Liputan6.com, Pekanbaru - Narapidana di Lapas Perempuan Pekanbaru meluncurkan buku berjudul 'Suara Hati dari Balik Jeruji'. Kegiatan ini diisi sejumlah penampilan kreativitas warga binaan perempuan, mulai dari drumband, tarian adat, paduan suara, puisi hingga aksi cheerleaders.
Salah satu yang menarik adalah penampilan tarian adat Rentak Bulian. Tarian ini berasal dari Suku Talang Mamak yang tersebar di beragam desa di Kabupaten Indragiri Hulu, termasuk hutan.
Advertisement
Baca Juga
Tarian ini jarang ditampilkan dalam kegiatan seremonial. Biasanya yang ditampilkan adalah tarian persembahan dan sekapur sirih.
Sebagai informasi, Rentak Bulian merupakan tarian berunsur mistis. Hingga kini, tarian itu masih dijaga masyarakat Talang Mamak yang tersebar di berbagai desa di kabupaten itu.
Beberapa waktu lalu, Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Indragiri Hulu, Gilung, mengatakan bahwa sejatinya Rentak Bulian diadakan untuk mengobati orang sakit. Masyarakat Talang Mamak biasanya menyebut ritual berobat kampung.
Pemimpin Tarian Rentak Bulian atau Kumentan bukanlah orang sembarangan. Dia harus punya garis keturunan dengan leluhur untuk memudahkan memanggil roh ketika tarian berlangsung.
Rentak secara bahasa berarti hentakan, sementara Bulian atau rumah-rumahan tempat roh leluhur datang. Tarian ini biasanya berlangsung hingga tiga puluh menit.
"Tarian Rentak Bulian sebagai puncak pengobatannya, kalau total pengobatan bisa saja dua hari," kata Gilung.
Â
Tarian Pengobatan
Gilung menjelaskan, pengiring Kumentan terkadang berjumlah tujuh orang dan bisa lebih. Jumlah itu tergantung berat atau tidaknya sakit yang diderita warga yang akan diobati. Makin parah sakitnya, jumlah pengiring bisa lebih banyak.
"Syarat utamanya harus perempuan, tidak boleh laki-laki," tegas Gilung.
Di tengah tarian, Gilung menyatakan Kumentan dimasuki roh leluhur Talang Mamak. Tubuh Kumentan bergerak sendiri mengikuti alunan gendang dan seruling.
"Selama dia berdiri dan menari, berarti roh leluhur masih ada. Tandanya sudah sadar, kalau Kumentan duduk dan sudah bisa diajak bicara oleh penari pengiring," kata Gilung.
Usai tarian tadi, biasanya Kumentan menanyakan ke orang yang diobatinya, apakah masih ada sakit di tubuh. Namun biasanya usai tarian, orang yang diobati selalu sembuh.
"Ketika tarian itu, Kumentan sudah tahu, jenis sakit apa yang diderita 'pasiennya'. Kumentan juga tahu roh apa yang merasuki, apakah itu dari dalam tanah, di permukaan atau di atas tanah," sebut Gilung.
Â
Advertisement
Hentakan Kaki
Dalam versi aslinya, tarian ini diiringi gong dan tambur. Setiap penari memakai baju unsur merah, kecuali Kumentan yang memakai kain putih dipadu celana hitam.
Setiap alunan gong dipadukan dengan hentakan kaki kiri dan kanan secara bergantian. Sejumlah penari mengiri Kumentan dari sisi kanan dan kiri, masing-masing membawa wadah berisi kemenyan, bunga, dan sesajian.
Tangan pengiring juga melambai ke kanan dan kiri. Pengiring baru berhenti Kumentan (dalam kehidupan nyata punya ilmu supranatural) menyilangkan tangan ke bahu.
Tangan Kumentan lalu melambai ke kanan dan ke kiri sebagai tanda dimulainya Rentak Bulian. Sejenak, dua pengiring mengusapkan sesuatu di dua tangan Kumentan. Asap kemenyan membumbung ke udara sebagai pemanggil roh leluhur.
Puncak tarian Rentak Bulian ditandai ketika Kumentan tak sadarkan diri. Kakinya bergerak sendiri mengikuti alunan gendang diiringi seruling mengelilingi tujuh penari perempuan yang membuat formasi seperti segi tiga.
Â
Simak video pilihan berikut ini: