Sukses

Ongkos Ojek ke Pinogu Bonebol Rp750 Ribu, Berani Order?

Dibutuhkan fisik yang prima jika hendak menuju ke Pinogu. Selain terpencil, akses jalan yang rusak dan terjal menuju kecamatan itu semakin mempersulit warga yang lewat.

Liputan6.com, Gorontalo - Sulit, Jauh dan terpencil, tiga kata itulah yang menggambarkan letak Kecamatan Pinogu, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Pinogu terletak di tengah hutan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW).  

Dibutuhkan fisik yang prima jika hendak menuju ke Pinogu. Selain terpencil, akses jalan yang rusak dan terjal menuju kecamatan itu semakin mempersulit warga yang lewat.

Anda punya dua alternatif untuk mencapai daerah itu, yaitu berjalan kaki dan menyewa jasa ojek dengan motor yang sudah dimodifikasi khusus. Sementara kendaraan roda empat sama sekali tak bisa melintas.

Jika ingin berjalan kaki ke Pinogu, dibutuhkan waktu selama 8 jam dengan melintasi belantara hutan. Waktu tempuh bisa lebih lama jika pejalan kaki banyak beristirahat selama perjalanan.

Sementara untuk naik ojek, transportasi alternatif satu-satunya bila ingin tiba lebih cepat ke Pinogu. Namun, tarif sewa ojek tersebut terbilang cukup mahal.

Sulitnya medan yang harus ditempuh membuat ongkos ojek hingga Rp500 ribu sampai Rp750 ribu sekali berangkat. Tentu kondisi ini sudah dirasakan warga kecamatan pinogu selama puluhan tahun.

"77 Tahun indonesia merdeka, masyarakat pinogu hingga kini belum merasakan kemerdekaan yang sebenarnya. Dulu, para pejuang melawan penjajah, saat ini masyarakat pinogu berjuang melawan kerasnya hidup," kata Suprin Lasulika, salah satu tokoh pemuda di Kecamatan Pinogu kepada Liputan6.com, Jumat (03/09/2022).

"Ketika mau ke pasar, warga harus menembus belantara hutan dengan akses jalan yang memprihatinkan. Belum lagi mahalnya tarif ojek yang harus dibayarkan," ujarnya.

Tidak hanya itu, jika ada warga Kecamatan Pinogu yang dirujuk ke rumah sakit, pasien tersebut tidak menggunakan mobil ambulans seperti pasien pada umumnya. Namun pasien tersebut harus dibawa menggunakan tandu dengan berjalan kaki sejauh 40 kilometer menuju Kecamatan Suwawa Timur.

Nanti di situ, barulah pasien tersebut bisa menaiki mobil ambulans menuju rumah sakit. Paling sulit adalah pasien ibu yang akan melahirkan dan harus butuh penangan operasi.

"Paling susah itu yang mau melahirkan dan harus dioprasi. Sementa di  Kecamatan Pinogu tidak ada rumah sakit, adanya hanya puskesmas yang tidak mungkin melakukan operasi," ungpanya.

"Pokoknya yang kami keluhkan adalah kondisi jalan. Apalagi saat ini adalah musim penghujan, medan terasa makin sulit dan berbahaya," imbuhnya.

Dengan kondisi ini, mereka hanya bisa berharap jika pemerintah tidak menutup mata dan mencarikan solusi kepada masyarakat pinogu. Sebab, pinogu juga merupakan bagian dari tanah indonesia yang butuh pemerataan pembangunan yang berkeadilan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Kopi Pinogu Menasional

Secara administratif kecamatan pinogu masuk ke dalam wilayah Kabupaten Bone Bolango. Luas wilayah Kecamatan Pinogu 406,78 km2 yang terbagi ke dalam lima desa.

Isdomo Yuliantoro salah satu peneliti Sosiologi Kehutanan mengatakan, jika masyarakat Pinogu hidup secara sederhana dan jauh dari hiruk pikuk perkotaan dikarenakan sulitnya akses. Masyarakat Pinogu sebagian besar menggantungkan hidup dari pertanian dan pengolahan hasil hutan.

“Akses terhadap dunia luar yang terbatas menjadi alasan kuat mengapa masyarakat Pinogu memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap sumberdaya hutan,” ujar Isdomo.

Pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat Pinogu cukup beragam baik untuk tujuan produktif, konsumtif maupun untuk kepentingan adat.

“Hasil hutan yang dimanfaatkan yaitu buah-buahan hutan, sayur, bambu, jamur, madu, tali utan dan sagu," katanya.

Bahkan saat ini, Kecamatan Pinogu terkenal dengan komoditi pertanian unggulan, yakni Kecamatan penghasil kopi satu-satunya di Bonebol. Bahkan, kopi Pinogu sendiri sudah banyak dipasarkan baik lokal maupun nasional.

Namun apa boleh buat, jika akses ke pinogu sangat begitu sulit dan mahal. Hal ini menyulitkan masyarakat Pinogu untuk memasarkan hasil alam mereka dan masyarakat Pinogu masih banyak yang hidup terisolir dan rata-rata masih di bawah garis kemiskinan.