Liputan6.com, Bandung - Angklung merupakan salah satu alat musik tradisional Indonesia, tepatnya berasal dari Jawa Barat. Alat musik khas tanah Sunda ini dimainkan dengan cara yang cukup unik.
Tak seperti alat musik tradisional lainnya yang ditiup atau dipukul, cara memainkan alat musik angklung dilakukan dengan digoyangkan atau digetarkan. Bunyi pada angklung tersebut dihasilkan oleh benturan badan pipa bambu sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil.
Angklung terbuat dari bambu. Bambu yang biasa digunakan untuk membuat angklung adalah awi wulung atau bambu hitam dan awi temen atau bambu putih.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari berbagai sumber, angklung adalah alat musik bernada ganda yang telah dikenal sejak abad ke 11. Nama angklung berasal dari Bahasa Sunda yaitu angkleung-angkleungan.
Nama angklung terdiri dari dua suku kata yaitu angka yang berarti nada dan lung yang berarti pecah. Asal-usul alat musik tradisional angklung yang terbuat dari bambu berasal dari pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris.
Masyarakat Sunda pada waktu itu memang mennggantungkan hidup dari menanam padi. Kemudian muncul mitos Nji Sri Pohaci sebagai Dewi Sri pemberi kehidupan perenungan bagi masyarakat Sunda.
Masyarakat saat itu percaya, sosok Dewi Sri lah yang membantu mereka mengelola pertanian terutama pertanian sawah dan ladang. Syair-syair lagu yang berkembang di masyarakat Sunda dianggap sebagai penghormatan dan persembahan kepada Nyi Sri Pohaci dan sebagai tolak bala agar bercocok tanam mereka tidak mendatangkan malapetaka .
Dalam perkembangannya syair lagu-lagu tersebut diiringi dengan bunyi tetabuhan yang terbuat dari batang-batang bambu yang dibuat sederhana yang kemudian dikenal dengan nama angklung.