dan daerah).

Munculnya alunan koplo ini dimulai pada era tahun 2000-an. Saat itu, beberapa orang mulai jenuh dengan musik dangdut asli. Pada awal era ini, para musisi dangdut di daerah pesisir Pantura, Jawa Timur, mulai mengembangkan jenis musik dangdut baru.

Kemudian, mereka menyebut jenis musik dangdut yang baru ini dengan sebutan 'koplo'. Musik koplo merupakan mutasi dari musik dangdut setelah era Congdut (Keroncong-Dangdut) yang bertambah kental irama tradisionalnya karena ditambah beberapa unsur seni musik lainnya.

Beberapa unsur seni musik yang tercampur di dalamnya, yakni kendang kempul (seni musik daerah Banyuwangi), jaranan, gamelan, serta jaipongan yang merupakan pengaruh dari musik Sunda. Singkatnya, musik koplo diprakarsai oleh kelompok-kelompok musik Jawa Timur.

Beberapa tahun kemudian, musik ini semakin fenomenal karena adanya VCD bajakan. Tak bisa dipungkiri, VCD bajakan yang berisi musik-musik koplo merupakan salah satu hiburan murah yang bisa dijangkau masyarakat.

Fenomena itu pun dibarengi dengan kehadiran goyang ngebor yang dipopulerkan Inul Daratista. Sayangnya, goyangan tersebut sempat menjadi kontroversi karena gaya busana dan goyangannya dianggap tidak mencerminkan musik dangdut.

Sang Raja Dangdut Indonesia, Rhoma Irama, dengan nyata menentang Inul karena hal tersebut. Penentangan Rhoma terhadap aksi Inul dan beberapa tokoh dangdut lain ternyata mendapat sambutan dari para pembela Inul.

Kontroversi ini pun melibatkan hukum dan menjadi konsumsi publik melalui media televisi. Namun, pro kontra dan kontroversi ini justru semakin mempopulerkan Inul, musik koplo, dan artis-artis dangdut lain.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Muncul Artis Pendatang Baru

Terbukti, setelah adanya kontroversi tersebut justru muncul artis-artis pendatang baru yang juga membawa identitas goyangan masing-masing, seperti "goyang ngecor" milik Uut Permatasari dan "goyang patah-patah" milik Anisa Bahar. Meski ketenarannya disebabkan goyangan yang kontroversial, saat ini musik koplo tak lagi diidentikkan dengan goyangan semata.

Musik koplo telah berkembang menjadi bentuk turunan yang lebih mudah diakses karena mendapat pengaruh dari beberapa faktor. Belakangan dikenal musik pop-koplo yang dipengaruhi oleh gaya busana K-Pop dengan memasukkan unsur musik pop.

Kehadiran platform streaming, seperti Youtube, juga menjadi faktor yang mempermudah tumbuhnya popularitas musik koplo. Sehingga musik koplo dikenal semakin luas.

Nama-nama seperti Ayu Ting-ting, Siti Badriah, Via Vallen, Nella Kharisma, dan Happy Asmara, merupakan penyanyi pop-koplo yang cukup populer. Perkara joget yang sempat menjadi kontroversi, musik koplo saat ini justru nyaris tak pernah joget berlebihan.

Beberapa dari mereka menyanyikan lagu dengan lirik berbahasa daerah. Bahkan, sisipan musik rap yang dipadukan dengan ketukan gendang koplo, membuat musik ini semakin menyenangkan untuk didengar.

Kehadiran musik koplo saat ini semakin diminati segala kalangan, termasuk kalangan yang sebelumnya tidak tertarik dengan musik dangdut. Hal inilah yang membuat musik koplo berumur panjang.

 

 

Penulis: Resla Aknaita Chak