Sukses

Bukan Joko Tingkir Ngombe Dawet, Sejarah Catat Pendiri Pati Jawa Tengah yang Terinspirasi Usai Minum Dawet

Joko Tingkir merupakan salah satu ulama besar dalam sejarah Jawa.

Liputan6.com, Yogyakarta - Kontroversi lagu dangdut berjudul 'Joko Tingkir Ngombe Dawet’ sedang ramai diperbincangkan. Lagu yang saat ini sedang hits itu menuai protes sejumlah pihak karena dinilai memarodikan ulama dan tokoh pendiri kerajaan Islam Pajang, Joko Tingkir.

Joko Tingkir merupakan salah satu ulama besar dalam sejarah Jawa. Sementara itu, dawet sebagai salah satu jenis minuman tradisional yang melegenda di Jawa.

Namun, ternyata bukan Joko Tingkir yang ngombe atau meminum dawet, melainkan Kembang Joyo. Kembang Joyo merupakan pendiri Kadipaten Pati-Pesantenan, atau cikal bakal Kabupaten Pati Jawa Tengah.

Dikutip dari berbagai sumber, asal-usul nama Pati Jawa Tengah berawal dari kisah Kembang Joyo yang terinspirasi oleh segarnya minuman dawet. Dalam Babad Pati menceritakan sejarah Pati sejak bernama Pesantenan pada abad ke-13 (sekitar 1292) dan diakhiri dengan perang tanding antara Adipati Jayakusuma melawan Panembahan Senopati pada tahun 1600.

Dalam Babad Pati disebutkan Pati awalnya merupakan wilayah yang terdiri dari beberapa daerah kecil yang berdiri sendiri. Di antara daerah-daerah itu ada dua kadipaten yang dianggap besar dan mendominasi di Pati.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Mempersatukan Wilayah

Dua kadipaten itu adalah Paranggaruda yang dipimpin Yudopati dan negeri Carangsoka yang dipimpin Puspa Handungjaya. Beberapa daerah lainnya meliputi Kemaguhan (dipimpin Yuyu Rumpung), Matesih (dipimpin Singabangsa), Jambangan (dipimpin Kudasuwengi), Majasem (dipimpin Sukmoyono), dan Bantengan (dipimpin Kembang Joyo).

Pemimpin daerah Bantengan, Kembang Joyo, dalam Babad Pati disebutkan sebagai tokoh yang mempersatukan wilayah-wilayah tersebut dalam kesatuan politis yang kuat. Ia juga membentuk kadipaten bernama Pesantenan.

Konon dahulu Kembang Joyo kemudian memilih tinggal di Desa Kemiri sehingga mendapat julukan Ki Ageng Kemiri. Kemudian, Kembang Joyo memperluas wilayahnya dengan menaklukkan daerah-daerah lain. Dia juga membuka hutan untuk dijadikan sebagai desa-desa baru.

Ketika Kembang Joyo sedang membuka Hutan Kemiri menjadi perkampungan, datanglah seorang laki-laki menjajakan dawet bernama Ki Sagola. Terpesona oleh segar dan manisnya dawet dari gentong yang yang baru saja diminumnya, Kembang Joyo pun menanyakan kepada Ki Sagola tentang bahan baku minuman tersebut.

Ki Sagola lalu menceritakan minuman dawet terbuat dari pati aren yang diberi santan kelapa dan gula aren. Kembang Joyo mendengar jawaban Ki Sagola, kemudian memiliki ide untuk membuka hutan dan akan menamainya dengan Kadipaten Pati-Pesantenan.