Sukses

Perahu Terbalik Saat Balapan, Ibu-ibu di Mahakam Ulu Malah Girang

Jika umumnya terjadi kepanikan saat perahu terbalik, itu tidak berlaku bagi ibu-ibu di Kabupaten Mahakam Ulu yang perahunya terbalik saat lomba balap perahu tradisional.

Liputan6.com, Mahakam Ulu - Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia selalu dihiasi dengan ragam lomba yang unik dan meriah. Tak terkecuali di Desa Long Bagun Ilir, Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur yang digelar pada Minggu (21/8/2022) lalu.

Meski berada nyaris di tengah Pulau Kalimantan dan berbatasan Negara Bagian Serawak, Malaysia, keseruan lomba tetap terlihat. Di tengah segala keterbatasan, warga di pedalaman Kalimantan ini tetap bisa merayakan momen Hari Kemerdekaan.

“Ada banyak lomba, mulai lomba voli putra dan putri, lomba makan kerupuk, tarik tambang, pinang ayu, dan lomba balap perahu dayung,” kata Ketua Panitia, Nikolaus Lidung.

Sebagai masyarakat yang hidup di tengah keterbatasan aksesibilitas, peringatan 17 Agustus adalah saat yang tepat untuk bergembira. Momentum HUT ke-77 RI jadi hiburan tersendiri bagi warga yang tinggal nun jauh di sana itu.

“Luar biasa antusias masyarakat dalam rangka memperingati hari kemerdekaan republik Indonesia. Mereka mengikuti lomba ini luar biasa. Semangatnya luar biasa. Rasa kemerdekaan di masyarakat itu ada,” kata Nikolaus.

Tak ada yang tak meriah dari setiap perlombaan yang digelar. Mulai dari anak-anak usia sekolah dasar hingga dewasa terlibat aktif mengikuti lomba. Lomba panjat pinang salah satu yang paling meriah karena dibagi dalam kategori anak-anak dan dewasa.

Tentu saja yang paling seru dan meriah adalah lomba balap perahu tradisional. Lomba ini tak sekedar mendayung sekuat tenaga untuk menjadi yang tercepat sampai di garis finish.

“Ada kearifan lokal, semangat kebersamaan, gotong royong, dan potret kehidupan masyarakat Mahakam Ulu,” kata Novita Bulan, tokoh perempuan di Kabupaten Mahakam Ulu.

Simak video keseruannya berikut ini:

2 dari 3 halaman

Perahu Terbalik Malah Girang

Jika umumnya peserta balap perahu tradisional adalah para atlet terlatih, itu tidak ditemukan di Kabupaten Mahakam Ulu. Di sini, ibu-ibu rumah tangga yang menjadi peserta lombanya.

Karena pesertanya ibu-ibu, perlombaan jadi sangat meriah. Teriakan dan semangat tergambar dengan jelas di setiap gerakan tangan mendayung.

Ada satu momen saat satu tim mendayung sampai garis finish, karena saking senangnya mencapai batas akhir, perahu mereka terbalik. Bukannya panik, para emak-emak yang bisa bertugas di dapur dan membantu di kebun ini malah tertawa.

Seolah perahu mereka yang terbalik tak bisa mengalahkan kegembiraan mampu mampu mencapai garis finish. Panitia penyelenggara juga sigap menghampiri ibu-ibu yang berpegangan di perahu mereka yang terbalik.

“Seru sekali. Tadi mungkin karena kelelahan jadinya kami kehilangan keseimbangan dan terbalik. Tapi kami sangat gembir bisa sampai finish,” kata Ana, seorang ibu rumah tangga yang menjadi peserta.

Pesertanya adalah tim yang mewakili Rukun Tetangga (RT) di setiap lingkungan masing-masing. Perahu yang digunakan bahkan baru dibuat beberapa hari sebelumnya.

Perahu juga dihias dengan ragam hiasan yang tentu saja mewakili adat mereka yakni Suku Dayak. Membuat perahu tradisional secepat itu tentu butuh kerjasama dan semangat gotong royong yang kuat.

3 dari 3 halaman

Semangat Gotong Royong

Sebelum mengikuti lomba, warga yang membentuk dan mewakili RT masing-masing akan mencari kayu ke dalam hutan untuk bahan membuat perahu. Mereka bekerjasama dan berbagi tugas untuk menghasilkan perahu terbaik agar bisa meraih juara.

“Ini luar biasa karena menjadi salah satu budaya yang ada di Kabupaten Mahakam Ulu. Luar biasanya lagi, mereka mempersiapkan sejak membuat perahu, kemudian menyiapkan sampai turun ikut pertandingan,” kata Novita Bulan.

Ketua DPRD Mahakam Ulu itu menjelaskan, perahu dibikin setiap RT dan khusus untuk memeriahkan lomba dalam rangak Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

“Dan itu diselesaikan dalam satu hingga dua hari saja dengan keindahan perahu yang diciptakan dengan begitu singkat,” sambungnya.

Novita menjelaskan, kehidupan masyarakat Mahakam Ulu sangat bergantung dengan sungai. Tak hanya sebagai sumber kehidupan, namun juga menjadi akses utama transportasi untuk bepergian ke mana pun.

“Tanpa dilatih mereka sudah terbiasa mendayung karena merupakan budaya yang dilakukan sehari-hari ya. Turun ke ladang, misalnya, kita sudah mendayung sejak jaman dulu. Jadi ketika ada lomba-lomba seperti ini, tanpa dilatih pun kekompakan sudah tercipta dengan sendirinya,” papar Novita.

Kabupaten Mahakam Ulu saat ini menjadi satu-satunya kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur yang belum memiliki akses jalan darat. Untuk mencapai kabupaten ini hanya bisa melalui jalur sungai yakni Sungai Mahakam.