Liputan6.com, Banyumas - Paguyuban Pengusaha Pertashop (P2P) Jawa Tengah (Jateng) bagian barat mendukung pemerintah yang berencana menaikkan harga BBM bersubsidi.
Ketua Paguyuban Pengusaha Pertashop, Budi Sadewo mengatakan, saat ini disparitas harga BBM subsidi dan nonsubsidi, terutama pertalite dan pertamax terlalu tinggi.
Disparitas harga pertalite dan pertamax yang terlalu tinggi memicu banyaknya penyimpangan atau kebocoran BBM bersubsidi.
Advertisement
Salah satunya dengan menjamurnya pertamini atau pengecer BBM ilegal. Pertalite yang semestinya dijual dengan harga Rp7.650 ke konsumen, oleh pengecer ilegal dijual dengan harga Rp10 ribu – Rp11 ribu per liter.
Mereka membeli pertalite dari para bandar yang diduga membeli pertalite dengan cara illegal. Bahkan, beberapa di antaranya berani droping ke masing-masing pengecer.
Baca Juga
"Ada yang mengambil keuntungan dari situ. Ada kebocoran BBM subsidi," kata Sadewo, di Banyumas, Selasa (23/8/2022).
Selain itu, yang patut disayangkan, disparitas harga juga peralihan konsumsi BBM yang semula terbagi antara pertamaax dan pertalite, kini nyaris seluruhnya berpindah ke pertalite yang BBM bersubsidi. Akibatnya, omzet penjualan BBM Pertashop yang hanya menjual BBM jenis pertamax terjun bebas.
Padahal pertashop adalah program pemerintah dan pertamina. Karena itu, dia juga meminta pertanggungjawaban pertamina untuk melindungi mitranya.
“Yang kita inginkan di pertalite lah ya. Setidaknya agar disparitas harganya tidak terlalu tinggi. Ya setidaknya sekitar Rp10 ribu lah. Rp10 ribu itu itu sudah (bagus)," ujar dia.
Menurut Sadewo, kenaikan harga pertalite relatif menekan tingkat penyimpangan BBM bersubsidi. Karena itu, dia juga berharap saat pertalite naik pertamax tidak ikut naik. Dengan begitu, ketimpangan konsumsi BBM subsidi dan nonsubsidi bisa ditekan.
Â
Saksikan Video Pilihan Ini:
Pertashop Gulung Tikar
Diketahui, sejak 1 April 2022 lalu, pertamina menaikkan harga pertamax dari Rp9.000 menjadi Rp12.500. Sementara, harga BBM subsidi jenis pertalite tetap di harga Rp7.650.
Pengusaha pertashop di Cilacap, Jawa Tengah terus merugi hingga nyaris gulung tikar usai pemerintah menaikkan harga BBM jenis pertamax empat bulan lalu.
Pengusaha Pertashop di Kecamatan Patimuan, Kukuh mengatakan saat ini dia hanya bisa bertahan tanpa memperoleh keuntungan. Bahkan, beberapa pemilik pertashop di wilayah pedesaan sudah rugi. Pasalnya, pengusaha pertashop harus menanggung gaji karyawan, listrik, penguapan BBM (losses), dan biaya variabel lain.
Saat ini, kata dia, penjualan hanya berkisar antara 100-300 liter per hari. Sementara, untuk BEP dibutuhkan penjualan BBM minimal 400 liter per hari.
Akibatnya, pengusaha pertashop terus merugi. Dia juga mengungkapkan, sejumlah pengusaha pertashop di pedesaan sudah menutup operasional. Sebab, tiap hari sudah merugi.
“Yang jelas itu karena harga pertalite dan pertamax itu mengalami, terpaut terlalu jauh untuk harga pertamax dan pertalite, sehingga omzet pertashop itu kan terjun bebas," kata Kukuh.
Kukuh berharap agar pemerintah segera membuat kebijakan agar pertashop kembali pulih. Pasalnya, pertashop adalah program pemerintah dan pertamina agar masyarakat memperoleh BBM berkualitas.
Karena itu, dia menyambut baik jika pemerintah menaikkan harga pertalite agar disparitas harga antara pertalite dan pertamax tidak terlalu jauh.
Tim Rembulan
Advertisement