Sukses

Memaksimalkan Perajin Rotan di Kawasan Surganya Rotan

Perajin rotan di Kabupaten Mahakam Ulu terus berkreasi dengan menghasilkan produk yang bisa diterima pasar.

Liputan6.com, Mahakam Ulu - Maria Unyang Irang menghentikan aktivitasnya membelah rotan. Nyanyian khas Suku Dayak yang didengarnya memalingkan fokusnya.

Sekitar 10 ibu di ruangan sebuah rumah panggung di Kampung Long Bagun Ilir, Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Kalimantan Timur juga melakukan hal serupa. Mereka duduk mengisi sisi dinding dengan bahan kerajinan di tengah mereka.

Kaum ibu ini adalah para perajin rotan yang sibuk mengolah hasil hutan kalimantan itu menjadi produk bernilai ekonomi lebih tinggi. Tak lama bernyanyi, seorang wanita paruh baya menari di tengah mereka dengan bulu unggas di kedua tangannya.

Sebagian ibu-ibu, termasuk Maria, kembali melanjutkan aktivitas. Lagu berbahasa Dayak itu tetap mereka nyanyikan seolah menjadi penyemangat.

“Kalo Hani cahum ne poot, ayiq behet be Hoang petiq, kalo la in ne ca’at ayiq behet be Hoang  songan,” nyanyian mereka dalam bahasa Dayak Bahau memenuhi ruangan para perajin itu.

Secara umum, apa yang mereka nyanyikan adalah pantun dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Kira-kira artinya, “bila ada jarum yang patah jangan disimpan di dalam peti, jika ada kataku salah jangan disimpan di dalam hati”.

Aktivitas menganyam rotan menjadi kebiasaan kelompok ibu-ibu ini. Beragam kerajinan rotan bisa mereka hasilkan dan telah menembus pasar di Indonesia.

“Kalau ditekuni kerajinan ini bisa sangat membantu perekenomian keluarga dan bisa menjamin kehidupan warga di sini,” kata Maria saat ditemui awal September 2022 lalu.

Sejak dahulu kala, rotan adalah salah satu sumber kehidupan Suku Dayak. Banyak hal yang bisa dibuat dari bahan dasar rotan untuk keperluan berbagai kebutuhan mereka.

“Bisa dibuat menjadi anjat (tas punggung), seraung (topi pelindung panas), Bakun Bavat (tas ember), Kaban (tas kotak), dan lainnya,” sebut Maria.

Produk mereka ikut berkembang seiring perkembangan zaman. Kini para perajin juga membuat kotak tisu, tas ponsel, bahkan dompet.

“Kalo Hani ne nguung bavi, alra okun ho itu upi,” lagu dengan lirik pantun kembali mereka nyanyikan.

“Aaiihiii,” jawab sebagian perajin lainnya. Kata ini berarti ‘cakep’, persis pantun-pantun di Indonesia.

“Hiq ne  horuq pantun, kan pantun koni polekot,” sambung lagu tersebut.

Artinya, “Barang siapa pelihara babi, ambilkan makan daun keladi. Barang siapa berpantun tadi, berikan pantun sekali lagi.”

Produk olahan perajin Mahulu sudah menembus pasar nasional. Kerapian produk dan memiliki nilai estetika menjadi kelebihan para perajin ini.

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Ekonomi Kreatif

Demi mendukung ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal, Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu memaksimalkan kerajinan rotan melalui Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Pemkab Mahulu berkomitmen membina para perajin rotan dan pelaku usaha UMKM rotan agar dapat menjadikan tantangan menjadi peluang.

Bupati Mahulu Bonifasius Belawan Geh mengatakan Kabupaten Mahulu adalah surga rotan yang berkualitas. Sejak zaman nenek moyang, rotan sudah melekat dan menjadi identitas Suku Dayak.

“Rotan adalah hasil hutan yang banyak fungsinya, termasuk anjat. Usaha turun-temurun dari nenek moyang. Dulunya anjat dipakai sebagai tas bawaan saja. Kalau sekarang anjat rotan malah menjadi aksesoris dan dilirik wisatawan di mana pun,” kata Bonifasius, Rabu (7/9/2022).

Rotan asli Mahulu adalah bahan lokal yang sangat menunjang untuk kegiatan komersial. Terlebih saat ini banyak perajin rotan yang mulai kreatif membuat pola motif rotan. Tidak hanya anjat, tas khas Suku Dayak, rotan juga digunakan untuk membuat seraung bahkan karpet khas Dayak.

“Perajin-perajin rotan di Mahulu cukup banyak. Mereka ahli dalam membuat kerajinan khas rotan. Tapi masih harus dibina, agar skill pembuatan motif mereka tidak ketinggalam zaman,” ujarnya.

Untuk itu Pemkab Mahulu akan mengkoordinasi perajin terkait kebutuhan dan pelatihan melalui OPD terkait. Selain melatih para perajin, pihaknya juga akan mendorong pelaku UMKM untuk memasarkan hasil turunan rotan.

Pemkab Mahulu memastikan pengawalan laju usaha UMKM untuk peningkatan ekonomi masyarakat.

“UMKM harus kita galakkan, agar nantinya minat wisatawan dating ke Mahulu itu besar, selain itu ekonomi masyarakat juga terangkat,” sebutnya.

3 dari 3 halaman

Kerajinan Tangan Hasil Alam

Selain rotan, di Mahulu juga terdapat banyak hasil alam yang dapat dijadikan bahan baku kerajinan tangan berbasis kearifan lokal. Salah satunya adalah tikah dan akar keliat.

Kedua bahan ini sangat mudah didapatkan, dan bagus untuk dijadikan produk turunan.

“Bahan baku lokal yang sering dipakai disebut tikah. Tikah digunakan untuk buat topi etnis Kenyah. Bentuknya seperti bawang rambut tumbuhnya di rawa-rawa. Kemudian akar keliat, bisa dijadikan benang bahkan dulu dipakai buat jala,” ujarnya.

Sedangkan, serat-serat kayu yang berasa dari Mahulu juga tak kalah saing. Serat-serat kayu dapat diolah menjadi perabot rumah tangga bahkan menjadi bahan untuk baju.

“Serat-seratan bisa dikembangkan. Kemudian kayu baharu, dan kayu kumut juga ada di Mahulu. Bahan itu bisa tidak perlu dibeli dari luar dan bisa ditanam sendiri,” katanya.

Nantinya, para pengrajin lokal dapat memperluas pemilihan bahan lokal untuk pembuatan kerajinan tangan.

“Kalau sulit mendapatkan rotan, maka cari bahan lain. Seperti tikah tadi, itu sangat mudah didapatkan. Serat kayu juga mudah. Apalagi yang dibutuhkan,” sebutnya.

Menurutnya, untuk memulai sebuah usaha tidak terpaut bahan umum yang sudah dipakai dan dari luar. Semua bisa diusahakan sendiri, namun dengan kualitas yang teruji. Setidaknya perajin di Mahulu memberikan opsi baru dan eksentrik.

“Kalau fokus rotan misalnya sudah banyak yang bisa buat itu di luar. Apalagi sekarang rotan sudah susah. Bagi yang kesulitan bisa mencoba produk lain, Mahulu kaya hasil alam yang menjanjikan,” kata Bonifasius.