Sukses

Menengok Masjid Raya Singkawang, Masjid Tertua yang Megah

Masjid Raya Singkawang dibangun pada 1885 oleh Bawasahib Maricar dan anaknya, Haji B Achmad Maricar.

Liputan6.com, Singkawang - Terdapat sebuah masjid tertua di Singkawang yang sayang untuk dilewatkan saat berjalan-jalan ke kota yang dijuluki Hongkong van Borneo ini. Masjid tersebut adalah Masjid Raya Singkawang yang berlokasi di Jalan Mesjid, Melayu, Singkawang Barat, Kota Singkawang, Kalimantan Barat.

Masjid ini memiliki bangunan yang megah sekaligus indah. Ketika memasuki halaman masjid, kamu akan disambut dengan deretan 15 anak tangga yang terletak pada sisi kanan dan kiri masjid. Tangga tersebut juga terletak di area belakang masjid.

Keindahan dari masjid ini juga tampak pada malam hari. Lampu-lampu yang berada di sekitar masjid akan menambah suasana yang indah.

Masjid ini memiliki perpaduan warna putih dan hijau pada dindingnya. Dengan adanya warna tersebut, tak mengherankan jika masjid satu ini akan tampak terang jika terlihat dari kejauhan.

Masjid Raya Singkawang dibangun pada 1885 oleh Bawasahib Maricar dan anaknya, Haji B Achmad Maricar. Bawasahib merupakan salah satu pedagang yang berasal dari India.

Ia datang ke Indonesia sekitar 1870, yang pada saat itu mendapatkan gelar dari pemerintahan Hindia Belanda sebagai Kapitan India pada tahun 1875. Selain itu, masjid yang masih berdiri dan digunakan hingga sekarang ini berdiri di atas tanah pendirinya sendiri, yakni Bawasahib Maricar.

Masjid ini berjarak sekitar 200 meter dari Vihara Tri Darma Bumi Raya, yang juga merupakan salah satu tempat ibadah tertua yang ada di Singkawang. Masjid ini berada di tengah pemukiman warga etnis Tionghoa.

Letaknya yang berada di kawasan etnis Tionghoa dan dekat dengan vihara, menjadikan Singkawang dikenal sebagai salah satu cerminan kerukunan antarumat beragama yang memiliki toleransi tinggi.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 3 halaman

Mengalami Beberapa Kali Renovasi

Sepanjang berdirinya masjid ini, tentu saja kerap kali dilakukan beberapa renovasi. Bahkan, masjid yang berdiri sangat megah ini juga pernah mengalami kebakaran sekitar tahun 1937.

Tragedi tersebut membuat masjid ini kembali dibangun pada 1940. Pembangunan tersebut membuat masjid menjadi semakin luas.

Renovasi pertama ini dilakukan oleh tiga bersaudara, yakni B Chalid Maricar, B Mohammad Haniffa Maricar, dan Haji B Achmad Maricar. Ketiga orang tersebut adalah anak dari Bawasahib Maricar yang merupakan pendiri dari masjid ini.

Tak hanya pada 1940, masjid ini juga mengalami renovasi yang bertujuan untuk memperluas bangunannya pada 1974. Renovasi kedua ini dibangun menggunakan biaya dari Pemerintah Daerah.

Renovasi selanjutnya dilakukan pada tahun 1978 yang menggunakan biaya swadaya dari pengurus masjid. Selain itu, pada 1998 juga sempat terdapat renovasi besar-besaran dari masjid yang satu ini.

Sayangnya, rencana tersebut tertunda lantaran masalah biaya dan keterbatasan dana. Kemudian, renovasi pun dilakukan oleh pemerintah kota Singkawang yang ditandai dengan peletakan batu pertama yang dilakukan oleh Gubernur Kalimantan Barat.

Simbolisasi tersebut dilakukan oleh Usman Djafar selaku gubernur yang menjabat pada tahun 2007. Realisasi pembangunan dan renovasi yang cukup besar tersebut pun dilakukan sekitar Januari 2008.

 

3 dari 3 halaman

Tetap Mempertahankan Bangunan Utama

Meskipun bangunan masjid ini mengalami pemugaran, tetapi pemerintah tetap mempertahankan beberapa bangunan utamanya, salah satunya kubah masjid kecil yang telah ada sejak pertama kali dibangun. Pada renovasi tahun 2008, ditambahkan kubah besar pada masjid ini.

Pengunjung yang berada di masjid ini juga dapat menyaksikan dua menara tinggi masjid yang terletak di belakang masjid. Menara tersebut juga merupakan hasil renovasi di tahun 2008.

Pengunjung juga bisa menemukan tugu berwarna emas yang telah dibangun sejak tahun 1880. Tugu tersebut tak dihilangkan dan tetap dipertahankan hingga sekarang.

Tak hanya itu, pengunjung juga bisa melihat tugu yang memiliki bentuk kubus dengan tinggi sekitar 3 meter. Pada bagian tengah tugu tersebut terdapat kolam dengan diameter sekitar 5 meter.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak