Liputan6.com, Sampit Pulau Kalimantan selama ini dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil kayu terbesar di Indonesia. Bukan tanpa alasan, pulau yang berjuluk seribu sungai ini merupakan paru-paru dunia dan menjadi rumah dari beragam jenis spesies pohon.
Jika menilik sejarah pada masa lampau setelah peradaban batu berlalu, manusia menggunakan kayu salah satunya sebagai peralatan rumah tangga mereka. Dan tak dipungkiri, seiring perkembangan teknologi hal tersebut mulai bergeser.
Untungnya, ada satu tempat di Kalimantan, yang masih menyimpan berbagai peralatan tradisional yang menggunakan kayu. Tempat tersebut saat ini menjadi destinasi wisata berbasis edukasi yakni Museum Kayu Sampit.
Advertisement
Baca Juga
Museum ini berjarak sekitar 5,1 kilometer dari Bandara H Hasan yang berlokasi di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Dibangun pada tahun 2003 dengan lahan seluas 1.500 meter persegi dan memliki ruang pamer, penyimpanan koleksi, dan ruang administrasi.
Di halaman museum, akan disuguhkan tampilan sebuah kapal besi tua di sebelah kiri bangunan. Selain itu, di bagian sebelah kanan dan kiri halaman juga terdapat juga Sansung.
Sansung merupakan rumah tradisional berukuran kecil, yang oleh suku Dayak Kaharingan digunakan untuk menyimpan tulang kerangka nenek moyang yang sudah meninggal.
Dilansir melalui aku Youtube Reaksi Rafly, Museum Kayu Sampit menjadi cuplikan sejarah atas berjayanya Kota Sampit melaui hasil perkayuan. Hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya ragam koleksi peralatan atau alat perkakas berbahan dasar kayu, yang disimpan untuk sarana edukasi bagi para pengunjung, Jumat (9/9/2022).
"Dahulu Sampit ini sangat berjaya di bidang perkayuannya, ini salah satu peninggalan sejarahnya," ujar Rafly.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Â
Peninggalan Sejarah
Pengunjung yang datang ke tempat ini juga bisa menjelajah berbagai barang bersejarah berbagai macam kayu, mulai dari alat pengolahan kayu gelondongan, alat komunikasi, alat dapur, alat penangkap ikan, hingga alat transportasi.
Selain itu, koleksi yang dimiliki juga dilengkapi dengan berbagai jenis kayu berkualitas tinggi. Antara lain kayu ramin, dowel, meranti kuning, kayu alau, kemfa, ulin, benuas, samping, lanan, bangas, sungkui, pantung, hingga kayu pilam.
Meskipun namanya Museum Kayu, tetapi di lain sisi ada beberapa koleksi unik yang tak kalah menarik untuk dilihat salah satunya adalah keberadaan kerangka tulang ikan paus dengan panjang mencapai 20 meter. Kerangka tulang itu sendiri berasal dari ikan paus yang terdampar di Pantai Ujung Pandaran.
Selain itu, terdapat lokomotif yang dahulunya digunakan untuk membawa kayu, tetapi sayangnya rel yang berada di Sampit saat ini sudah tidak dipergunakan lagi. Â
"Dulu waktu Refly masih kecil, ada rel kereta yang digunakan untuk mengangkut potongan kayu namun sekarang rel tersebut jadi jalan Pemuda dan Pramuka," ungkap Refly.
Museum ini buka pada Senin hingga Jumat, sementara soal tiket masuk, tidak ada harga yang dipatok untuk wisatawan, tetapi pengelola menerima pembayaran secara sukarela.
Advertisement