Sukses

Melestarikan Adat Istiadat Lewat Syiar Budaya Melayu Tanah Deli Bertengkulok

Pernah mendengar kata bertengkulok? Ya, saat ini warga beretnis Melayu di Indonesia sedang gencar-gencarnya memperkenalkan salah satu budaya menutup kepala yang menjadi ciri khas dan tidak pernah lepas dari budaya Melayu.

Liputan6.com, Medan Pernah mendengar kata bertengkulok? Ya, saat ini warga beretnis Melayu di Indonesia sedang gencar-gencarnya memperkenalkan salah satu budaya menutup kepala yang menjadi ciri khas dan tidak pernah lepas dari budaya Melayu.

Bertengkulok dikenal sebagai tradisi menggunakan penutup kepala bagi kaum laki-laki Melayu dengan berbagai model. Rata-rata, bertengkulok menggunakan kain songket dengan berbagai corak khas Melayu.

Untuk melestarikan tradisi bertengkulok di kalangan anak-anak muda dan kaum milenilal, Rumpun Budaya Melayu (RBM) yang berpusat di Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut), menggelar acara Syiar Budaya Melayu Tanah Deli Bertengkulok.

Bertempat di pelataran Istana Maimun, Jalan Brigjend Katamso, Kecamatan Medan Maimun, kegiatan ini digelar selama 1 hari dan dihadiri oleh para tokoh dan pemerhati budaya Melayu dari berbagai daerah, seperti Aceh Tamiang, Kabupaten Batubara, Langkat, Bedagai, Selesai, Serdang, Tanjung Balai.

"Ada seratusan orang yang hadir pada acara ini," kata Ketua Panitia sekaligus Inisiator Acara, Datuk Ardiansyah, Jumat (16/9/2022).

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 4 halaman

Syiar Budaya Melayu

Diterangkan Datuk Ardiansyah, Syiar Budaya Melayu Tanah Deli Bertengkulok yang dilaksanakan kali ini merupakan jilid IV. Jilid I dilaksanakan sejak tahun 2019 dan terus berlanjut ke jilid II dan III, hingga IV.

Tujuan dari kegiatan ini untuk mengangkat, menjaga, dan melestarikan adat istiadat Melayu yang ada di Tanah Deli. Targetnya, menggerakkan minat anak-anak muda dan kaum milenial untuk gemar mengenakan busana dan fesyen-fesyen Melayu, khususnya tengkulok.

"Tujuannya memperkenalkan kepada anak-anak muda, milenial, hingga masyarakat luas. Alasan dilaksanakan di Istana Melayu, untuk syiar budaya Melayu," terangnya.

Disinggung soal eksistensi budaya Melayu di Kota Medan, Datuk Ardiansyah menegaskan masih ada, namun kurang terkespos. Kemungkinan, kurangnya dukungan dari pihak-pihak terakit serta minimnya kemauan dan kesadaran untuk melestarikannya.

"Itu mungkin, ya. Kegiatan ini kami buat atas kesadaran masing-masing, mandiri," ungkapnya.

3 dari 4 halaman

Merasa Terpanggil

Salah satu Pegiat Budaya Melayu di Medan, Tengku Bobby Lesmana, mengaku alasan ikut menyebarluaskan budaya Melayu ini berangkat dari beberapa hal. Pertama, sudah terlibat pada acara jilid I, II, dan III.

"Saya merasa terpanggil untuk mensyiarkan kepada orang-orang tentang bertengkulok. Salah satu tugas kita adalah, memperkenalkan bertengkulok ini. Apalagi, Kota Medan sendiri sebagai Tanah Melayu Deli, banyak yang belum tahu bertengkulok," sebut Bobby.

Menurut Bobby, dilaksanakannya acara ini tidak hanya sekadar untuk memperkenalkan ke generasi muda tentang budaya Melayu, khususnya bertengkulok, tapi juga mensyiarkan lagi budaya Melayu. Apalagi dilaksanakan di pelataran Istana Maimun, maka tujuannya tidak terlepas untuk menarik wisatawan datang dan memperkenalkan budaya Melayu.

"Kita tidak hanya sekadar memperkenalkan Istana Maimun, tapi juga tentang budaya Melayu, salah satunya bertengkulok ini," ungkapnya.

4 dari 4 halaman

Rangkaian Acara

Dalam acara Syiar Budaya Melayu Tanah Deli Bertengkulok ini, rangkaian acara yang dilaksanakan adalah fesyen show mengenakan pakaian telok belanga baju khas Melayu, berbalas pantun, pencak silat, dan karate kids.