Liputan6.com, Yogyakarta - Bagi yang sering membaca manga atau menonton anime, pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah shonen, shoujo, seinen, dan josei. Keempat sebutan tersebut merupakan istilah untuk membedakan kategori pasar anime dan manga (animanga).
Pengkategorian ini berbeda dengan genre. Dalam dunia perfilman, mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan istilah romance, sci-fi, action, dan lainnya.
Bedanya, keempat istilah tersebut digunakan untuk menentukan kategori target pasar dan umur dari anime maupun manga. Suatu karya shonen, shoujo, seinen, maupun josei, dibagi berdasarkan pasar demografisnya.
Advertisement
Target kategori ini biasanya mempertimbangkan tingkat pemahaman penonton atau pembacanya. Sayangnya, masih banyak orang yang keliru dalam membedakan pengkategorian tersebut.
Baca Juga
Berikut penjelasannya.
1. Shounen
Dalam bahasa Jepang, shonen berarti 'anak lelaki' atau 'masa muda'. Dengan demikian, kategori ini ditujukan untuk anak laki-laki dari usia 10-18 tahun.
Penjualan manga shonen menjadi kategori manga paling populer di Jepang maupun di Indonesia. Hal ini karena biasanya masih bisa dinikmati oleh orang dewasa yang mencari bahan cerita lebih ringan.
Dalam shonen, umumnya berisi hiburan yang ringan. Biasanya, animanga shonen mengangkat cerita yang berpusat pada kehidupan remaja, persahabatan, cinta anak sekolah, pencarian jati diri, atau cita-cita seorang anak.
Ciri shonen pun biasanya mempunyai tokoh utama laki-laki yang dipenuhi unsur komedi dan penuh aksi. Tema yang paling sering diangkat adalah cerita pertempuran atau olahraga.
Selain itu, cerita shonen biasanya menceritakan perjuangan karakter utama dalam meraih impian. Beberapa contoh animanga shonen adalah Jujutsu Kaisen, One Piece, Naruto, Attack on Titan, Spy X Family, dan sebagainya.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Shoujo
2. Shoujo
Jika shonen berarti anak lelaki, maka shoujo berarti 'anak perempuan'. Kategori ini ditujukan untuk anak perempuan berusia 10-18 tahun.
Karena ditujukan untuk anak perempuan yang masih sekolah, tentunya lebih banyak bertema kisah cinta masa remaja, yang biasanya diambil dari sudut pandang perempuan. Kategori ini umumnya mengangkat tema slice of life atau sci-fi (fiksi ilmiah).
Beberapa contoh animanga shoujo adalah Hai Miiko, Cactus Girl, Nanoha Sweet Bakery, Rainbow Days, Tsubasa and Fireflies, dan sebagainya.
3. Seinen
Tidak hanya untuk anak-anak dan remaja, demografi orang dewasa juga ada kategorinya sendiri. Target orang dewasa laki-laki dari umur 20-40 tahun biasa disebut seinen.
Karena ditujukan untuk laki-laki dewasa, sisi penceritaannya pun lebih serius dan berat, bahkan mengandung unsur eksplisit dan gore (kekerasan). Anime dengan kategori ini biasanya bertema masalah pekerjaan, pribadi, politik, hubungan manusia, keharmonisan keluarga, atau pengalaman hidup.
Beberapa contoh dari kategori ini, di antaranya Tokyo Ghoul, One Punch Man, The Way of the Househusband, Papa and Daddy's Home Cooking, Kaguya-Sama: Love is War, dan sebagainya.
4. Josei
Kategori animanga untuk perempuan dewasa berusia 18-40 tahun, biasanya disebut josei. Josei lebih banyak menyangkut kehidupan sehari-hari perempuan di Jepang yang menyoroti kehidupan orang dewasa, seperti rumah tangga atau pekerjaan, hingga konten eksplisit.
Tetap dengan romansa, namun lebih realistis dibanding dari shoujo. Jadi, untuk pembaca wanita dewasa pun akan merasa lebih relatable (berkaitan), karena mengisahkan kisah cinta asli yang biasa dialami pada wanita dewasa.
Kategori ini terbilang cukup jarang masuk ke Indonesia. Beberapa contoh dari kategori ini, di antaranya Wotakoi: Love is Hard for Otaku, Legal X Love, Skip Beat, Second Kiss, dan lainnya.
(Resla Aknaita Chak)
Advertisement