Sukses

Pesan Moral dari Cerita Rakyat Batu Menangis Asal Kalimantan Barat

Cerita ini biasanya masuk dalam buku kumpulan cerita rakyat dari Kalimantan terbaik dan masuk dalam soal-soal bahasa Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Menceritakan dongeng kepada anak menjadi salah satu cara efektif dalam mendidik si kecil. Ragam cerita dongeng anak saat ini semakin mudah di akses di tengah kemajuan teknologi.

Salah satunya cerita rakyat asal Kalimantan Barat dengan judul Batu Menangis. Dirangkum dari berbagai sumber, cerita ini merupakan legenda terkenal yang berasal dari Kalimantan Barat.

Cerita ini biasanya masuk dalam buku kumpulan cerita rakyat dari Kalimantan terbaik dan masuk dalam soal – soal bahasa Indonesia. Zaman dahulu kala di sebuah bukit kecil yang jauh dari pemukiman penduduk, hidup seorang janda miskin bersama anak gadisnya.

Anak gadis itu sangat cantik, bentuk tubuhnya indah, rambutnya ikal terurai panjang. Ia memiliki poni yang tersisir rapi dengan kening yang sangat halus sehalus batu cendana.

Hanya saja berbanding terbalik dengan perawakannya, sifatnya sungguh buruk. Ia merupakan seorang gadis pemalas yang tidak pernah membantu ibunya dalam melakukan berbagai pekerjaan rumah.

Ia hanya suka bersolek setiap hari, ia juga sangat manja. Semua yang ia minta kepada ibunya harus dituruti, sementara ibunya bekerja keras dan rela banting tulang setiap hari untuk membiayai kebutuhan hidup mereka berdua.

Suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk belanja. Mereka berjalan kaki meski pasarnya terletak sangat jauh dari rumah.

Anak gadisnya berjalan melenggang dengan pakaian bagus dan bersolek cantik agar dilihat orang. Sementara ibunya berjalan di belakang sambil membawa keranjang dan menggunakan pakaian dekil.

Karena letak rumah dengan pasar tujuan sangat jauh, tak ada seorang pun yang tahu bahwa kedua perempuan yang sedang berjalan menuju pasar tersebut adalah seorang ibu dan anak.

 

Saksikan video pilihan berikut ini: 

2 dari 2 halaman

Pesan Moral

Ketika sudah mulai memasuki desa, orang–orang desa memandangi mereka. Melihat kecantikan anak gadis itu, warga desa menjadi sangat terpesona utamanya para pemuda desa.

Bahkan, beberapa ada yang mengikuti si gadis berjalan di belakangnya. Namun ketika orang–orang melihat ibu yang berjalan di belakang si gadis, keadaannya justru kontras.

Seorang pemuda kemudian mendekati si gadis dan bertanya kepadanya “Hai gadis cantik, apakah yang berjalan di belakang itu ibumu?”

Namun si gadis menjawab, “Bukan, dia bukan ibuku. Dia adalah pembantuku,” jawab si gadis.

Setiap kali ada orang yang bertanya tentang si ibu, si gadis selalu menjawab bahwa si ibu adalah pembantunya. Bahkan beberapa kali ia menyebut si ibu adalah budak.

Awalnya, si ibu berusaha menahan diri dan bersabar mendengar setiap jawaban yang keluar dari mulut putrinya yang durhaka itu. Namun, setelah berulang kali ditanya orang dan mendengar jawaban yang sama, si ibu akhirnya berdoa.

“Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan semua hinaan dari putri hamba. Begitu teganya puteri kandung hamba memperlakukan hamba sedemikian rupa. Ya, Tuhan hukumlah anak durhaka ini. Tolong, hukumlah dia!”

Atas kuasa Tuhan, gadis durhaka tersebut perlahan–lahan berubah menjadi batu mulai dari kaki sampai ke badan. Ketika perubahan sudah mencapai setengah badan, ia meminta ampun kepada ibunya.

“Ibu, ampunilah saya. Ampunilah aku yang durhaka selama ini. Tolong ibu, ampuni anakmu ini ibu!”

Anak gadis itu terus meratap dan menangis, hanya saja semua sudah terlambat. Nasi sudah menjadi bubur hingga akhirnya seluruh tubuh sang gadis durhaka pun berubah seluruhnya menjadi batu.

Cerita rakyat Batu Menangis memberikan pesan bahwa seorang anak tidak boleh durhaka kepada orangtuanya karena jika seorang anak sampai durhaka terhadap orangtua, utamanya ibu yang sudah mengandung, melahirkan dan membesarkan, maka malapetaka pada masa yang akan datang akan dirasakan dengan sangat pedih.