Liputan6.com, Medan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Republik Indonesia, Nadiem Makarim, datang ke Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut) melakukan peletakan batu pertama pembangunan Universitas Satya Terra (ST) Bhinneka.
Pembangunan Universitas ST Bhinneka digagas oleh Pendiri sekaligus Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Sultan Iskandar Muda (YPSIM) Sofyan Tan. Nadiem Makarim sangat mengapresiasi pembangunan Universitas ST Bhinneka.
"Saya sangat optimis Universitas ST Bhinneka mampu mewujudkan semangat Kampus Merdeka Belajar untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang sesuai dengan tuntutan zaman," kata Nadiem di lokasi pembangunan Universitas ST Bhinneka, Jalan T Amir Hamzah, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut), Kamis (25/8/2022).
Advertisement
Baca Juga
Nadiem Makarim juga menyampaikan, perguruan tinggi harus mampu menghilangkan sekat antara dunia profesi dengan dunia industri. Akan banyak praktisi yang mengajar di kampus dan sekolah, sebaliknya akan banyak guru dan dosen yang mencari pengalaman di dunia industri.
"Ini adalah semangat Kampus Merdeka Belajar yang tujuannya untuk meningkatkan kompetensi keilmuan dan pengalaman bagi masyarakat Indonesia," ujarnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Pesan Nadiem Makarim
Secara umum, Nadiem Makarim juga menitipkan pesan agar seluruh kampus di Indonesia tetap memperhatikan 3 poin penting yang kerap memicu persoalan dalam dunia pendidikan, yakni Intoleransi, Kekerasan Seksual, dan Perundungan (bully).
"Saya meminta agar seluruh pengelola perguruan tinggi memperhatikan hal tersebut," pesannya.
Tentunya, lanjut Nadiem, 3 poin penting yang disampaikannya tersebut, keberhasilannya tidak terlepas dari pemimpin yayasan yang mengambil peran aktif dalam menghilangkannya. Dengan komitmen dan dukungan dari semua pihak, Nadiem yakin hal itu dapat dilakukan.
"Secara khusus saya optimis, Universitas ST Bhinneka akan menjadi kampus penggerak yang berdampak besar mentransfer sistem pendidikan lebih inklusif dalam mendorong kolaborasi dan inovasi," ucapnya.
Advertisement
Implementasi Pancasila dalam Kehidupan
Peletakan batu pertama pembangunan Universitas ST Bhinneka dilakukan langsung oleh Pendiri sekaligus Ketua Dewan Pembina YPSIM, Sofyan Tan, bersama Mendikbudristek, Nadiem Makarim.
Sofyan Tan membeberkan alasannya menginisasi pembangunan Universitas ST Terra Bhinneka yang akan menerapkan prinsip-prinsip Kampus Merdeka Belajar. Pihaknya ingin para lulusan bukan hanya siap bekerja, tetapi memiliki nilai0nilai kebangsaan tinggi.
"Para lulusan yang mampu mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari," kata Sofyan Tan, yang juga Anggota DPR RI.
Sofyan Tan juga menjelaskan makna dan filosofi dipilihnya Satya Terra Bhinneka sebagai nama universitas. Satya memiliki arti kebenaran, kejujuran, loyalitas, dan kebaikan. Intinya, mempunyai nilai-nilai kejujuran dan kesetiaan yang sangat penting bagi generasi emas ke depan.
Lalu, Terra memiliki arti bumi dan tanah. Kemudian Bhinneka adalah keanekaragaman dan keberagaman. Jika disingkat, Universitas ST Bhinneka bisa juga disebut Universitas Sofyan Tan Bhinneka. Karena Sofyan Tan mencintai keberagaman.
Ketiga nama yang ada pada Universitas Satya Terra Bhinneka juga mewakili 3 kata bahasa, yaitu Sansekerta, Latin, dan Jawa Kuno. Ketiga kata bahasa tersebut merupakan kombinasi yang menggambarkan relevansi regional, nasional, dan internasional.
"Nilai-nilai kebudayaan tetap ada," sebut Sofyan Tan.
YPSIM Kini Berusia 35 Tahun
YPSIM kini sudah berusia 35 tahun. Pendiri sekaligus Ketua Dewan Pembina YPSIM, Sofyan Tan, menceritakan bagaimana awal berdirinya YPSIM hingga bisa terus eksis sampai saat ini. Selain peletakan batu pertama pembangunan Universitas ST Bhinneka, juga dilaksanakan resepsi HUT ke-35 YPSIM.
Di hadapan Mendikbudristek, Nadiem Makarim, dan para tamu yang hadir, Sofyan Tan mengatakan komitmen dalam dunia pendidikan tidak cukup hanya diaplikasikan pada pembangunan fisik seperti gedung dan berbagai fasilitas lainnya, juga harus konsisten untuk terus berinovasi dan meningkatkan kapasitas serta kualitas seluruh pihak yang terlibat.
"Saya berasal dari keluarga susah, ayah saya seorang penjahit, dan kami hidup dalam kemiskinan. Dari situ saya berniat untuk membangun sebuah sekolah agar orang-orang yang mengalami nasib seperti saya dulu tetap bisa bersekolah," kata Sofyan Tan.
Sofyan Tan yang kini menjabat Anggota Komisi X DPR RI menuturkan, YPSIM didirikan tahun 1987. Untuk membangun sekolah tersebut dirinya melakukan berbagai upaya, termasuk salah satunya dengan mengajukan pinjaman ke salah satu bank. Pengajua diterima sehingga Sofyan Tan dapat membangun sekolah dan mulai menerima murid baru.
"Di awal-awal, saat itu sekolah ini memiliki murid sekitar seratusan orang dan guru serta pegawai sekitar 15 orang," kenangnya.
Advertisement
Sempat Mengalami Masalah Lalu Bangkit
Kemudian dalam perjalanannya, Sofyan Tan mengaku sekolah yang dibangunnya untuk kalangan warga miskin, yang sebelumnya tidak memiliki biaya untuk pendidikan tersebut akhirnya mulai menemui masalah, yakni ketidakmampuan sekolah untuk membayar cicilan ke perbankan.
"Saat itu saya berniat untuk menjual sekolah ini dan membiarkan impian untuk membantu warga miskin mendapatkan pendidikan berakhir begitu saja. Namun, saya bertemu dengan sosok seperti Bapak Sarwono Kusumaatmaja yang banyak membantu. Dia bilang saya bodoh kalau menjual sekolah. Berkat bantuan beliau, sekolah ini bisa mendapatkan keistimewaan, yakni tidak perlu membayar bunga bank yang tinggi, dan hanya membayar pinjaman dengan waktu yang tidak ditentukan," bebernya.
Setelah mendapat keringanan, Sofyan Tan mengaku sangat bersemangat dan melanjutkan impiannya untuk menjadikan YPSIM menjadi sekolah yang akan menjembatani pendidikan bagi warga miskin. Pengalamannya yang mendapat kesusahan akibat berbagai bentuk diskriminasi pada zaman dahulu juga memotivasinya untuk menjadikan sekolahnya menjadi tempat yang ramah bagi siapa saja tanpa mempermasalahkan latar belakang suku, agama, ras, dan perbedaan lainnya.
"Sekolah ini wadah untuk memotivasi dan memberi pemahaman mengenai pentingnya rasa saling menghormati dan pentingnya wawasan kebangsaan di atas semua perbedaan yang ada," Sofyan Tan menandaskan.