Liputan6.com, Purbalingga - Harga telur ayam beberapa hari ini menembus Rp30 ribu per kilogram. Lonjakan harga telur ini terkait berbagai faktor, di antaranya pemangkasan populasi ternak yang berimbas pada menurunnya produksi telur.
Eko Sugitno, peternak ayam petelur asal Desa Karangcengis, Bukateja, Purbalingga, Jawa Tengah, mengungkapkan menurunnya produksi membuat persediaan telur di pasaran tak mampu memenuhi permintaan konsumen.
"Harga mahal itu terkait dengan populasi, suply and demand. Karena produksinya sedikit permintaanya banyak, otomatis harganya mahal," kata dia ketika ditemui di kandang ternaknya, Rabu 24 Agustus 2022.
Advertisement
Baca Juga
Pria yang biasa disapa Gino itu menjelaskan, keputusan para peternak memangkas populasi karena kerugian yang dialami para peternak pada periode September 2021 hingga April 2022.
Pada periode itu, para peternak rugi karena banyaknya pemodal besar yang mendadak membuka peternakan ayam petelur. Hal ini dipicu permintaan yang begitu tinggi seiring kebijakan pemerintah menggelontor bantuan sosial berupa bahan pangan.
Sayang, kebijakan bantuan sosial pangan ini tak berlanjut belakangan hari karena berbagai persoalan di lapangan. Padahal para peternak terlanjur menambah populasi ayam untuk memenuhi permintaan.
Puncaknya, terjadi over populasi. Produksi telur melimpah namun serapan minim. Para peternak akhirnya banting harga dan mengalami kerugian signifikan. Ini membuat sebagian peternak gulung tikar.
Simak Video Pilihan Ini:
Pemangkasan Populasi Ayam
Yang masih bertahan memutuskan memangkas populasi demi menekan produksi. Dampaknya, hari ini harga telur meroket hingga menembus Rp 30 ribu per kilogram. "Dengan kerugian kemarin banyakayam yang dijual sehingga populasi turun," ujarnya.
Ia menambahkan, kenaikan harga yang dirasakan sejak tiga bulan terakhir membawa angin segar bagi peternak. Namun, kenaikan harga ini belum mampu menutup kerugian yang dialami peternak selama tujuh bulan dari periode September 2021 hingga April 2022.
Kerugian bisa tertutup jika tren harga telur seperti sekarang bisa bertahan selama tiga bulan ke depan.
"Kerugian kemarin kisaran Rp7.000 hingga Rp8.000 per kilo," ucapnya
Jika dulu harga telur berada Rp8 ribu di bawah BEP, bahkan di bawah HPP, kini harga telur berada di kisaran Rp 6.750 di atas BEP dengan harga telur dari peternah Rp29 ribu.
Perhitungan BEP ditentukan dari harga pakan dikali 3,5. Harga pakan hari ini Rp6.500 per kilogram. Jika dikali 3,6 maka BEP sebesar Rp22.500. Dengan harga telur Rp 29 ribu, maka ada marjin sebesar Rp 6.500 per kilogram.
Karena itu ia sangat berharap harga pakan bisa terkendali. Ia meminta pemerintah mengendalikan harga konsentrat pakan yang sebagian impor dari Amerika Serikat dan Jerman.
"Kalau bisa Indonesia harus mandiri. Kita harus bikin sendiri, terutama kedelai karena bahan bakunya kedelai. Sukur-sukur bapak Presiden Jokowi memberi solusi bagaimana Indonesia bisa swasembada kedelai untuk Indonesia Raya sehingga peternak kita lebih berdaulat lebih berdikari di negara sendiri," ujarnya.
Advertisement