Sukses

Di Pegunungan Bintang, Pohon Kopi Merupakan Tanaman Liar

Tanaman Kopi di Kabupaten Pegunungan Bintang, tepatnya di Distrik Okbibab tumbuh liar tanpa perlu dirawat.

Liputan6.com, Balikpapan - Siapa sangka, Pulau Papua punya potensi kopi yang tinggi. Ambil contoh di Kabupaten Pegunungan Bintang, pohon kopi termasuk tanaman liar di daerah tersebut.

Hal ini diketahui setelah Tim Satgas Damai Cartenz yang salah satunya beranggotakan personel Satuan Brimob Polda Kaltim bertugas di Distrik Okbibab. Sejak Januari 2022 lalu, tim ini sudah ikut mengamankan distrik yang sempat mendapat serangan dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

“Tekstur Tanah di Distrik Okbibab memiliki kualitas yang baik bagi pertumbuhan tanaman Kopi, sehingga tumbuhan Kopi sangat mudah berkembang biak dengan sendirinya, ,” kata Komandan Unit Sat Brimobda Kaltim Pos Okbibab, Aipda Nasir Baba kepada liputan6.com, Kamis (18/8/2022).

Nasir menambahkan, selama pengamanan di distrik ini, personelnya membuktikan dengan banyaknya tanaman kopi yang tumbuh tidak teratur atau liar. Ini membuktikan tanah di Papua sangat cocok untuk tanaman kopi.

“Distrik Okbibab merupakan sebuah wilayah di Kabupaten Pegunungan Bintang yang memiliki Potensi yang cukup besar dari segi ekonomi khususnya pertanian dan Kopi Arabika adalah potensi yang sangat baik diwilayah ini, dan ini tentu saja bisa di lirik investor,” papar Nasir Baba.

Soal cita rasa, dia menyebut personel Brimob Polda Kaltim yang tergabung dalam Tim Satgas Damai Cartenz sangat menyukai hasil kopi di Distrik Okbibab.

“Karena Kualitas kopi di Distrik Okbibab dianggap memiliki citarasa yg tidak Kalah dengan cita rasa yang dimiliki Kopi Toraja dan Kopi Gayo Aceh,” sebutnya.

Dia pun berharap sektor tanaman kopi yang ada di wilayah Distrik Okbibab dapat menjadikan komoditas utama untuk menunjang perekonomian seluruh masyarakat yang ada di wilayah itu.

Simak video pilihan berikut:

2 dari 3 halaman

Komoditas Unggulan

Nasri Baba menjelaskan, tanaman kopi di Distrik Okbibab belum tersentuh upaya serius pengembangan maupun pemasaran. Padahal, jika melihat potensi tanaman kopi yang tumbuh subur di kawasan ini, kopi akan jadi komoditas unggulan.

Berdasarkan pengamatannya bersama personel Tim Satgas Damai Cartenz, budidaya kopi di Distrik Okbibab butuh pendampingan dari ahli. Selain untuk menghasilkan buah kopi terbaik, warga juga perlu dibantu untuk membuat biji kopi berkualitas.

“Diharapkan adanya bantuan dari para ahli di bidangnya yang dapat mendukung masyarakat untuk mengelola dari tahapan pembibitan, penanaman, perawatan, siklus panen yang benar, pengolahan dari biji Kopi hingga menjadi bubuk kopi dan pemasaran sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di Distrik Okbibab,” papar Nasir.

Untuk saat ini, sambungnya, upaya yang telah di lakukan saat ini oleh Tim Satgas Damai Cartenz yang berada di wilayah Distrik Okbibab adalah melakukan koordinasi  dengan seluruh Unsur Muspika setempat. Tim ini juga memberikan motivasi kepada masyarakat untuk mengembangkan budidaya tanaman Kopi secara bersama agar menjadi penunjang utama di sektor perekonomian.

“Upaya lainnya adalah berkoordinasi dengan rekan-rekan media guna membantu mengabarkan  komoditas tanaman tumbuhan kopi yang ada di wilayah Okbibab, sehingga kopi asal Okbibab, Papua dapat terkenal di seluruh Nusantara seperti Kopi Gayo dari Aceh dan Kopi Toraja dari Sulawesi,” katanya.

Nasir yakin,  pengembangan biji kopi di Okbibab, kopi dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Okbibab. Apalagi  jika di pandu oleh para Ahli di bidangnya dengan sistem pengelolaan manajemen yang benar.

“Harapan kita, masyarakat Distrik Okbibab memiliki perekonomian mandiri yang di kelola bersama oleh Masyarakat, dengan demikian masyarakat Distrik Okbibab tidak tergantung lagi dengan BLT dari Pemerintah Daerah,” pungkasnya.

3 dari 3 halaman

Butuh Pendampingan

Sekretaris Distrik Okbibab Timotius Setamanki menyebut kopi di wilayahnya adalah salah satu hasil perkebunan warga. Hanya saja perlu pendampingan berkesinambungan untuk menjadikan kopi sebagai komoditas unggulan di Distrik Okbibab.

“Rata-rata di setiap kampung itu masyarakat sudah tanam, yang menjadi kendala adalah perawatan dan pemasaran,” kata Timotius.

Dia berharap, peringatan 17 agustus saat ini bisa dijadikan momentum untuk bersama-sama memberikan perhatian khusus bagi kopi di Distrik Okbibab yang masuk jenis Kopi Arabica.

“Peringatan 17 Agustus yang kita selenggarakan ini bisa menjadi semangat dari pemerintah untuk membangun, terlebih khusus tanaman kopi di Okbibab,” sambungnya.

Timotius menjelaskan, sejumlah tanaman kopi tidak dipanen oleh warga karena kebingungan pengolahan dan pemasaran. Tidak heran jika banyak buah kopi yang membusuk di pohon.

“Ini contohnya masyarakat tidak merawat, tidak memetik buah, buah di pohon kering, ini akibat dari (tidak adanya) pemasaran,” kata Timotius sambil menunjuk sebuah pohon kopi yang sedang berbuah.

Dia pun  berharap pemerintah membuka peluang kepada masyarakat baik dalam hal pemasaran dan pengembangan budidaya kopi di Distrik Okbibab.

“Sehingga kami harapkan peerintah daerah, pemerintah pusat atau stakeholder yang lain bisa melihat komoditas unggulan yang tersedia di daerah ini,” pungkasnya.